Pada era modern ini, ketika mengalami rasa tidak nyaman sedikit saja, mayoritas orang enggan langsung berkunjung ke rumah sakit. Justru, mereka malah memegang telepon genggam, mengetikkan gejala penyakit pada search engine, lalu terjerumus kedalam derasnya data informasi tanpa akhir.
Dari sebuah artikel hingga diskusi di forum kesehatan, dan dari suatu tanda menjadi dugaan tentang penyakit jarang terjadi. Itulah permulaan potensi ancamannya.
self diagnosis
; suatu kebiasaan yang kelihatannya remeh, tetapi justru dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental dan mungkin merubah fungsi otak.
Menurut laporan dari DM News pada hari Sabtu (3/5), berikut adalah sejumlah efek yang dikemukakan para pakar saraf terkait dengan kecanduan memeriksa gejala penyakit secara online.
1. Derajat Ketakutan yang Bertambah
Pernahkah Anda mengalami rasa gatal di tenggorokan dan tiba-tiba yakin itu adalah gejala penyakit berat setelah browsing di internet? Jangan khawatir, Anda bukan satu-satunya yang seperti ini.
Banyak individu merasakan pengalaman serupa, dan studi oleh Universitas St. John menunjukkan bahwa aktivitas semacam itu bisa mendorong tingginya kekhawatiran, terlebih bagi mereka yang telah memiliki tendensi kuat akan ketakutan tentang kondisi kesehatannya.
Setiap kali terminologi kedokteran muncul, seolah-olah menjadi teka-teki baru yang perlu diselesaikan. Namun, semakin banyak kamu mengeksplorasi, semakin bingung jadinya.
Bahaya
self diagnosis
Bukan hanya masalah data yang keliru, tetapi juga mengenai dampak psikologis akibat kelebihan informasi yang justru membuat Anda semakin ragu-ragu. Sebaliknya dari perasaan tenang, Anda jadi cemas sepanjang malam, galau, dan kembali memeriksa detail-info yang menimbulkan ketidaknyamanan tersebut.
2. Memperdalam Kesedihan
Kesehatan mental kita dapat terpengaruh tidak hanya oleh stres tetapi juga akibat rasa murung yang timbul dari penggunaan berlebihan internet untuk mencari informasi kesehatan. Berbagai macam gejala dan kondisi medis yang dipelajari secara berturut-turut seringkali membuat seseorang merasa sangat tertekan, seperti seluruh masalah dunia tiba-tiba menjatuhi dadanya.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di PubMed, kebiasaan mengejar tanda-tanda penyakit tanpa henti berhubungan dengan peningkatan gejala depresi. Kecemasan akan kemungkinan buruk dapat mengakibatkan kelelahan mental.
Otak kita bukan didesain untuk menyerap berbagai hal negatif secara konstan tanpa henti. Oleh karena itu, wajar saja jika Anda merasa lelah dan hilang arah setelah menghabiskan waktu mempelajari banyak informasi tentang penyakit yang mungkin tidak akan pernah Anda alami.
3. Dampak Berantai dari Cyberchondria
Cyberchondria tidaklah sebatas kata khayalan. Ini merupakan istilah dalam bidang psikologi yang mendeskripsikan situasi dimana individu cenderung mengecek gejala-gejala mereka dengan obsesif melalui dunia maya. Cukup sekali mencari informasi, dapat menyebabkan rasa cemas serta ketidakpercayaan pada diri sendiri selama seharian penuh.
Studi menyatakan bahwa individu yang menderita cyberchondria umumnya memiliki level kekhawatiran yang meningkat, pemikiran yang membekukan di satu tempat, serta perasaan kurang percaya diri. Risiko ini menjadi nyata.
self diagnosis
Ini tak hanya terbatas pada aspek fisik — dampaknya dapat meluas hingga ke hubungan sosial dan kinerja pekerjaan.
