Mengapa Weleh-weleh Saat Rasa Sedih? Ini Lho Penjelasan Ilmiah Tentang Ekspresi Wajah

Mengapa Weleh-weleh Saat Rasa Sedih? Ini Lho Penjelasan Ilmiah Tentang Ekspresi Wajah



– Pernah tersenyum saat tak bahagia, atau pasang wajah marah meski tak benar-benar kesal? Ekspresi wajah ternyata tidak selalu jujur.

Dikutip dari Futurity.org, penelitian mengungkap bahwa ekspresi wajah lebih sering digunakan untuk berkomunikasi sosial, bukan mencerminkan perasaan sebenarnya.

Berikut adalah beberapa fakta mengenai ekspresi wajah pada manusia menurut ahli.


Ekspresi Bukan Cerminan Perasaan

Alan J. Fridlund, associate professor di Departemen Psikologi dan Ilmu Otak di University of California, Santa Barbara menjelaskan bahwa wajah manusia berfungsi untuk mengarahkan interaksi sosial.

Penemuan dalam jurnal
Trends in Cognitive Sciences
Mendukung pandangan Fridlund, serta menantang persepsi populer tentang senyuman dan ekspresi lainnya yang dihubungkan secara langsung dengan perasaan.

Sebagai contoh, perilaku menangis seringkali dipandang sebagai indikasi duka, tetapi pada kenyataannya hal itu banyak dilakukan untuk mendapatkan perhatian, belaian, atau kata-kata penyemangat dari pihak lain.

Dia memberikan contoh, seperti simpanse di taman hewan yang kelihatan sedang tersenyum, meskipun sebenarnya mungkin bukan begitu artinya.
“submissive threat grimace”
atau ungkapan patuh dalam situasi ancaman.

Riset ini pun menggarisbawahi kejadian aneh di mana individu masih memperlihatkan ekspresi muka ketika berada seorang diri, khususnya apabila mereka membayangkan tengah berkumpul dengan orang lain.

“Ketika berada di sekitar orang lain, kita cenderung mengamati respons yang mereka tunjukkan, sementara mereka pun secara tidak langsung mencerminkan emosi ketika menyaksikan kita menantikan tanggapan dari diri mereka sendiri,” terang Fridlund.


Tidak Terdapat Ekspresi yang bersifat Global

Penelitian ini pun mencakup hasil dari Carlos Crivelli yang telah menyelidiki komunitas Trobriand di Papua New Guinea.

Dalam kebudayaan mereka, gerakan wajah yang dilihat orang Barat sebagai indikasi rasa takut, malahan dipakai untuk mengintimidasi pihak lain.

Fridlund menyatakan bahwa berbagai studi terdahulu tentang ekspresi wajah ternyata dipengaruhi oleh perspektif budaya Barat.

“Pada dekade 1960, para peneliti memiliki asumsi bahwa ekspresi tertentu pastilah mencerminkan emosi spesifik. Akibatnya, percobaan mereka yang dibuat serta dianalisis melalui sudut pandang budaya Barat, tanpa disadari mengokohkan kepercayaan tersebut,” katanya.


Muka Wajah Sebagai Sarana Negotiation Sosial

Hal lain yang terkait dengan interaksi sosial adalah bahwa ekspresi wajah bertindak sebagai sarana untuk menganalisis serta mengendalikan respons individu lain.

Meski tidak ada orang lain di sekitar, misalnya ketika bertemu dengan peralatan yang rusak atau masalah pada komputer, seseorang masih akan menampilkan ekspresi wajah sebagai jika mereka sedang berkomunikasi.

Menurut dia, ini menggambarkan bahwa wajah kita tidak sekadar milik kita sendiri, melainkan sebagian dari sistem komunikasi sosial yang sedang berjalan, termasuk saat kita tidak sadar sepenuhnya.

“Orang membuat ekspresi saat mesin minuman tidak mengembalikan uang, atau saat komputer melakukan reboot saat presentasi. Dan mereka akan menunjukkan ekspresi yang sama ketika hanya diminta membayangkan situasi tersebut,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com