Berita  

Wela Kaweng: Keanggunan Tenun Manggarai di Panggung HUT RI ke-80

Wela Kaweng: Keanggunan Tenun Manggarai di Panggung HUT RI ke-80

Derana NTT – Sebanyak 200 pelajar dari Kecamatan Lamba Leda, Manggarai Timur, tampil menarik dalam tarian besar Songke Lamba Leda dalam perayaan HUT ke-80 RI di lapangan SDI Bea Nanga, Minggu (17/8).

Tarian ini tidak hanya memeriahkan upacara, tetapi juga menjadi bentuk persembahan budaya yang menonjolkan keindahan kain tenun tradisional khas Lamba Leda, khususnya motif Wela Kaweng—simbol hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Dilakukan atas inisiatif pemerintah kecamatan dan didampingi oleh guru-guru dari lima sekolah di Benteng Jawa, pertunjukan ini dipersiapkan dengan sungguh-sungguh selama dua minggu di bawah bimbingan koreografer Imelda Meldasin, Kepala SDK Benteng Jawa.

Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

Motif Wela Kaweng dan Molas Lamba Leda

Motif Wela Kaweng, yang menggambarkan bunga kecil khas daerah Lamba Leda, menjadi pakaian utama para penari.

Motif ini tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga mencerminkan keanggunan dan kelembutan Molas Lamba Leda—perempuan-perempuan penenun yang dikenal sabar, tenang, serta penuh kasih.

“Proses menenun Wela Kaweng membutuhkan waktu selama tiga minggu. Setiap lapisannya memerlukan ketelitian dan ketenangan,” kata Camat Lamba Leda, Longginus Rohos.

Ia menyampaikan, sejak usia sekolah, putri Lamba Leda telah mempelajari seni menenun. Kegiatan ini menjadi bagian penting dalam pembentukan kepribadian dan budaya.

Susunan Tari yang Penuh Makna

Imelda menjelaskan bahwa tarian ini terbagi menjadi tiga bentuk: Pertama, Lodok & Sae – yang menggambarkan kebersamaan dan rasa hormat terhadap leluhur.

Kedua, Lingkaran & Danding – lambang persatuan dan rasa terima kasih, serta Ketiga, Formasi HUT RI & Musik Ndundu Ndake – ekspresi kebahagiaan menyambut hari kemerdekaan.

Mempertahankan Kepribadian di Tengah Perkembangan Modern

Di dalam pidatonya, Kepala Desa Longginus menekankan betapa pentingnya menjaga keberlanjutan tenun Songke Lamba Leda di tengah tantangan globalisasi.

“Songke merupakan identitas. Tarian ini adalah cara kami menunjukkan rasa bangga sebagai orang Lamba Leda,” katanya.

Terlihat, acara ini juga dihadiri oleh anggota DPRD, Forkompimcam, tokoh masyarakat, serta masyarakat dari berbagai lapisan.

Keributan dan tepuk tangan menyertai setiap gerakan tari, menunjukkan bahwa warisan leluhur masih memiliki tempat khusus dalam hati generasi muda.

Songke bukan hanya kain—ia merupakan kisah, perjuangan, dan identitas.