– Pemilihan Paus dilakukan secara tertutup dan rahasia. Hanya Kardinal dari seluruh dunia yang ikut dalam pemilihan ini.
Setelah Paus Fransiskus wafat, diadakan Konklaf untuk menunjuk Paus baru.
Pemungutan suara untuk memilih paus baru akan dilangsungkan mulai hari Rabu, tanggal 7 Mei 2025.
Meskipun proses ini dilakukan secara rahasia, seluruh dunia diberi tahu tentang keputusan harian pemilihan ini melalui simbol asap yang keluar dari cerobong di puncak Kapel Sistina.
Penonton dari seluruh dunia akan memperhatikan asap dari cerobong. Ada yang menyaksikan langsung di Kota Vatikan, ada juga yang menyaksikan melalui tayangan video.
Mereka penasaran dengan informasi terkini mengenai orang yang bakal memimpin Gereja Katolik selanjutnya.
Para kardinal yang berpartisipasi dalam konklaf hanya mengikuti satu putaran pemungutan suara pada Rabu malam. Saat itu, asap hitam mengepul.
Dilansir USA Today, asap hitam menunjukkan jawaban yang tidak meyakinkan.
Oleh karena itu, hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada paus yang dipilih ketika 133 kardinal membuka prosesi rahasia yang sudah berjalan selama bertahun-tahun guna mencari kepemimpinan baru bagi Gereja Katolik.
Di samping asap hitam, terdapat pula asap putih yang mengindikasikan bahwa seorang paus baru sudah ditetapkan.
Asap hitam dan putih digunakan untuk mewakili keputusan para kardinal setiap hari, karena mereka diasingkan dan tidak dapat membagikan berita ini secara langsung.
Apabila salah seorang calon tidak mendapatkan dua pertiga dari jumlah suara yang diperlukan, maka billet pemilihan akan dibakar dalam tungku bersamaan dengan penambahan bahan kimia sehingga menimbulkan asap berwarna hitam.
Asap hitam menunjukkan pemungutan suara berikutnya akan berlangsung.
Jika seorang kandidat terpilih, putaran akhir pemungutan suara dibakar dengan bahan kimia untuk menghasilkan asap putih.
Namun, tidak ada waktu yang pasti untuk sinyal asap yang muncul selama rapat tertutup.
Meski begitu, para ahli menggunakan rapat tertutup sebelumnya untuk membuat tebakan yang masuk akal.
Jika keputusan akhir tidak dibuat pada hari pertama, orang-orang dapat memperkirakan sinyal asap berikutnya akan dibagikan pada pertengahan pagi hari berikutnya, yakni pada Kamis, 8 Mei 2025.
Para kardinal dapat menyelenggarakan hingga empat putaran pemungutan suara dalam satu hari, jika satu kandidat tidak terpilih.
Sebelum terpilihnya Robert Francis Prevost sebagai Paus yang baru dengan nama kepausan Paus Leo XIV, sempat dua kali keluar asap hitam.
Asap tersebut muncul setelah dua putaran pemungutan suara yang dilakukan para Kardinal Katolik pada hari kedua konklaf, Kamis (8/5/2025) siang Waktu setempat.
Setiap kali Dewan Kardinal melakukan pemungutan suara namun belum mencapai keputusan, putaran tersebut ditutup dengan asap hitam dari cerobong Kapel Sistina.
Selanjutnya, asap putih melayang dari cerobong asap Basilika Sistina, Vatikan, pada hari Kamis tanggal 8 Mei 2025, menandakan bahwa seorang Paus telah resmi dipilih.
Kemunculan asap putih pukul 18.15 waktu Roma atau tengah malam pukul 23.20 WIB ini disambut gembira oleh umat Katolik seluruh dunia.
“Secepatnya, 133 kardinal pemilihan yang bertemu di Kapel Sistina dalam Vatikan sudah menunjuk Paus baru. Orang ini bakal tampil di jendela tengah Basilika Santo Petro,” demikian tertulis pada kutipan dari Vaticannewsit yang dirilis oleh Tribunnews.com.
Proses pemilihan
Menurut laporan Insider, paus ditunjuk oleh Dewan Kardinal, yaitu kelompok uskup yang merangkap sebagai pejabat tertinggi di dalam Gereja Katolik.
Mereka diundang ke Vatikan guna menghadiri konklav, ritual rahasia dalam memilih paus baru.
Pada saat ini ada sebanyak 252 kardinal yang tersebar di seluruh dunia.
Dari total itu, 138 kardinal berhak memberikan suara pada pemilihan konklav.
Peraturan yang mulai diterapkan sejak 1975 menetapkan bahwa kardinal berumur lebih dari 80 tahun tidak boleh mengambil bagian dalam pemilihan.
