Pendekatan Baru dalam Film Horor “Selepas Tahlil”
Film horor sering kali dianggap sebagai genre yang hanya mengandalkan efek jumpscare untuk menakuti penonton. Namun, Selepas Tahlil hadir dengan pendekatan yang berbeda. Film ini tidak hanya menyuguhkan ketakutan biasa, tetapi juga menggali kedalaman emosional dan hubungan keluarga yang terganggu akibat kematian. Bagi Aghniny Haque, memerankan tokoh Saras dalam film ini menjadi pengalaman yang mendalam dan penuh tantangan.
Saras adalah anak sulung dari sebuah keluarga kecil yang ditinggal oleh ayahnya, Hadi. Setelah prosesi tahlilan, jasad sang ayah tiba-tiba bangkit dan menghilang secara misterius. Dari sinilah mimpi buruk Saras dan adiknya, Yudhis, dimulai. Mereka dihantui oleh teror yang berasal dari makhluk tak kasatmata maupun rahasia masa lalu yang tersembunyi dalam keluarga mereka.
Aghniny mengungkapkan bahwa ia tertarik untuk bergabung dalam film ini setelah mendengarkan episode podcast Lentera Malam, yang menjadi sumber inspirasi bagi film ini. Ia merasa bahwa cerita ini memiliki muatan emosional yang kuat dan memberikan ruang untuk eksplorasi karakter yang lebih utuh dibandingkan film horor pada umumnya.
Berbeda dari film aksi yang sering kali melibatkan adegan fisik seperti tendangan atau pukulan, film Selepas Tahlil menuntut kemampuan membangun ketegangan dan ketakutan tanpa kehadiran visual nyata. Proses syuting sering kali membutuhkan Aghniny untuk berakting tanpa lawan main, hanya mengandalkan imajinasi dan emosi yang dibangun dari naskah.
Tantangan terbesar dalam memerankan Saras adalah membangun luka yang tak terlihat. Trauma, penyangkalan, dan duka harus diwujudkan melalui ekspresi, gestur, dan dialog. Ini menjadi pengalaman yang berbeda dari film aksi yang pernah ia bintangi.
Film yang disutradarai oleh Adriano Rudiman dan ditulis oleh Husein M. Atmodjo ini akan dirilis di bioskop pada 10 Juli 2025. Selain Aghniny Haque, film ini juga dibintangi oleh Bastian Steel, Epy Kusnandar, Aji Bonk, Vonny Anggraini, dan Diandra Agatha.
Pengalaman Berbeda dalam Genre Horor
Aghniny menjelaskan bahwa film horor saat ini sangat diminati di Indonesia karena pasar yang luas dan banyak penonton yang terpukau oleh film-film horor. Namun, ia merasa bahwa Selepas Tahlil memiliki keunikan tersendiri karena ceritanya diambil dari kisah nyata yang telah viral di podcast Lentera Malam. Menurutnya, ini menjadi tantangan baru dalam memfilmkan cerita yang sudah dikenal oleh banyak orang, namun tetap bisa membuat penonton merasa segar dan terkesan.
Ia juga menilai bahwa film ini berbeda dari film horor lainnya karena tidak hanya menakuti penonton, tetapi juga memberikan pelajaran melalui karakter dan latar belakangnya. Penonton diharapkan bisa terbawa oleh cerita yang disampaikan, sehingga film ini tidak hanya seram, tetapi juga memiliki sisi dramatis yang kuat.
Tantangan dalam Bermain di Film Horor
Dibandingkan dengan film aksi, Aghniny merasa bahwa bermain di film horor membutuhkan kekuatan emosional yang lebih besar. Dalam film aksi, ia bisa bereaksi dengan adegan fisik, sedangkan dalam film horor, ia harus membangun ketakutan dan ketegangan hanya melalui ekspresi dan dialog.
Salah satu tantangan terbesar dalam memerankan Saras adalah membangun imajinasi. Terkadang, ia harus berakting tanpa lawan main atau musuh yang nyata, hanya mengandalkan suara atau ketakutan yang ia bayangkan sendiri. Proses ini tidak mudah, tetapi ia mencoba membayangkan bagaimana rasanya menjadi Saras—seorang anak pertama yang kehilangan ayahnya dan menghadapi rahasia-rahasia yang belum ia ketahui.
Riset dan Pengalaman Syuting
Meskipun film ini diinspirasi dari podcast Lentera Malam, Aghniny mengatakan bahwa risetnya lebih banyak didasarkan pada naskah. Alasan-alasan yang membuat karakter Saras skeptis dan logis ada di dalam naskah. Meski podcast itu memberikan suasana yang sesuai, ia tetap fokus pada narasi yang terdapat dalam skenario.
Selama proses syuting, Aghniny mengalami pengalaman tak terlupakan ketika terkunci di kamar mandi selama 40 menit. Saat itu, emosinya masih dalam kondisi “cooling down” setelah mengambil adegan tahlilan. Tanpa membawa ponsel, ia hanya bisa menggedor pintu dan menunggu bantuan.
Perbandingan Tantangan dalam Berbagai Genre
Aghniny mengatakan bahwa setiap genre memiliki tantangan masing-masing. Dalam film Selepas Tahlil, tantangannya adalah menyampaikan emosi dan trauma karakter tanpa adegan aksi fisik. Ia merasa bahwa kesulitan terbesarnya adalah bagaimana menyampaikan luka batin Saras secara alami dan meyakinkan.
Profil Singkat Aghniny Haque
Nama: Aghniny Haque
Tempat, tanggal lahir: Semarang, 8 Maret 1997
Profesi: Aktris dan mantan atlet pelatnas taekwondo
Debut film: Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni (2018)
Prestasi:
– Medali perak di kejuaraan Asia di Uzbekistan (2014)
– Aktris Terfavorit Festival Film Indonesia lewat film Mencuri Raden Saleh (2022)
– Pemeran Utama Wanita Terbaik di Indonesian Movie Actors Awards lewat film Mencuri Raden Saleh (2022)
– Pemeran Utama Wanita Terpuji Festival Film Bandung (2024) lewat film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa (2024)