Pelecehan Seksual oleh Guru Jadi Skandal di Depok: Siswa Ungkap Dugaan Pemancingan

Pelecehan Seksual oleh Guru Jadi Skandal di Depok: Siswa Ungkap Dugaan Pemancingan


Pelecehan seksual dilakukan oleh beberapa guru di Depok pada kira-kira tujuh murid. Justru pelakunya menuding para gadis itu sebagai pemicu perbuatannya.

Insiden penyimpangan perilaku berupa perlakuan tidak senonoh secara lisan maupun fisikal oleh beberapa guru di Kota Depok menjadi perbincangan umum ketika Sarah Prasiska, sang pembina ekstrakurikuler pasukan pengibar bendera upacara sekolah menengah pertama negeri nomor tiga Depok, mem-posting bukti tentang insiden itu di media sosial Instagram. Di sana, Sarah merilis keterangan yang diberikan oleh para korban yang sudah mengalami penindasan selama tujuh belas ribu delapan ratus enam puluh hari atau lebih dari enam tahun silam.

Pelaku bernama awalan IW dicurigai telah melancarkan tindakan pelecehan lisan dengan memulai diskusi tentang topik-topik berkaitan kehidupan orang dewasa kepada korban. Setelah itu, si korban akhirnya nekat mencatat percakapan lebih lanjut tersebut dan menyimpan rekaman suaranya sebagai bentuk bukti kasus pelecehan yang dialami.


Seorang korban bernama V, seorang siswi kelas 7, menjadi sasaran perlakukan penghinaan lisan oleh pihak guru yang membahas topik-topik dewasa berkali-kali. Akibatnya, korban memutuskan untuk merekam percakapannya sendiri agar dapat menunjukkan pada orang lain bahwa situasi tersebut nyata dan dia tidak membuat cerita semuanya itu upaya rekayasa (evidensinya dalam bentuk video obrolan di bulan Ramadhan tahun 2025).
“),” terang Sarah, diambil dari TribunJabar.id.

Terkait perlakuan buruk itu, pihak korban telah mencoba untuk mengadukan insiden kepada kepala sekolah serta para guru. Akan tetapi, kepala sekolah dan guru-guru tersebut enggan membela atau bahkan menyangka bahwa apa yang diceritakan oleh korban adalah benar.

Mereka percaya bahwa IW, yang bertugas sebagai guru musik, tak akan pernah melakukannya karena sudah memiliki istrinya yang cantik. Kemudian, guru serta kepala sekolah mengharapkan agar pihak korban tidak menyebarkan insiden itu ke publik.


Korban V beserta orang tuanya telah mendokumentasikan insiden tersebut dengan merekamnya dan kemudian melapor pada pihak terkait seperti guru dan kepala sekolah. Akan tetapi, respon yang mereka dapat justru mencerminkan sikap membela diri bahwa korban tak mungkin menjadi korbannya lantaran sang guru musik dipandang sebagai individu yang sangat jarang berbuat curang. Selain itu, diperparah lagi oleh fakta bahwa pelaku juga diketahui memiliki istrinya sendiri yang amat cantik; hal ini membuat para pendengar semakin enggan percaya jika pelaksanaan tindakan buruk pernah terjadi. Kepada korban V, para hadirin dalam rapat tersebut pun memberikan ancaman agar ia menjaga rahasia (sehingga masalah tampak terselesaikan).
,” imbuh Sarah.

Selanjutnya, seorang pelajar perempuan dari kelas 8 juga menjadi korban perlakuan tidak senonoh dan bahkan mendapat kekerasan fisik. Dicurigai bahwa IW telah menyentuh bagian bokong korban dengan cara yang tak pantas.


Yang kedua adalah korban bernama A, seorang murid kelas 8. Saat itu, si korban membantu seorang temannya (siswa PMR) dalam mendistribusikan suplemen zat besi ke kelas 7. Di suatu ruangan ada seseorang yang tengah bertindak sebagai guru pengajar. Usai menyelesaikan tugasnya memberikan suplemen tersebut, korban A berjabat tangan dengan orang ini ketika hendak minta ijin pulang.

Saat sedang bersalaman, sang penyerang mulai mengobrol dengan bertanya tentang kegunaan obat itu dan jika dapat digunakan oleh pria sambil memeluk pinggang korban A. Setelah itu, korban A merasa tidak nyaman dan berpindah jauh. Tiba-tiba saja, si penyerang mencubit pantat korban hingga dua sampai tiga kali. Hal ini membuat korban A sangat terkejut dan linglung tak tau harus bereaksi bagaimana. Akhirnya korban A hanya mundur tanpa banyak kata dan pergi dari ruangan kelas tersebut (peristiwa pada tahun 2024).
,” pungkas Sarah.

Sarah juga menyatakan bahwa tindakan penghinaan itu telah dimulai sejak tahun 2019 dan masih berlangsung sampai 2025. Para korban mencakup siswa kelas 7, 8, termasuk mereka yang sudah menyelesaikan pendidikannya.

Tindak pelecehan itu terjadi baik lewat kata-kata maupun tindakan fisik. Salah satu caranya, sang pelaku akan pura-pura mengkoreksi pita tie korban menggunakan gerakan tak senonoh.

Menurut laporan dari Kompas.com, Ety Kuswandarini selaku kepala UPTD SMPN di Depok telah memberikan penjelasan mengenai kasus pelecehan seksual yang dilakukan seorang pegawai sekolah di kota tersebut. Ia menyangkal adanya tindakan pelecehan berupa perilaku verbal seperti dituduhkan dan juga menjelaskan bahwa insiden ini tidak melibatkan tujuh individu sebagai korban.

“Berdasarkan pengetahuan saya, (tindak pelecehan tersebut) bersifat lisan dan tidak berbentuk kekerasan fisik. Hal ini terjadi pada satu murid saja; untuk (murid-murid) lainnya, kita belum mendapatkan informasi,” jelas Ety.

Ety selanjutnya menerangkan bahwa sang penjahat tidak mengakui telah merendahkan siswanya. Penyerang itu pun berpendapat bahwa justru siswa tersebut yang memicu pembahasan tentang masalah ini.

“Pelaku mengklaim bahwa dia tidak melaksanakan perbuatan tersebut, hanya berupa ucapan saja dan semua itu disebabkan oleh provokasi si anak. Sebab dikendalikan oleh perilaku sang anak, pria ini merasakan kehilangan kendali sendiri, seperti ia sebut ‘iya Bu, benar-benar begitu’, ” jelas Ety.

Sebagai akibat dari skandal pemerkosaan itu, IW telah diberhentikan atau tidak aktif dari sekolah mulai tanggal 22 Mei 2025. Keputusan ini pun telah disahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Depok Siti Chaerijah, dia menyatakan bahawa IW saat ini sedang menjalani penyelidikan tambahan. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com