– Baik Thailand maupun Kamboja saling menyalahkan atas tindakan yang dianggap sebagai kejahatan perang.
Thailand menuduh Presiden Senat Kamboja, Hun Sen melakukan tindakan pelanggaran hukum perang yang menargetkan penduduk sipil.
Di sisi lain, Kamboja mengklaim Thailand telah melakukan serangan di tujuh titik dengan menggunakan bom tandan.
Kedua negara saling menyerang dengan senjata berat selama dua hari sejak kemarin, Jumat (25/7/2025).
Pemicunya adalah sengketa wilayah yang dimulai dari peta tahun 1907 yang dibuat selama masa penjajahan Prancis, yang digunakan untuk membatasi wilayah Kamboja dari Thailand.
Kamboja memanfaatkan peta tersebut sebagai dasar dalam menuntut wilayah, sementara Thailand bersikeras bahwa peta tersebut tidak dapat dipercaya.
Konflik yang paling kentara dan penuh kekerasan terjadi di sekitar kuil Preah Vihear yang berusia seribu tahun.
Pertikaian kembali terjadi sejak Mei 2025, ketika pasukan militer Thailand dan Kamboja saling menembak yang mengakibatkan satu orang meninggal dunia.
Peristiwa perselisihan sempat mereda, namun akhirnya Kamboja melakukan serangan menggunakan roket BM-21 yang menyerang sebuah desa di wilayah Kap Choeng, Provinsi Surin, Thailand.
Pasukan Kerajaan Thailand mengecam tajam serangan terencana yang dilakukan oleh pasukan Kamboja terhadap penduduk sipil Thailand.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand, Mayjen Vithai Laithomya menyampaikan pada hari Kamis bahwa senjata jarak jauh telah mengarahkan serangan ke kawasan perkotaan, rumah sakit, dan sekolah, menyebabkan banyak korban jiwa di kalangan penduduk sipil yang tidak bersalah.(*)