Dampak Psikologis: Mengirim Anak ke Barak Militer dan Risikonya

Dampak Psikologis: Mengirim Anak ke Barak Militer dan Risikonya

Apa
pengaruh menyekolahkan anak di barak militer
Dosen Psikologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, menegaskan bahwa mengirim remaja dengan masalah perilaku ke barak militer dapat memiliki dampak buruk, misalnya trauma sebagai hasil daripadanya.
culture shock
Pendekatan militer yang bersifat behavioristik, dengan penekanan pada imbalan dan hukuman, dianggap gagal dalam mengembangkan pemahaman diri yang mendasar.

Dia menggarisbawahi bahwa pembentukan perilaku yang berkelanjutan sebenarnya tercipta lewat metode humanistis yang mencakup refleksi, diskusi, serta simpati. Menurut Novi, pendekatan pendidikan semata-mata preskrptif dan rendah interaksi, entah itu di lingkungan sekolah atau keluarga, tak cukup untuk menyembuhkan inti persoalan pemuda, biasanya disebabkan oleh keterbatasan kecerdasan emosi dan sosial mereka.

Pengaruh Mengirim Anak ke Barak di Tempat Perang

Dampak Anak Dikirim ke Barak Militer (Freepik.com)

Mengirim anak nakal ke barak
militer
, lebih baik tetap memperhatikan faktor-faktor sosial dan emosionalnya. Dari perspektif Psikologi, berikut adalah beberapa efek yang mungkin timbul jika mengirimkan anak ke barak militer:

  • Apakah itu Barak Militer? Tempat di mana Anak Nakal dikirim oleh Dedi Mulyadi.
  • Dedi Mulyadi Mengirim Murid dari Sekolah ke Barak Militer, Apakah Gubernur Lain akan Meniru?
  • Berbagai Aspek Vasektomi Sebagai Persyaratan Bantuan Sosial: Konsep dari Dedi Mulyadi, Mengupas Isu Larangan serta Hak Azasi Manusia

1. Efek Baik Mengirim Anak ke Asrama Militer

Menurut sejumlah penelitian
psikologi
Menurut kebijakan ini, menyekolahkan remaja dengan masalah ke barak militer dianggap memberikan efek baik, misalnya peningkatan ketaat aturan, rasa bertanggung jawab, serta jalannya hidup yang lebih teratur. Ini dikarenakan mereka dapat menjauh dari iklim negatif masa lalu mereka.

Model pembelajaran di barak yang mengadopsi metode behavioristik diyakin dapat menciptakan tingkah laku baru dengan cara memberikan imbalan atau sanksi. Menurut Aufa Abdillah Hanif dari Fakultas Ilmu Keislaman UIN Salatiga, teknik tersebut cukup berhasil bila diterapkan dengan rapi serta memperhatikan aspek kemanusiaan.

Dia menyatakan bahwa pelatihan militer hanyalah sementara dan tidak boleh menjadi jawaban akhir. Dia percaya bahwa campur tangan yang berkelanjutan dengan dasar rasa simpati, bimbingan psikologis, serta dukungan dari keluarga adalah hal yang lebih esensial dalam membangun kepribadian secara mendalam. Selain itu, dia juga menegaskan supaya metode militer selalu menganut prinsip kebajikan dan melibatkan diri dalam pembinaan jangka panjang, daripada hanya mencoba meredam perbuatan buruk seketika.

2. Efek Buruk Menempatkan Anak di Barak Militer dengan Metode yang Tidak Bersahabat

  • Berbahaya Membentuk Kepatuhan pada Anak hanya dengan Rasa takut

Menurut Konselor Psikologi dari Biro Psikologi Tazkia UIN Salatiga, pelatihan di barak militer hanya menghasilkan kepatuhan berdasarkan rasa takut, yang pada akhirnya bukan merupakan pemahaman pribadi mereka. Apalagi jika metode tersebut tidak mencakup pendekatan humanistik. Sehingga dampaknya adalah perubahan tingkah laku hanya akan bertahan dalam situasi terstruktur, dan bisa saja kembali kepada pola sebelumnya ketika sudah berada di lingkungan awal.

Dia menyatakan bahwa metode ini tak dapat mengambil alih fungsi guruBK yang bersifat pencegahan dan pemulihan berdasarkan pendekatan psikologis. Menurut dia, aturan baru tersebut lahir sebagai tanggapan terhadap krisis di sistem pendidikan, terutama akibat kurangnya dukungan kepada guruBK. Oleh karena itu, program pendampingan sekolah harus dipandang sebagai tambahan yang masih membutuhkan partisipasi dari para profesional kesehatan jiwa.

  • Ancaman dan Pengancam Mempengaruhi Kesehatan Mental Anak

Psikolog anak Gisella Tani Pratiwi mengkritisi penggunaan ancaman serta gertakan dalam mendidik atau merawat anak sebagai bagian dari tindakan kekerasan verbal, yang dapat memiliki dampak buruk pada pertumbuhan psikologi si anak. Dia menyatakan dengan tegas bahwa metode semacam itu akan menciptakan suasana ketidakamanan, perasaan diintimidasi, serta persepsi negatif tentang diri mereka sendiri.

Anak-anak pun mungkin tak mengerti alasannya dibatasi, sehingga kurang bisa membentuk dorongan dari dalam dan pertumbuhan emosi yang baik. Gisella menyebutkan pula bahwa pendekatan pengasuhan dengan ancaman malahan meredam potensi tumbuh kembang mereka sepenuhnya dan dapat menciptakan risiko timbulnya rasa cemas serta keraguan pada sekitar dan para pemegang wewenang.

Pernyataan tersebut keluar sebagai respons atas keputusan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dia berencana mengirimkan remaja bermasalah ke fasilitas militer dan polisi agar mendapatkan pendidikan bertaraf militer selama antara enam bulan sampai setahun sebelum kembali kepada orang tua mereka.

Pro dan Kontra Mengirim Anak ke Barak Militer

Koordinator JPPI, Ubaid Matraji, menyatakan bahwa mengirim anak bermasalah ke barak militer bisa membahayakan karena dapat menciptakan trauma militarisasi seperti yang dialami pada zaman dahulu. Menurut dia, metode militer tidak cocok dengan konsep pendidikan yang harus mendukung pembentukan lingkungan aman, bersikap humanis, serta mendorong perkembangan anak.

Ubaid turut mengomentari tentang keseringan menggunakan tentara untuk masalah-masalah sehari-hari seperti pendidikan, hal ini menurut dia kurang tepat. Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menjelaskan bahwa jaringan pendidikan negara telah dilengkapi dengan prosedur tertentu untuk merawat siswa-siswa yang mempunyai permasalahan lewat tenaga pengajar BK yang terdapat pada masing-masing institusi pendidikan tersebut.

Menurut Atip, usulan Gubernur Dedi dianggap kurang sesuai karena pendidikan harus mengadopsi metode mendidik, bukannya bersifat keras atau represif. Dia menyatakan tugas militer tentunya signifikan pada situasi tertentu; akan tetapi, hal tersebut tak cocok untuk dunia pendidikan yang lebih membutuhkan strategi bimbingan daripada pengaturan ketat.

Pengaruh mengirim anak ke barak militer tergantung pada bagaimana hal itu dilakukan serta metode apa yang dipakai. Psikolog merekomendasikan bahwa ketika membawa anak-anak ke barak militer, mereka harus diberi pendidikan dengan cara yang manusiawi daripada sekadar berfokus pada aspek militer saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com