news  

Utusan Damai, Sumber Ketenangan

Utusan Damai, Sumber Ketenangan

Utusan Damai dan Sumber Penghiburan

Pada hari Minggu biasa XIV C, 6 Juli 2025 ini kita diundang untuk merenungkan panggilan kita sebagai umat Allah: menjadi utusan damai, pembawa sukacita, dan tanda penghiburan Tuhan di dunia yang sedang haus akan kasih dan keadilan. Tiga bacaan hari ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana Allah tidak hanya mengutus kita, tetapi juga memberi kekuatan dan penghiburan dalam misi tersebut.

Yesaya: Allah adalah Ibu yang Menghibur Anaknya

Dalam bacaan pertama dari Yesaya 66, Yerusalem digambarkan sebagai seorang ibu yang menghibur anak-anaknya. Ini adalah gambaran yang lembut dan personal. Allah, melalui simbol Yerusalem, menunjukkan kasih-Nya yang keibuan, bukan hanya sebagai penguasa agung, tetapi juga sebagai sumber penghiburan, kelembutan, dan pemulihan.

“Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku akan menghibur kamu.” Ini adalah pengingat bahwa Allah bukan hanya memanggil kita untuk menjadi umat-Nya, tetapi juga menyediakan penghiburan di tengah penderitaan dan kelelahan hidup. Penghiburan ini nyata dalam kehidupan komunitas umat beriman, Gereja sebagai tempat kita menyusui kasih karunia dan kekuatan rohani.

Galatia: Salib Kristus adalah Kemegahan Sejati

Dalam suratnya kepada Jemaat di Galatia, Santo Paulus menegaskan bahwa kemegahannya hanya dalam salib Kristus. Dunia pada zaman Paulus mengagungkan kekuatan, hukum, dan identitas berdasarkan sunat atau tradisi Yahudi. Tapi Paulus mengatakan, semua itu tidak penting bila dibandingkan dengan karya penebusan Kristus di kayu salib.

“Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus…” Ini mengajarkan kepada kita bahwa identitas sejati sebagai orang Katolik bukan terletak pada simbol lahiriah, tetapi pada hidup baru yang dimeteraikan oleh salib. Salib bukan tanda kekalahan, melainkan tanda kemenangan kasih. Maka sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk memikul salib dengan sukacita karena di situlah kita bersatu dengan Kristus dan menerima kehidupan yang baru.

Lukas: Diutus Tanpa Beban, Membawa Damai

Injil Lukas hari ini menggambarkan pengutusan tujuh puluh dua murid oleh Yesus. Mereka diutus berdua-dua, tanpa membawa bekal, dengan satu pesan utama: “Damai sejahtera bagi rumah ini.” Ini adalah panggilan misi yang sederhana, tetapi penuh makna. Yesus tahu bahwa dunia penuh dengan serigala, tantangan, penolakan, bahkan bahaya. Tapi Ia tetap mengutus para murid karena dunia membutuhkan damai. Dan damai itu berasal dari kehadiran Tuhan sendiri, yang datang melalui para utusan-Nya.

Ketika para murid kembali dengan sukacita karena mujizat yang mereka lihat, Yesus mengingatkan mereka:
“Jangan bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi karena namamu ada tertulis di surga.”
Ini adalah pengingat bagi kita bahwa keberhasilan pelayanan bukan pada hasil duniawi, tetapi pada relasi kita dengan Allah dan keselamatan kita dalam Kristus.

Relevansi bagi Umat Katolik Hari Ini

Firman Tuhan hari ini tidak berhenti pada zaman Yesaya, Paulus, atau para murid Yesus. Justru, sabda ini terus hidup dan berbicara kepada kita dalam konteks zaman sekarang. Di tengah dunia yang serba cepat, kompetitif, dan sering kali penuh dengan luka dan kegelisahan, kita diajak untuk bertanya: Apa makna bacaan ini bagi kehidupan saya sebagai umat Katolik hari ini?

Tiga bacaan hari ini mengajak kita untuk membumikan iman dalam tindakan nyata: menjadi penghibur, memberi kesaksian lewat salib, dan melaksanakan perutusan setiap hari.

Pertama, Gereja sebagai sumber penghiburan

Kita hidup di tengah dunia yang sering membuat orang kehilangan pengharapan, krisis ekonomi, konflik, tekanan hidup. Bacaan pertama mengingatkan bahwa Gereja harus menjadi tempat penghiburan, seperti ibu yang menyusui dan memeluk anak-anaknya. Sebagai umat, kita pun dipanggil menjadi pribadi yang menghibur: di keluarga, komunitas, dan lingkungan kerja.

Kedua, Kesaksian iman melalui salib

Bacaan kedua menantang kita untuk tidak hanya menjadi Katolik “KTP”, tetapi benar-benar hidup dalam semangat salib Kristus. Artinya, berani mengasihi di tengah kebencian, berani rendah hati di tengah keangkuhan, dan tetap setia meski tidak populer. Inilah spiritualitas salib yang harus menjadi ciri hidup Katolik.

Ketiga, Misi dan pengutusan setiap hari

Yesus mengutus tujuh puluh dua murid, dan itu melambangkan seluruh Gereja. Kita semua, tanpa kecuali, telah diutus, melalui baptisan dan krisma, untuk menjadi pembawa damai. Dalam keluarga, kita membawa damai dengan kesabaran dan pengertian. Di tempat kerja, dengan kejujuran dan integritas. Bahkan di media sosial, kita bisa menjadi pembawa damai atau malah perusak damai. Pilihannya di tangan kita.

Penutup: Bersukacita Karena Nama Kita Tertulis di Surga

Akhirnya, Yesus menegaskan bahwa sukacita sejati bukanlah pada keberhasilan pelayanan, melainkan karena kita dikenal dan dicintai Allah. Nama kita tertulis di surga, itulah identitas kita yang paling mulia. Maka marilah kita bersyukur atas panggilan dan pengutusan ini, dan mohon rahmat agar kita selalu menjadi pembawa damai, penghibur sesama, dan saksi kasih Kristus di dunia. Selamat hari Minggu untuk kita semua.