news  

Wabah Campak di Medan: Kenali Penyebab dan Gejalanya

Wabah Campak di Medan: Kenali Penyebab dan Gejalanya



DINAS


Kesehatan Kota Medan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB)
campak
setelah mencatat lonjakan kasus signifikan sepanjang Januari hingga Mei 2025. Dalam lima bulan, tercatat 127 kasus campak, meningkat dari 104 kasus pada tahun 2024.

Campak merupakan salah satu
penyakit infeksi
menular yang sudah dikenal sejak lama, terutama sebagai penyakit yang kerap menyerang anak-anak, khususnya bayi dan balita.

Meskipun masih sering dianggap bagian dari proses alami pembentukan kekebalan tubuh, kenyataannya campak tidak bisa dianggap remeh. Bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, campak dapat menyebabkan komplikasi serius hingga kematian, terutama pada anak-anak dengan sistem imun lemah atau kekurangan gizi.


Apa Itu Campak?

Dilansir dari laman
ayosehat.kemkes
, campak atau dikenal juga sebagai rubeola, adalah penyakit infeksi akut yang sangat menular dan disebabkan oleh virus. Campak umumnya menyerang anak-anak, terutama bayi dan balita, namun orang dewasa yang belum pernah terinfeksi atau tidak divaksin juga berisiko tertular.


Penyebab dan Cara Penularan

Campak ditularkan melalui udara atau kontak langsung dengan cairan tubuh penderita. Virus ini sangat mudah menyebar dan dapat bertahan hidup selama beberapa jam di permukaan benda yang terkontaminasi.

Penularan campak bisa terjadi melalui beberapa cara, antara lain:

  • Percikan Saliva: Saat penderita batuk atau bersin, partikel virus tersebar di udara dan bisa terhirup oleh orang lain.
  • Kontak Langsung: Sentuhan langsung dengan penderita atau cairan tubuhnya bisa menularkan virus.
  • Benda Terkontaminasi: Anak-anak yang menyentuh benda yang terpapar virus kemudian menyentuh mulut atau hidungnya berisiko tinggi tertular.


Gejala Campak

Dilansir dari
Cleveland Clinic
, gejala campak umumnya tidak muncul langsung setelah infeksi, melainkan sekitar 10–14 hari kemudian.

Berikut adalah gejala yang biasa terjadi:

  • Demam tinggi, hingga mencapai 40°C.
  • Batuk kering dan pilek.
  • Konjungtivitis atau mata merah, yang bisa disertai dengan sensitivitas terhadap cahaya.
  • Bintik Koplik, yaitu bintik putih kecil di bagian dalam pipi, yang merupakan ciri khas campak.
  • Ruam kulit merah yang biasanya dimulai dari wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Gejala campak bisa berlangsung selama lebih dari satu minggu dan dapat sangat melemahkan kondisi anak.


Pengobatan

Hingga saat ini, belum ada obat khusus yang dapat membunuh virus campak secara langsung. Pengobatan lebih difokuskan pada perawatan suportif untuk meringankan gejala dan mencegah komplikasi.

Tindakan-tindakan berikut umumnya dilakukan.

  • Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi.
  • Antipiretik, seperti parasetamol, untuk menurunkan demam dan mengurangi rasa tidak nyaman.
  • Vitamin A, terutama pada anak-anak yang berisiko mengalami defisiensi, terbukti dapat mengurangi tingkat keparahan dan kematian akibat campak.
  • Istirahat total sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan.


Pencegahan Campak

Pencegahan campak dapat dilakukan secara efektif melalui vaksinasi. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) diberikan dalam dua dosis, yang pertama biasanya saat anak berusia 9–12 bulan, dan dosis kedua saat anak berusia 18 bulan atau sesuai jadwal imunisasi nasional.

Selain vaksinasi, langkah-langkah pencegahan lainnya meliputi:

  • Mengisolasi penderita campak agar tidak menyebarkan virus kepada orang lain, terutama anak-anak dan bayi yang belum divaksinasi.
  • Meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan, seperti mencuci tangan dan membersihkan permukaan benda yang sering disentuh.


Komplikasi Campak

Campak yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi serius.

  • Pneumonia
    , infeksi paru-paru yang merupakan penyebab kematian utama pada penderita campak, terutama anak-anak.
  • Otitis media, yaitu infeksi telinga tengah yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
  • Ensefalitis, peradangan pada otak yang bisa menyebabkan kejang atau kerusakan permanen.
  • Kebutaan, jika terjadi komplikasi pada mata.
  • Gangguan pencernaan, seperti diare berat yang dapat menyebabkan dehidrasi parah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com