Anda mungkin saja mencabut komitmennya kepada teman sebab merasa “sangat lelah” untuk bertemu, atau bahkan kesulitan berkonsentrasi di tempat kerja akibat pikiran tentang “tanda-tandanya” yang Anda catatan semalam. Runtuhnya efek tersebut menggerogoti kepercayaan diri serta menyebabkan perasaan tak berguna.
4. Susunan Otak Bisa Berbeda
Inilah yang membuat heran: terlalu banyak cemas tentang kesehatan dapat memicu perubahan fisik pada otak. Tidak hanya pikiran Anda saja yang terpengaruh, melainkan area otak yang berperan dalam pemrosesan informasi pun ikutan terimbas dampaknya.
Studi tentang pencitraan otak mengungkapkan bahwa individu yang cenderung obsesif dalam mencari tanda-tanda penyakit memiliki penipisan jaringan abu-abu pada sektor precunei sisi kiri—daerah ini berhubungan dengan pengolahan identitas pribadi dan persepsi—dan juga disrupsi dalam hubungan dengan wilayah visula.
Ini berarti bahaya
self diagnosis
Bisa menghasilkan pola pikir yang semakin menegaskan ketidaknyamanan, sehingga tiap kali Anda membaca informasi baru, otak Anda jadi lebih sering merespons dengan cemas.
5. Kacaunya Sirkuit Ketidakpastian
Yang paling menyebalkan ketika mencari informasi tentang gejala penyakit secara online adalah jarang sekali mendapatkan kepastian. Yang Anda inginkan hanyalah mengetahui apakah itu masalah kecil atau kondisi yang lebih serius. Namun, apa yang ditemukan malahan berupa daftar potensi mulai dari kasus ringan hingga yang sangat membahayakan.
Para ahli saraf telah mengetahui bahwa korteks cingulate anterior, area otak yang bertindak layaknya sebuah sinyal peringatan, menjadi sangat aktif ketika kita memperoleh data yang belum tentu maknanya. Ini adalah alasan di balik kebiasaan kita untuk terus meluncurkan scrolling pada laman web, membuka banyak jendela browser lain, serta mencari klarifikasi dengan harapan bisa mendapat respon definitif.
Namun, mengingat kedokteran adalah bidang yang rumit dan dipenuhi keraguan, responsnya tak pernah se-simpel ‘Iya’ atau ‘Tidak’. Maka Anda sering kali berada dalam situasi sulit – dipenuhi kecemasan namun tanpa jalan keluar yang pasti.
6. Dopamin Menyebabkan Proses Pencarian Selalu Aktif
Pernah mengalami rasa ingin mendapatkan sesuatu ketika menjelajahi informasi tentang kesehatan? Meskipun hal tersebut hanya meningkatkan kecemasan Anda? Hal itu disebabkan oleh pekerjaan dari dopamin. Zat kimia saraf ini memberikan rangsangan kecil pada otak kita tiap kali menemui data baru—seperti sebuah imbalan langsung yang mendorong Anda untuk mencari lebih banyak informasi lagi.
Setiap kali Anda mengklik sebuah tautan atau membuka artikel baru, otak Anda merasakan kenikmatan sejenak. Hal ini menjerumuskannya pada suatu siklus tanpa akhir; rasa haus akan informasi membuat Anda ingin terus-menerus mencari bahan bacaan demi kedamaian pikiran. Namun, apa yang ditemui malah semakin meningkatkan tingkat stres dan cemas.
Berikut adalah salah satu aspek terselubung dari risiko tersebut.
self diagnosis
, Anda tidak menyadari bahwa tubuh Anda turut serta dalam proses biologis yang mendorong ketergantungan pada pencarian ini.
Mengumpulkan data tentang kesehatan tentunya dapat memberi manfaat, tetapi apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak ada arahan dari ahli, malah bisa merugikan.
Bahaya
self diagnosis
Bukan sekadar masalah diagnosa yang salah, tetapi juga mengenai pengaruhnya yang mendalam terhadap kesejahteraan psikologis, arsitektur otak, serta mutu kehidupan secara menyeluruh.