Wakil Ketua Komisi X DPR Lalu Hadria Irfani menyatakan pemerintah perlu melakukan kajian mendalam sebelum menentukan apakah game Roblox layak atau tidak untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Ia berpendapat,game onlinesebaiknya tidak dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan jika kehadirannya akan berdampak negatif dan merugikan anak-anak.
“Bagi kami, jika manfaatnya lebih besar, silakan saja. Namun, jika kerugiannya lebih besar daripada manfaatnya, kami menyarankan agar Roblox dihapuskan,” kata Lalu di kompleks DPR, Senayan, Jakarta Selatan, pada Senin, 15 September 2025.
Seorang politikus Partai Kebangkitan Bangsa menyatakan bahwa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) seharusnya terlebih dahulu membahas isu tersebut sebelum mengambil sikap. “Ini tidak bisa ditentukan sendiri oleh Kemendikdasmen,” ujar Lalu.
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Sebelumnya, Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah mengusulkan agar permainan Roblox bisa menjadi salah satu kegiatan tambahan siswa di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) di Solo. Namun, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menganggap permainan yang menyediakan berbagai jenis permainanonline itu berbahaya bagi pelajar.
“Banyak kekerasan dalam permainan tersebut,” ujar Abdul Mu’ti setelah mengunjungi program Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Sekolah Dasar Cideng 02 Pagi, Jakarta Pusat, pada Senin, 4 Agustus 2025.
Mu’ti mengatakan permainan gim onlinehal itu berpotensi mengarahkan anak-anak untuk melakukan tindakan kekerasan. Karena siswa yang masih di bawah umur belum mampu membedakan antara hal yang nyata dan yang diimajinasikan.
” Tingkat kecerdasannya belum memadai. Terkadang mereka meniru apa yang dilihat,” katanya.
Ia merasa cemas jika anak-anak akan melakukan aktivitas yang mengandung unsur kekerasan dalam permainan tersebut.onlineitu terjadi dalam kehidupan nyata. Mu’ti juga menganggap kebiasaan bermain game di perangkat genggam dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan siswa.
Novali Panji Nugrohomembantu dalam penulisan artikel ini