Inilah Proses Terjadinya Jet Lag dan Unsur-unsur yang Mempengaruhinya

Inilah Proses Terjadinya Jet Lag dan Unsur-unsur yang Mempengaruhinya





,


Jakarta


– Saat bepergian dengan pesawat, terutama dalam penerbangan jarak jauh,

jet lag

menjadi salah satu hal yang paling ingin dihindari. Kondisi ini bisa mengganggu kenyamanan dan membuat perjalanan terasa kurang menyenangkan. Lantas bagaimana kah proses terjadinya jetlag dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya?

Bagi orang yang sering melakukan perjalanan jauh, baik untuk keperluan hobi maupun pekerjaan, jet lag merupakan hal yang sangat umum dialami. Meskipun tidak tergolong kondisi yang membahayakan, jet lag bisa sangat mengganggu kenyamanan, terutama saat baru tiba di tempat tujuan.

Efeknya pun tidak bisa disepelekan—mulai dari rasa lelah berlebihan, gangguan tidur, hingga menurunnya konsentrasi—semuanya dapat memengaruhi kondisi tubuh dan mengacaukan agenda yang telah direncanakan.

Kendati demikian, ada juga sebagian orang yang nyaris tidak terdampak sama sekali—terutama pada anak-anak, yang umumnya lebih mudah beradaptasi dengan zona waktu baru.

Gejala Jet Lag

Ketika melakukan perjalanan jauh, tubuh memang akan beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut, namun prosesnya tidak instan. Gejala jet lag bisa dianggap sebagai semacam “masa transisi” ketika tubuh sedang berusaha menyesuaikan diri.

Dilansir dari


Cleveland Clinic


, Jet lag bisa memunculkan berbagai gejala, di antaranya:

  • Sulit tidur di malam hari (insomnia)
  • Mengantuk di siang hari
  • Sakit kepala
  • Sulit berkonsentrasi atau merasa kurang fokus
  • Kelelahan yang berlebihan
  • Merasa “tidak enak badan” atau seperti bukan diri sendiri
  • Gangguan pencernaan
  • Perubahan suasana hati, seperti mudah tersinggung.

Penting untuk diketahui bahwa setiap orang bisa merasakan jet lag dengan cara yang berbeda-beda. Namun secara umum, gejalanya akan terasa lebih berat saat seseorang melakukan perjalanan yang lebih jauh. Semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin besar penyesuaian yang harus dilakukan oleh tubuh.


Penyebab dan Faktor yang Mempengaruhi Jet Lag

Jet lag sangat erat kaitannya dengan gangguan pada ritme sirkadian tubuh. Gejala jet lag muncul karena ritme alami tubuh—yang mengatur kapan tubuh tidur dan bangun—tidak selaras dengan waktu siang dan malam di tempat tujuan.

Perjalanan udara pun memperburuk jet lag karena tubuh berpindah lebih cepat daripada kemampuan otak dan ritme sirkadian untuk menyesuaikan diri dengan perubahan waktu.

Selain itu, beberapa faktor lain selama perjalanan juga bisa memperparah gejala jet lag, seperti:

  • Duduk dalam waktu lama di dalam pesawat.
  • Kurangnya oksigen dan tekanan udara yang lebih rendah di dalam kabin.
  • Suhu kabin yang hangat dan kelembapan rendah, yang dapat menyebabkan dehidrasi.

Semua faktor tersebut memberi beban tambahan pada tubuh yang sedang berusaha beradaptasi dengan lingkungan dan ritme waktu yang baru

Merujuk pada laman


Medicalnewstoday


, ritme sirkadian adalah siklus alami tubuh yang berlangsung selama 24 jam dan mengatur berbagai proses biokimia, fisiologis, dan perilaku—seperti pola tidur dan bangun, waktu makan, hingga pengaturan suhu tubuh.

Paparan cahaya menjadi faktor utama yang memengaruhi ritme sirkadian dan berperan besar dalam timbulnya jet lag. Meskipun sering dikaitkan dengan perubahan zona waktu saat bepergian jauh, jet lag juga bisa dialami oleh orang yang bekerja dengan sistem shift, tanpa harus berpindah tempat.

Adapun kondisi jet lag terjadi akibat terganggunya dua kelompok neuron dalam otak yang saling berkaitan. Kedua kelompok ini berada dalam struktur bernama suprachiasmatic nucleus (SCN), yang terletak di bagian depan hipotalamus, di dasar otak.

Para ilmuwan menemukan bahwa SCN—sebagai “jam utama” tubuh—menyesuaikan diri terhadap perubahan waktu secara lambat, sementara kelompok neuron lain dalam tubuh bisa beradaptasi dengan kecepatan berbeda.

Salah satu kelompok neuron tersebut terkait dengan tidur nyenyak dan kelelahan fisik, sedangkan kelompok lainnya mengatur tidur dengan gerakan mata cepat (REM), yaitu fase tidur yang berkaitan dengan mimpi.

Kelompok neuron yang mengatur tidur REM biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri terhadap siklus waktu baru, sehingga ritme tubuh menjadi tidak sinkron.

Lebih lanjut, jam biologis tubuh diatur oleh sistem internal yang merespons siklus terang-gelap dalam sehari. Ketika pola cahaya alami berubah—misalnya karena perjalanan melintasi zona waktu—tubuh mendapatkan sinyal untuk menyesuaikan diri. Selain cahaya, perubahan jadwal makan, aktivitas fisik, dan rutinitas harian lainnya juga ikut memengaruhi.

Beberapa situasi yang dapat menyebabkan jam biologis tubuh terganggu antara lain:

  • Bepergian melintasi beberapa zona waktu, yang mengubah siklus siang-malam alami
  • Bekerja dengan sistem shift malam atau sering berganti jadwal kerja
  • Mengalami gangguan tidur tertentu

Selama tubuh belum bisa menyelaraskan ulang jam biologisnya dengan lingkungan baru, jet lag akan terus mengganggu pola tidur, waktu bangun, pola makan, dan rutinitas lainnya. Butuh waktu dan penyesuaian agar semuanya kembali stabil.


Rute Penerbangan Menentukan Keparahan
Jet Lag

Para ahli medis umumnya juga sepakat bahwa berada dalam penerbangan ke arah timur cenderung menyebabkan gejala jet lag yang lebih berat dibandingkan ke arah barat. Ini dikarenakan tubuh lebih mudah menyesuaikan diri untuk begadang atau tidur lebih larut, dibandingkan harus tidur lebih awal dari biasanya.

Selain itu, sebuah studi terhadap 10 atlet menunjukkan bahwa jet lag masih memengaruhi performa atletik hingga 4 hari setelah mereka melakukan perjalanan melintasi delapan zona waktu dari barat ke timur. Sebaliknya, performa mereka pulih secara signifikan hanya dalam 2 hari setelah melakukan perjalanan ke arah sebaliknya (dari timur ke barat).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com