, JAKARTA – Wakil DPR RI asal Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
Abraham Paul Liyanto
Bersama dengan istrinya, keluarganya, dan ribuan umat Katolik yang hadir di Gereja Katedral Kristus Raja Kupang, mereka menghadiri upacara penghormatan terakhir bagi Uskup Emeritus Mgr. Petrus Turang, Pr.
Perasaan haru memenuhi upacara pemberhentian seorang pemimpin Gereja Katolik yang sudah mengabdi selama 27 tahun bagi jemaah di Keuskupan Agung Kupang itu.
Umat datang dengan tertib dan hormat, mengantri untuk menyembah jenazah almarhum yang terbaring di dalam gereja itu.
Berikut informasi yang perlu Anda ketahui: Mgr. Petrus Turang meninggal dunia pada hari Jumat, tanggal 4 April 2025 di Jakarta.
Sebelum dikirim ke Kupang, jasad almarhum Mgr Petrus Turang awalnya dipanjangkan di Gereja Katedral Jakarta. Ratusan orang dari umat serta masyarakat luas turut datang untuk berduka cita, termasuk Presiden Prabowo Subianto.
Paul Liyanto mengungkapkan kesan yang sangat dalam tentang orang yang telah meninggal tersebut.
Menurut Paul Liyanto, Mgr.
Petrus Turang
bukan sekadar pemimpin untuk jemaat Katolik, melainkan sosok bapak yang membimbing semua kalangan masyarakat dari berbagai kepercayaan.
“Sebanyak 27 tahun mengabdi di Kupang, selain menjadi pemimpin umat Katolik, ia juga seperti seorang bapak baginya semua warga beragama lain,” kata Paul.
Paul menyebut bahwa Mgr. Turang terkenal memiliki hubungan yang erat dengan beragam kelompok dalam masyarakat, seperti jemaah Kristen Protestan, pemeluk Islam, pengusaha, serta figur dari berbagai agama.
Yang membuatnya terkesan adalah daya ingat dan kepekaan almarhum terhadap setiap orang yang pernah dijumpainya.
“Beliau mampu menghafalkan nama berdasarkan wajah saja, bahkan dapat mengetahui profesi seseorang. Hal ini mencerminkan ketelitian serta keprihatinannya yang sangat besar,” ungkapnya.
Menurut Paul, Mgr. Turang adalah pribadi yang gemar berdiskusi dan berdialog secara terbuka, tidak hanya dari perspektif rohani, tetapi juga sosial dan ekonomi.
Hubungan dekat ini pun nampak pada waktu-waktu perayaan keagamaan utama bagi komunitas Katolik, di mana beliau kerap kali menghadiri acara tersebut dan bercengkerama hangat dengan berbagai kalangan publik, mulai dari pebisnis hingga orang-orang penting dalam masyarakat.
“Istri saya sebelumnya adalah Katolik. Karena itu, kita memiliki banyak momen berharga bersama dia. Dia bukan saja kaya akan pengetahuan, tapi juga ramah dan sesekali bercanda. Orang yang menyenangkan,” ujarnya mengingat masa lalu.
Walaupun sudah memasuki usia pensiun selama dua tahun terakhir, semangat melayani Mgr. Petrus Turang dikatakan tetap sangat dirasakan.
Paul menyatakan keterpesonaannya terhadap semangatnya yang masih energik dan maju sampai di usia lanjut.
“Berbagai kali aku hadir dalam perayaan ultahnya. Dia tetap enerjik dan sangat aktif. Kita semua merasa begitu berduka,” ungkap Paul Liyanton.
“Perginyaan Mgr. Petrus Turang membawa kesedihan mendalam, tetapi jejak pelayanan yang ikhlasnya akan selalu diingat oleh jemaah serta masyarakat luas sebagai warisan yang membanggakan,” kata Paul Liyanto.
(fri/jpnnn)