Laporan Reporter
, Ray Rebon
POS-KUPANGM.COM, KUPANG
– Uskup Keuskupan Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr, menyerukan pentingnya mengubah pola bantuan sosial (bansos) menjadi program yang memberdayakan ekonomi rumah tangga.
Menurutnya, program-program bansos yang hanya membagikan beras atau uang tunai tidak memberikan dampak jangka panjang karena langsung habis untuk konsumsi.
“Bukan bagi-bagi beras dan uang. Karena hal itu akan berakhir di konsumsi dalam kumpul-kumpul keluarga, dan berapa pun jumlahnya tidak akan pernah cukup,” tegasnya, Jumat 30 Mei 2025.
Sebagai alternatif, Keuskupan Atambua sejak tahun 2010 telah menerapkan pendekatan pertanian dan peternakan terpadu atau mix farming.
Konsep ini disebut sebagai hasil dari studi tiru yang kemudian dikembangkan dalam konteks lokal NTT.
“Mix farming adalah peternakan menghidupkan pertanian, dan pertanian menghidupkan peternakan. Konsep ini sangat cocok diterapkan di NTT, terutama karena wilayah kita yang bergunung-gunung dan tidak mendukung pertanian atau peternakan skala besar,” jelasnya.
Konsep tersebut, menurut Uskup Domi diterapkan di tingkat rumah tangga dengan hasil yang dinilai sangat efektif.
Menurut Uskup Domi, jika semua rumah tangga terlibat dalam produksi pangan dan peternakan, maka NTT dapat berubah dalam waktu singkat tanpa perlu menunggu berabad-abad.
Dalam upayanya, Keuskupan Atambua juga menghidupkan kembali sejumlah program pendidikan dan pelatihan, seperti Oelolok Training Center, yang sebelumnya terbengkalai.
Lembaga ini kini menjadi pusat pelatihan informal yang terintegrasi dengan konsep mix farming. Selain itu, Keuskupan juga mengembangkan Atambua Eden sebagai sentra produksi pangan seperti jagung dan padi, terinspirasi dari kebun buah nasional “Mekar Sari” yang dulu digagas mendiang Presiden Soeharto.
Keuskupan Atambua juga mengembangkan Emaus Pastoral Center sebagai tempat pelatihan pastoral yang sekaligus menjadi lokasi percontohan pengembangan tanaman palawija.
Ada pula program persawahan contoh, di mana masyarakat diajarkan memproduksi pupuk organik sendiri untuk kebutuhan pertanian lokal.
Tidak hanya itu, Keuskupan Atambua juga tengah mengembangkan budidaya anggur di pantai utara, dan sejak tahun 2013 telah berhasil memanen sekitar 1,2 ton buah anggur.
Mgr. Dominikus Saku mengajak semua pihak, termasuk Gubernur NTT dan pejabat di semua tingkatan, untuk mulai melakukan sesuatu yang nyata dan sederhana demi kemajuan daerah.
Ia percaya bahwa pendekatan ini tidak membutuhkan anggaran besar, tetapi komitmen dan kerja sama.
“Saya mulai dari Atambua Eden. Silakan gubernur mulai melakukan hal-hal sederhana untuk memajukan NTT ke depan. Kalau semua orang mulai berproduksi di lingkungannya masing-masing, wajah NTT akan berubah,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat bisa berubah jika mereka diberi inspirasi dan dukungan untuk berproduksi. Dengan demikian, ketergantungan terhadap bantuan sosial akan berkurang, bahkan bisa dihentikan.
“Saya sangat yakin, Bansos bisa berhenti jika masyarakat dapat diinspirasi untuk berproduksi,” tutupnya.
(rey)
Ikuti berita lain di
GOOGLE NEWS