Dalam debat cawapres 2024, Gibran Rakabuming Raka sempat menanyakan istilah “greenflation” kepada Mahfud MD. Istilah ini merujuk pada inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga barang dan jasa yang ramah lingkungan.
Secara harfiah, “greenflation” berasal dari kata “green” yang berarti hijau atau ramah lingkungan, dan “inflation” yang berarti inflasi. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 2020 oleh ekonom Bank Dunia, Gita Gopinath.
Greenflation dapat terjadi karena berbagai faktor, antara lain:
- Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa ramah lingkungan. Permintaan terhadap barang dan jasa ramah lingkungan meningkat karena kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini mendorong produsen untuk meningkatkan produksi barang dan jasa ramah lingkungan.
- Peningkatan biaya produksi barang dan jasa ramah lingkungan. Produksi barang dan jasa ramah lingkungan umumnya membutuhkan teknologi yang lebih mahal dan bahan baku yang lebih langka. Hal ini menyebabkan biaya produksi menjadi lebih tinggi, yang akhirnya akan ditransfer kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi.
- Gangguan pasokan bahan baku. Pasokan bahan baku untuk produksi barang dan jasa ramah lingkungan dapat terganggu akibat berbagai faktor, seperti perang, bencana alam, atau kebijakan pemerintah. Hal ini juga dapat menyebabkan kenaikan harga.
Greenflation dapat menjadi tantangan bagi transisi energi. Transisi energi adalah upaya untuk mengurangi penggunaan energi fosil dan menggantinya dengan energi bersih, seperti energi terbarukan. Transisi energi membutuhkan investasi yang besar dalam pengembangan teknologi dan infrastruktur energi bersih. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa ramah lingkungan, yang dapat memicu inflasi.
Untuk mengatasi greenflation, diperlukan kebijakan yang tepat dari pemerintah dan pelaku usaha. Pemerintah dapat memberikan subsidi untuk pengembangan teknologi dan infrastruktur energi bersih. Pelaku usaha juga dapat melakukan inovasi untuk meningkatkan efisiensi produksi barang dan jasa ramah lingkungan.
Berikut adalah beberapa contoh barang dan jasa ramah lingkungan yang dapat mengalami kenaikan harga akibat greenflation:
- Energi terbarukan, seperti solar panel, baterai, dan turbin angin
- Kendaraan listrik
- Produk organik
- Teknologi hemat energi
Greenflation merupakan fenomena yang kompleks dan masih terus dipelajari oleh para ekonom. Namun, penting untuk memahami potensi dampak greenflation terhadap ekonomi dan masyarakat.