Suara Hati Warga Parung Panjang: Lega hingga Kritik KDM Akibat Jalan Retak

Suara Hati Warga Parung Panjang: Lega hingga Kritik KDM Akibat Jalan Retak

– Warga Parung Panjang, Jawa Barat, kini bisa menjalani kegiatan dengan lebih baik. Terlebih setelah kebijakan Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jabar menghentikan sementara aktivitas pertambangan yang melewati jalur Parung Panjang, Cigudeg, dan Rumpin.

Warga Parung Panjang memang tidak lagi mengalami kesulitan seperti sebelumnya, misalnya ‘bersaing’ dengan truk besar di jalan raya selama ini. Mereka kini bisa merasa tenang saat menjalani kegiatan sehari-hari.

Secara umum, warga setempat memperoleh berbagai manfaat selama proses pertambangan dihentikan sementara. Tingkat kecelakaan diduga mengalami penurunan yang signifikan, dan yang paling menyenangkan adalah aspek keselamatan dan kesehatan bagi pengguna jalan serta penduduk sekitar.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat keamanan pengguna jalan di Parung Panjang sangat rendah ketika truk tambang masih memanfaatkan jalur tersebut.

Bahkan, seorang ibu bernama Upi, warga Perum 3 Mataram, Parung Panjang, merasa malu menggunakan motornya untuk mengantar anaknya ke sekolah yang melewati jalan utama Parung Panjang. Ia terpaksa memilih jalur alternatif agar terhindar dari truk tersebut.

“Saya sangat khawatir saat harus melewati atau bertemu dengan truk besar, terlebih ketika jalan dalam kondisi rusak dan berlumpur akibat hujan,” katanya.

Sekarang, setelah beberapa jalan diperbaiki dan truk tidak lagi beroperasi, Upi berani mengendarai motornya melewati jalan utama. Selain itu, menurutnya, udara kini lebih nyaman dibandingkan saat truk-truk melintas. “Saya jadi lebih berani, terlebih tidak ada truk besar yang melewati jalan ini,” katanya.

Jalan utama Parung Panjang kini dapat dianggap ‘nyaman’ bagi pengguna jalan. Meskipun masih terdapat perbaikan di beberapa bagian, mereka merasa lebih terbantu karena tidak adanya truk.

Namun demikian, terdapat warga yang mengeluh. Bukan karena tidak adanya truk, melainkan lebih kepada kontraktor yang melakukan perbaikan jalan Parung Panjang.

Andri, penduduk Perum 3 Pajajaran, Parung Panjang, menyatakan kekecewaannya karena jalan baru tersebut telah menunjukkan retakan. Padahal, jalan itu baru saja selesai dilakukan pengecoran.

“Belum genap beberapa bulan, tetapi sudah terjadi retakan. Mungkin, fakta ini yang membuat KDM menghentikan sementara aktivitas pertambangan,” tutupnya.

Oleh karena itu, dia berharap KDM terus melakukan pengawasan terhadap proses pembangunan jalan di wilayah tersebut. Ia berharap kondisi seperti ini (nyaman tanpa adanya truk) dapat berlangsung terus-menerus.

Sementara KDM terus memikirkan metode, atau mencari jalan keluar terkait kebijakannya menutup sementara jalur tambang. “Boleh saja saya marah, saya tidak masalah jika dibenci, dihukum oleh warga. Saya tidak punya masalah. Yang penting saya bermanfaat bagi kepentingan masyarakat,” ujar Dedi Mulyadi dalam video yang diunggah di akun Instagram pribadinya.

Solusi KDM memang memicu perdebatan. Para pendukungnya adalah warga yang merasakan manfaat dari tidak adanya truk. Namun, bagi mereka yang bekerja atau mencari penghidupan di sektor pertambangan, kebijakan ini jelas mengganggu.

Oleh karena itu, KDM memiliki pilihan untuk memberikan kompensasi kepada mereka yang terkena dampak, hingga mencari alternatif solusi agar mereka dapat memperoleh penghasilan baru.

Meskipun ada berbagai perdebatan, semua pasti menginginkan adanya solusi terbaik. Warga mendapatkan kemudahan dalam mengakses jalan, dan para pekerja yang bergantung pada jalur tambang segera dapat kembali menjalankan aktivitasnya.