Peringatan Dokter Olahraga tentang Risiko Heatstroke Saat Berolahraga
Dokter Spesialis Olahraga Andhika Raspati memberikan peringatan penting kepada masyarakat mengenai risiko heatstroke atau sengatan panas saat berolahraga. Meskipun cuaca tampak mendung, kondisi tersebut tidak menjamin keamanan bagi tubuh. Hal ini terjadi karena banyak orang masih menganggap bahwa cuaca yang tidak terlalu panas aman untuk beraktivitas fisik.
Andhika mengungkapkan pengalamannya sebagai medical director dalam acara Jakarta International Marathon 2025 (Jakim 2025). Pada saat itu, cuaca sedang mendung, sehingga ia berpikir kondisi tersebut cocok untuk berolahraga. Namun, ternyata hari itu menjadi kasus heatstroke paling banyak yang pernah ia temui selama menjadi medical director di lomba lari.
Menurut Andhika, ada dua dugaan utama mengapa heatstroke bisa terjadi meski cuacanya mendung. Pertama, jumlah peserta yang sangat besar, yaitu sekitar 30 ribu pelari, menyebabkan kerumunan yang memperburuk kondisi lingkungan. Kedua, banyak pelari yang tetap memaksakan diri untuk terus berlari meski tubuhnya sudah tidak sanggup. Mereka mengira cuaca mendung membuat olahraga lebih aman, padahal hal ini justru meningkatkan risiko.
Selain itu, Andhika juga menyampaikan bahwa banyak pelari kurang memperhatikan kebutuhan cairan tubuh. Minum air yang cukup sangat penting untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh dan mencegah dehidrasi. Jika tidak cukup minum, kondisi tubuh akan semakin memburuk dan meningkatkan risiko heatstroke.
Tidak Hanya Terjadi Saat Cuaca Panas
Andhika menekankan bahwa heatstroke tidak hanya terjadi ketika cuaca sangat panas. Proses pembakaran energi saat berolahraga dapat meningkatkan suhu tubuh secara alami. Oleh karena itu, heatstroke bisa terjadi kapan saja, terlepas dari kondisi cuaca. Faktor utama adalah kemampuan tubuh untuk mendinginkan diri dan keadaan fisik seseorang.
Di caption Instagram reels-nya, Andhika juga menjelaskan beberapa kesalahpahaman umum mengenai heatstroke. Ia menegaskan bahwa heatstroke bukanlah stroke akibat hipertensi atau pendarahan otak. Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa heatstroke adalah gangguan kesehatan yang serius dan berpotensi mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.
Bahaya Cuaca Lembab di Negara Tropis
Sebagai negara dengan iklim tropis, Indonesia memiliki cuaca yang cenderung lembab. Meskipun cuaca terasa adem, kelembaban tinggi dapat menyulitkan tubuh untuk melepaskan panas secara efektif. Akibatnya, suhu tubuh mudah meningkat dan meningkatkan risiko heatstroke.
Menurut informasi dari alodokter, heatstroke terjadi ketika tubuh mencapai suhu di atas batas toleransinya dan gagal mendinginkan diri. Hal ini bisa terjadi baik dari paparan sinar matahari langsung maupun lingkungan yang bersuhu tinggi.
Tanda-Tanda Heatstroke yang Perlu Diperhatikan
Beberapa tanda-tanda heatstroke yang harus dikenali antara lain:
- Suhu tubuh mencapai 40 derajat Celsius atau lebih.
- Kulit memerah namun tidak berkeringat.
- Mengalami sakit kepala parah.
- Mual hingga muntah.
- Otot melemah dan mengalami kram.
- Mengalami kejang.
Jika seseorang menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera lakukan pertolongan pertama dan bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Pengenalan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.