4 Cara Mengasah Kecerdasan Emosional Anak Sejak Dini

4 Cara Mengasah Kecerdasan Emosional Anak Sejak Dini

Membantu anak belajar mengelola perasaannya bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan secara instan, Ibu. Selama masa perkembangannya, melatih kemampuan pengaturan emosi pada anak sangat penting agar mereka mampu mengenali dan mengekspresikan perasaannya dengan cara yang sehat.

Ibu mungkin sering menghadapi Anak Kecil yang tiba-tiba menangis, marah, atau menolak sesuatu tanpa alasan yang jelas. Kejadian ini wajar karena anak masih membutuhkan arahan untuk menyampaikan perasaannya dengan cara yang benar.

Bila anak mampu mengenali perasaan mereka sendiri, maka mereka akan berkembang menjadi individu yang lebih percaya diri. Hal ini juga memudahkan mereka dalam menciptakan hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitarnya.

Namun, proses ini tidak cukup hanya mengandalkan nasihat saja. Anak memperoleh pengetahuan lebih banyak dari apa yang mereka amati, khususnya bagaimana Ibu dan Ayah mengelola perasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu, bagaimana cara terbaik dalam melatih pengendalian emosi pada anak agar mereka tumbuh lebih tenang dan percaya diri?

Kemampuan indra menjadi dasar yang penting dalam pengaturan emosi anak

Ahli Psikologi Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog, menjelaskan bahwa kemampuan anak dalam mengelola perasaannya ternyata berkaitan erat dengan tingkat kematangan indranya. Anak yang terbiasa mencoba berbagai hal akan memiliki kemampuan pengaturan emosi yang lebih baik, Bu.

“Kemampuan pengaturan emosi anak tersebut didukung oleh kematangan sensorik,” kata Anastasia dalam acara Bundafest di Lotte Mall Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selain itu, kematangan sensori memiliki peran yang sangat penting karena Si Kecil perlu melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan gerakan dan eksplorasi.

Kematangan sensori sangat penting karena anak membutuhkan kemampuan untuk merangkak, otot-ototnya perlu terlatih, serta membutuhkan pengalaman mencoba berbagai tekstur. Anak-anak yang dapat mencoba berbagai makanan biasanya memiliki regulasi emosi yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak bisa melakukan hal tersebut. picky eateratau memilih makanan,” kata Anastasia.

“Selain itu, anak perlu melihat bagaimana orang tua menanggapi emosi agar ia dapat meniru dan belajar mengatur perasaannya sendiri,” lanjutnya.

Cara mengajarkan pengaturan emosi pada anak menurut psikolog Tehnik memperkuat pengendalian emosi pada anak berdasarkan pandangan psikolog Metode melatih pengelolaan emosi pada anak menurut ahli psikologi Pendekatan psikologis dalam membantu anak mengelola perasaan mereka Strategi pengembangan regulasi emosional pada anak menurut psikolog Cara mengajari anak mengontrol emosi mereka sesuai dengan saran psikolog Teknik psikologis untuk melatih pengendalian diri emosional pada anak Panduan psikolog dalam melatih kemampuan regulasi emosi anak Metode pengajaran emosi yang sehat pada anak menurut psikolog Cara efektif melatih pengaturan emosi pada anak berdasarkan teori psikologis

Setelah memahami bahwa kemampuan anak dalam mengelola perasaannya sangat berkaitan dengan tingkat kematangan sensorinya, langkah berikutnya adalah membantu mereka berlatih kemampuan tersebut secara teratur. Berikut penjelasannya:

1. Dimulai dari orang tua yang belajar mengatur perasaan mereka

Sebelum mengajarkan anak untuk mengelola perasaannya, orang tua sebaiknya terlebih dahulu memahami dan melatih diri dalam menangani emosi secara sehat. Anak merupakan peniru yang sangat baik, sehingga mereka belajar melalui apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang diajarkan kepada mereka.

“Karena kan anak ngeliatinkami, dan kami berdua menyadari bahwa kami berasal dari lingkungan pengasuhan yang belum mengajarkan kami bagaimana cara mengelola emosi dengan sehat,” jelas Anastasia.

“Kami yang lebih dulu berlatih, sehingga akhirnya anak itu mampu meniru cara mengatur perasaannya,” tambahnya.

Dengan demikian, anak akan memiliki contoh bagaimana menghadapi perasaannya tanpa harus meledak atau menekan emosinya. Ketika Ibu mampu menunjukkan cara tenang, anak akan belajar melakukan hal yang sama.

2. Ajarkan anak untuk mengenali dan memahami emosinya

Salah satu metode yang direkomendasikan adalah membantu anak memahami sejauh mana tingkat emosinya. Dengan demikian, anak belajar bahwa perasaan memiliki berbagai tingkatan dan semua emosi dapat diatur.

“Bunda bisa me-ratemisalnya, “1-10 oke ini terasa 7 atau 8, kita sangat marah, Ibu perlu waktu untuk menenangkan diri dulu,” kata Anastasia.

Pendekatan semacam ini membantu anak menyadari bahwa orang dewasa juga bisa merasa marah atau sedih, tetapi masih memiliki cara yang baik untuk menenangkan diri.

Ini juga membantu mereka memahami bahwa emosi yang kuat bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti atau disembunyikan.

“Nanti anak akan belajar ‘Ohhh Ibu, aku sudah dewasa, Ayah juga sudah dewasa, ternyata bisa juga merasakan emosi yang kuat, dan butuh waktu untuk kembali tenang,’ “tambahnya.

3. Ajarkan batasan emosional yang sehat

Tidak hanya itu, anak juga perlu memahami bahwa semua perasaan bisa dirasakan, tetapi cara mengekspresikannya harus aman bagi dirinya sendiri dan orang sekitar. Pada usia 3-4 tahun, Si Kecil biasanya masih memiliki dorongan fisik yang kuat saat marah, sehingga perlu dibimbing dengan sabar, Bunda.

“Benar itu kalimat yang sering kita gunakan, marah boleh, tapi jangan sampai memukul dengan tangan dan kaki,” kata Anastasia.

Pendekatan ini membantu anak menyadari bahwa merasa marah adalah hal yang wajar, tetapi mereka perlu belajar mengatur cara mengekspresikannya. Dengan demikian, anak dapat memahami apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak boleh dilakukan saat sedang dalam kondisi emosional.

“Pada usia 3-4 tahun, karena kebutuhan sensorik mereka ingin memukul, tetapi bukan berarti anaknya nakal, sehingga Bunda bisa memberi tahu, ‘Oke sayang, Bunda tahu kamu sedang marah, tapi tidak boleh memukul dan tidak boleh berkata kasar,'” jelasnya.

4. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaannya melalui cara yang konstruktif

Selain memberikan batasan, anak juga memerlukan cara untuk mengalirkan energi emosionalnya. Kegiatan fisik seperti lari, menendang bola, atau bersepeda dapat menjadi bentuk ekspresi yang aman dan membantu anak merasa lebih tenang.

“Maka Bunda boleh memberi tahu perasaannya, tetapi perilaku yang kita cari adalah yang lebih aman. Juga diperlukan kegiatan fisik untuk membantu regulasi emosi anak,” kata Anastasia.

Berikut beberapa metode yang dapat digunakan untuk melatih pengaturan emosi anak sejak dini menurut ahli psikologi. Apakah Ibu sudah menerapkannya?

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk joinkomunitas Squad. Daftar klikdi SINI. Gratis!