Dedi Mulyadi Hentikan PR Sekolah! Siswa Jawa Barat Bebas Bawa Tugas Pulang

Dedi Mulyadi Hentikan PR Sekolah! Siswa Jawa Barat Bebas Bawa Tugas Pulang


JURNAL SOREANG-

Kebijakan baru dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi langsung menyedot perhatian publik, terutama para pelajar dan orang tua murid.

Melalui rencana tegas yang segera diterapkan, surat edaran penghapusan PR siswa resmi akan diterbitkan.

Langkah ini merupakan tindak lanjut dari kekhawatiran siswa terkait aturan jam malam pelajar yang dinilai bisa menghambat kegiatan belajar di rumah.

Dengan langkah ini, Dedi Mulyadi ingin memastikan anak-anak tidak lagi terbebani oleh pekerjaan rumah (PR) sepulang sekolah.

Ia ingin pelajar di Jawa Barat fokus menyelesaikan seluruh proses belajar-mengajar di sekolah, tanpa membawa pulang tugas akademik yang kerap memicu stres, kelelahan, hingga ketidakseimbangan waktu dengan keluarga.

Dalam pernyataannya, Dedi Mulyadi menegaskan:

“Saya sudah minta Dinas Pendidikan mengeluarkan surat edaran. Anak-anak tidak membawa beban pembelajaran ke rumah dalam bentuk PR.”

Gubernur Jawa Barat ini ingin mengembalikan fungsi rumah sebagai ruang istirahat dan tempat anak-anak berinteraksi dengan keluarga. Menurutnya, PR seharusnya bukan tugas akademik, tapi pekerjaan dalam arti sesungguhnya:

“PR seharusnya benar-benar pekerjaan rumah, seperti menyapu rumah, beberes rumah atau membantu orang tua memasak.”

Langkah ini sekaligus menanggapi kebijakan jam malam pelajar di Jawa Barat yang melarang anak-anak keluar rumah antara pukul 21.00 hingga 04.00 WIB.

Dengan dihapuskannya PR sekolah, siswa tidak lagi harus mencari waktu malam untuk belajar kelompok atau menyelesaikan tugas dari sekolah di luar jam belajar.

Selain itu, Dedi Mulyadi juga memerintahkan agar jam masuk sekolah di Jawa Barat dimulai pukul 6.30 pagi. Dengan waktu belajar yang cukup di pagi hingga siang hari, ia meyakini semua tugas dapat diselesaikan di sekolah.

Yang menarik, Dedi menyebut bahwa kebijakan ini telah dirancang secara ilmiah.

“Semuanya ilmiah kok. Sudah mempertimbangkan aspek psikologi dan grafologi anak,” jelasnya.

Ia mengaku melibatkan sekitar 600 psikolog anak serta berencana melakukan survei statistik dan evaluasi psikologis setelah kebijakan ini diterapkan secara penuh.

Kebijakan penghapusan PR siswa di Jawa Barat oleh Gubernur Dedi Mulyadi bukan sekadar gagasan reaktif terhadap jam malam pelajar, tetapi merupakan langkah strategis yang didukung riset psikologis.

Dengan menjadikan sekolah sebagai pusat pembelajaran yang tuntas, dan rumah sebagai tempat istirahat dan pembentukan karakter, langkah ini diharapkan membawa dampak positif bagi generasi muda.

Kini, siswa Jawa Barat bisa pulang tanpa stres PR, dan lebih fokus pada kualitas hidup serta kebersamaan dengan keluarga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com