Pemungutan suara dimuali dengan misa khusus di pagi hari, disusul oleh pertemuan para kardinal pemilih (hingga maksimum 120 orang) di Kapel Sistina—lokasi yang sudah dipakai untuk seluruh konklaf sejak 1858.
Konklaf secara resmi diawali saat pembawa upacara liturgi kepausan menyebut frasa “extra omnes,” yang dalam Bahasa Latin memiliki arti “semua orang keluar.”
Perintah itu mengejar keluarnya seluruh individu tanpa hak, meninggalkan hanya kalangan kardinal pemilih yang nantinya dipindahkan sampai sang paus baru terpilih.
Setelah hari pertama, terdapat empat sesi penghitungan suara yang berlangsung setiap harinya.
Uskup Agung mencatat pilihan mereka pada sebuah lembaran kertas bertulis “Eligo in summum pontificem” yang bermakna “Saya mengangkatnya menjadi Paus tertinggi.”
Berkas pemilihan tersebut dimasukkan ke dalam tabur, diperiksa oleh tiga kardinal pengawasi, lalu dibakarnya.
Dua pertiganya harus disetujui untuk mengangkat seorang kardinal sebagai paus yang baru.
Pengertian Konklaf Kepausan
Konklaf kepausan adalah pemilihan paus baru, yang diselenggarakan oleh Dewan Kardinal, yakni para uskup dan pejabat Vatikan yang dipilih oleh Paus.
Kepala-klerik berfungsi menyuarakan pilihan kepada seorang di antara sesama mereka guna menjabat posisi Paus.
Saat konklav, para kardinal dipisahkan dari dunia luar, sehingga mereka tak bisa bersentuhan atau berinteraksi dengan hal-hal di luar ruangan tersebut.
Sebelum melakukan voting, para kardinal mendiskusikan sejumlah permasalahan dan tantangan yang sedang dihadapi oleh Gereja Katolik.
Kemudian mereka mengumpulkan diri di Basilika Santo Petrus guna berdoa dan meminta petunjuk Roh Kudus agar mengetahui siapakah yang harus melanjutkan tugas tersebut.
Untuk pemilihan yang sebenarnya, para kardinal memasuki Kapel Sistina, mengambil sumpah kerahasiaan, dan menyegel pintu gereja.
Setiap kardinal memberikan suara melalui pemungutan suara rahasia.
Ia mengucapkan doa dan kemudian memasukkan surat suaranya ke dalam piala besar.
Jika salah satu kandidat tidak memperoleh suara mayoritas dua per tiga, pemilihan ulang akan diadakan.
Langkah ini dilakukan berulang kali sampai salah seorang calon mendapatkan suara yang dibutuhkan.
Setelah calon mendapatkan dukungan dua per tiga suara dari para kardinal, ia akan menyetujui posisi itu serta memilih nama kepausannya. Selanjutnya, kardinal diakun tertua akan mengabarkan hal ini dari balkon Basilika Saint Peter sebelum paus yang baru tampil di hadapan publik.
Diberitakan AP News, para kardinal diharapkan untuk menolak segala pengaruh “sekuler” dalam memilih paus.
Namun, lobi semacam itu marak di Roma beberapa hari menjelang konklaf, karena berbagai kelompok mengingatkan para kardinal tentang apa yang diinginkan umat Katolik biasa dari seorang pemimpin.
Pemuda Katolik menulis surat terbuka untuk mengingatkan para kardinal bahwa tak ada gereja tanpa partisipasi kaum muda, wanita, dan umat biasa.
Media Katolik konservatif menyampaikan versi buku bersinar yang mencakup evaluasi mereka tentang calon-calon tersebut kepara kardinal-kardinal.
Para korban pelecehan seksual oleh pendeta memperingatkan para kardinal bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika mereka gagal menemukan pemimpin yang akan menindak tegas pelecehan dan upaya menutup-nutupi yang telah terjadi selama puluhan tahun.
Para pendukung penahbisan perempuan mengirimkan sinyal asap merah muda melalui Vatikan pada hari Rabu untuk menuntut agar perempuan diizinkan menjadi pendeta dan berpartisipasi dalam konklaf.
Meski demikian, Gedung Putih turut serta dengan memposting gambar Presiden Donald Trump yang bertopeng layaknya seorang Paus.
Trump mengatakan itu lelucon, tetapi tindakan itu dikecam oleh mantan Perdana Menteri Italia Romano Prodi sebagai campur tangan politik yang “tidak senonoh” dalam masalah keimanan yang mengingatkan kita pada masa ketika para penguasa sekuler ikut campur dalam pertemuan-pertemuan rahasia.
Sebagian rtikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul
Apa Arti Asap Hitam dan Putih dalam Konklaf Pemilihan Paus? Mengepul dari Cerobong Kapel Sistina
Website Scam Penipu Indonesia, KONTOL SEXS SITUS SEXS
домашний интернет тарифы
rostov-domashnij-internet001.ru
интернет домашний ростов