,
Jakarta
–
Hidup hemat bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Di tengah harga bahan pokok yang merangkak naik, efisiensi pemasukan, hingga tabungan yang menipis,
Keluarga Super Irit
datang sebagai cermin yang jujur dari realita banyak keluarga di Tanah Air.
Disutradarai oleh Danial Rifky, film ini menyoroti dinamika keluarga Sukaharta yang terpaksa menjalani gaya hidup irit usai sang kepala keluarga mengalami masalah pekerjaan. Dengan sentuhan komedi yang gurih dan kisah yang membumi, film ini tak hanya menghibur, tapi juga mengajak penonton merenungkan ulang apa arti cukup, syukur, dan kebersamaan dalam rumah tangga.
Potret Hidup Irit yang Kocak dan Relevan
Jakarta yang mahal dan sibuk menjadi latar yang pas untuk kisah keluarga Sukaharta. Di kota metropolitan yang serba mahal ini,
Keluarga Super Irit
hadir menyoroti cara bertahan hidup di tengah situasi ekonomi yang tak pernah ramah. Diproduksi oleh Falcon Pictures, film ini diangkat dari komik laris asal Korea Selatan karya Kim Yoon So, serta dihidupkan oleh keluarga
Dwi Sasono
dan Widi Mulia yang tampil penuh
chemistry
bersama ketiga anak mereka: Widuri Puteri, Dru Prawiro, dan Den Bagus
.
Dwi Sasono berperan sebagai Toni Sukaharta, seorang kepala keluarga yang baru saja mengalami efisiensi upah pekerjaan. Bersama istrinya Linda (
Widi Mulia
), Toni memilih untuk terpaksa memangkas gaya hidup. Mulai dari membawa bekal seadanya ke kantor dan naik sepeda ke mana-mana. Linda juga
gemar menawar harga pasar, menyusun strategi belanja hemat, hingga merancang strategi jatah air satu botol per orang per hari.
Anak-anaknya pun tak kalah sigap. Billy (Dru) ikut mengumpulkan botol bekas, Kenny (Den) juga cerdas soal potongan harga, serta Sally (
Widuri Puteri
) yang rajin berjualan
merchandise
K-pop idaman para remaja. Meskipun diceritakan bahwa pengeluaran keluarga ini hanya Rp 5.000 per bulan, hidup mereka tetap terasa menyenangkan.
Mengajarkan Irit atau Pelit?
Ada batasan antara hemat dan pelit—dan film ini tak segan menampilkannya dalam bentuk humor yang cerdas. Salah satu momen terlucu adalah saat Linda membuat aturan baru yaitu satu botol air per orang untuk cebok. Adegan ini sukses membuat penonton tertawa, sekaligus berpikir ulang tentang kebiasaan boros yang sering luput dari perhatian.
Namun di balik tawa, film ini juga menyuguhkan sisi getir kehidupan. Sally yang ditipu oleh mitra bisnis kecil-kecilannya sempat menyalahkan orang tuanya karena terlalu menuntutnya dewasa dalam urusan keuangan. Dalam dialog yang menyentuh, keluarga ini akhirnya duduk bersama dan membicarakan apa arti kerja keras, keberuntungan, dan penerimaan dalam hidup.
Komedi dan Nilai Kehidupan yang Melekat
Setelah mantap untuk hidup lebih berhemat, keluarga Sukaharta pindah ke rumah mungil yang mereka sebut ‘rumah burung.’ Di sanalah, mereka mulai dari nol: mengepel, menambal genteng, hingga berbagi ruang sempit. Film ini dengan jitu menunjukkan bahwa berhemat bukan sekadar menekan angka pengeluaran, tapi juga tentang kebersamaan dan kecerdikan bertahan hidup.
Danial Rifky berhasil menyatukan elemen komedi dan drama dengan seimbang. Dialog-dialognya ringan tapi tajam, situasinya konyol tapi masuk akal. Kehadiran aktor-aktor pendukung seperti Indro Warkop, Mandra, Oki Rengga, hingga Onadio Leonardo memberi warna tersendiri, tanpa mengganggu fokus utama cerita. Lagu tema ‘Sally’ dan ‘Rumah Kita’ yang dinyanyikan oleh keluarga Dwi Sasono turut menambah sentuhan personal yang tulus dan menyentuh.
Dirilis di bioskop pada Kamis, 12 Juni 2024 dan bertepatan dengan libur sekolah,
Keluarga Super Irit
menjadi pilihan tepat bagi penonton yang mencari tontonan ringan namun penuh makna. Di tengah gempuran film aksi dan horor, film ini juga menawarkan realitas sehari-hari yang tak dibuat-buat—tentang efisiensi anggaran, PHK, investasi gagal, hingga cara cerdik bertahan di tengah kesempitan.