Aktivitas pariwisata di Indonesia terus berkembang meskipun ada isu penurunan daya beli masyarakat kelas menengah. Sebagian masyarakat diperkirakan menggunakan tabungan mereka untuk liburan.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mencatat bahwa sektor transportasi terkait pariwisata pada 2024 mengalami pertumbuhan. Namun, ia menduga banyak orang menggunakan tabungan untuk keperluan tersebut.
“Kelas menengah ini mulai menggunakan tabungan mereka untuk ‘healing’,” ujar Nailul, Kamis, 12 September 2024.
Fenomena ini terlihat dari menurunnya jumlah tabungan, terutama di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah, yang menggunakan simpanan mereka untuk keperluan travelling.
“Tabungan kelas menengah secara nominal memang menurun,” tambahnya.
Sebelumnya, berbagai data menunjukkan semakin meningkatnya minat masyarakat Indonesia dalam berwisata selama paruh pertama 2024. Hal ini terlihat dari data Indeks Penjualan Ritel (IPR) untuk kelompok barang budaya dan rekreasi pada Agustus 2024, yang menunjukkan peningkatan signifikan dari -6,2% yoy pada Juli menjadi 2,8% yoy pada Agustus 2024.
Kenaikan ini sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat inflasi pada kategori Rekreasi, Olahraga, dan Budaya serta transportasi. Dibandingkan Juli 2024, inflasi di kedua kategori ini naik masing-masing sebesar 1,52% yoy dan 1,42% yoy pada Agustus 2024.
Selain itu, data BPS juga mencatat peningkatan jumlah wisatawan domestik. Dari Januari hingga Juli 2024, jumlah wisatawan nasional mencapai 5.342.902, meningkat 22,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, ketika pariwisata mengalami lonjakan, jumlah tabungan masyarakat justru menurun. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tabungan kelas menengah ke bawah terus menyusut, dengan simpanan di bawah Rp 100 juta turun 0,7% mtm pada April 2024, dan tren penurunan berlanjut pada Mei sebesar 0,4%.
Penurunan ini seiring dengan melemahnya kemampuan masyarakat menyisihkan pendapatan untuk menabung. Survei konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa porsi pendapatan untuk tabungan menurun dari April hingga Juli 2024, dari 16,7% di April menjadi 15,5% di Juli.
Meningkatnya minat berlibur ini disambut baik oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Meski daya beli melemah, minat masyarakat untuk berwisata tetap tinggi.
“Kita melihat meskipun daya beli menurun, keinginan untuk traveling tetap tinggi, tetapi disesuaikan dengan kondisi keuangan,” ujar Sandiaga.
Ia juga menambahkan bahwa fenomena ini dipengaruhi oleh perubahan pandangan generasi muda, terutama Gen Z, yang melihat travelling sebagai prioritas.
David Sumual, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), menyetujui pernyataan Sandiaga. Menurutnya, kelas menengah saat ini lebih memilih menghabiskan uang untuk rekreasi, wisata, makanan, dan minuman daripada untuk barang-barang tahan lama.
Telisa Aulia Falianty, Guru Besar FEB UI, menilai bahwa peningkatan pariwisata di tengah tekanan daya beli ini menunjukkan ketimpangan. Masyarakat kelas menengah ke atas masih bisa menyisihkan penghasilan untuk liburan, sedangkan kelas menengah ke bawah lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar.
“Ini menunjukkan adanya ketimpangan,” ujarnya.