Oleh Teguh Anantawikrama
Doktrin “America First” yang diusung oleh Donald Trump selama masa kepresidenannya dan terus digaungkan dalam retorikanya bukan sekadar slogan politik—doktrin ini mencerminkan pergeseran paradigma global. Ini menunjukkan penyesuaian kembali peran Amerika Serikat dalam tatanan internasional, menekankan unilateralisme daripada multilateralisme, serta kepentingan nasional di atas kerja sama global.
Bagi negara-negara seperti Indonesia, pergeseran ini menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Ketika AS mundur dari perannya sebagai pemimpin tradisional, negara-negara dengan keunggulan strategis dan potensi yang belum tergarap, seperti Indonesia, dapat memanfaatkan momen ini untuk mempercepat pertumbuhan dan pengaruhnya di panggung global.
Bagaimana Indonesia Dapat Memaksimalkan Peluang Ini
1. Menjadikan Indonesia Pemimpin Regional Utama
Saat Amerika Serikat memprioritaskan isu domestik, muncul kekosongan dalam kepemimpinan global dan regional. Indonesia, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan anggota kunci ASEAN, berada pada posisi yang tepat untuk tampil ke depan. Dengan mengambil peran kepemimpinan yang proaktif dalam inisiatif regional, Indonesia dapat membentuk masa depan Asia Tenggara dalam bidang perdagangan, keamanan, dan inovasi, memastikan kepentingannya menjadi prioritas dalam kebijakan regional.
Kepemimpinan ini dapat diperkuat melalui inisiatif yang dipimpin ASEAN, seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yang sejalan dengan tujuan Indonesia untuk memperdalam integrasi perdagangan.
2. Memperluas Kemitraan Global Indonesia
“America First” menciptakan tatanan global yang lebih terfragmentasi, di mana ekonomi berkembang semakin berpengaruh. Indonesia harus memanfaatkan keikutsertaannya dalam BRICS untuk memperkuat kemitraan dengan negara-negara seperti China, India, Rusia, Brasil, dan Afrika Selatan. Hubungan ini dapat membuka pintu bagi pasar baru, investasi, dan transfer teknologi.
Selain itu, Indonesia perlu meningkatkan upayanya untuk mendiversifikasi mitra perdagangan dan investasi dengan menjalin hubungan dengan Uni Eropa, Afrika, dan Amerika Latin, sambil tetap menjaga hubungan yang kuat dengan sekutu tradisional seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia.
3. Meningkatkan Ketahanan Domestik
Sumber daya alam yang melimpah, tenaga kerja muda, dan lokasi strategis menjadikan Indonesia memiliki posisi unik untuk mengurangi ketergantungan pada pasar eksternal. Dengan fokus pada industrialisasi, Indonesia dapat menambah nilai pada sumber daya alamnya daripada mengekspornya dalam bentuk bahan mentah. Proses hilirisasi mineral seperti nikel untuk baterai kendaraan listrik adalah contoh nyata bagaimana Indonesia dapat terintegrasi ke dalam rantai pasok global.
Selain itu, investasi dalam energi terbarukan, infrastruktur digital, dan pertanian berkelanjutan tidak hanya meningkatkan ketahanan domestik tetapi juga daya saing Indonesia di panggung global.
4. Memanfaatkan Peran Indonesia sebagai Pusat Rantai Pasok Global
“America First” telah menciptakan gangguan dalam rantai pasok global karena perusahaan mencari alternatif untuk produksi yang bergantung pada China. Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini dengan memposisikan diri sebagai pusat manufaktur dan logistik yang andal. Dengan reformasi kebijakan yang terarah, pembangunan infrastruktur, dan insentif bagi investor asing, Indonesia dapat menarik perusahaan yang mencari solusi diversifikasi rantai pasok.
Pembangunan kawasan ekonomi baru, seperti Kawasan Industri Terpadu Batang, harus dipercepat untuk memenuhi permintaan global.
5. Menjadi Pemimpin dalam Iklim dan Keberlanjutan
Saat perhatian global beralih pada pembangunan berkelanjutan, Indonesia memiliki peluang untuk menunjukkan kepemimpinan dalam aksi iklim. Dengan berkomitmen pada target pengurangan karbon yang ambisius dan memanfaatkan potensi energi terbarukannya yang luas, Indonesia dapat memposisikan dirinya sebagai pemimpin global dalam keberlanjutan. Hal ini tidak hanya meningkatkan reputasi internasionalnya tetapi juga menarik investasi di teknologi hijau dan industri.
6. Memperkuat Diplomasi Publik
Lokasi strategis, keberagaman budaya, dan status Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia memberikannya kekuatan lunak yang signifikan. Kampanye diplomasi publik yang menyoroti kontribusi Indonesia terhadap perdamaian global, inovasi, dan pembangunan berkelanjutan dapat meningkatkan pengaruh globalnya. Ini menjadi semakin penting saat AS mundur dari perannya sebagai pemersatu global.
Paradigma Pertumbuhan Baru untuk Indonesia
Doktrin “America First” Trump adalah tantangan terhadap tatanan global yang mapan sekaligus undangan bagi kekuatan baru seperti Indonesia untuk bangkit. Dengan menegaskan kepemimpinannya dalam inisiatif regional dan global, mendiversifikasi kemitraan, dan berinvestasi dalam kemampuan domestik, Indonesia dapat mengubah pergeseran geopolitik ini menjadi pijakan untuk pertumbuhan yang lebih cepat.
Inilah saatnya Indonesia melangkah maju—bukan hanya sebagai kekuatan regional, tetapi sebagai negara yang siap membentuk tatanan global baru. Mari kita gunakan peluang ini untuk menunjukkan ketahanan, kreativitas, dan komitmen kita pada masa depan yang berkelanjutan dan bersama.