news  

Tiga Sekolah Dasar di Magetan Tidak Terima Siswa Baru 2025/2026

Tiga Sekolah Dasar di Magetan Tidak Terima Siswa Baru 2025/2026

Tiga Sekolah Dasar di Magetan Tidak Memiliki Siswa Baru

Di Kabupaten Magetan, tiga sekolah dasar (SD) dilaporkan tidak menerima satu pun siswa baru hingga akhir masa pendaftaran pada 23 Juni 2025. Ketiga SD tersebut adalah SDN Bangsri 1 yang berada di Kecamatan Ngariboyo, SDN Mojorejo 2 di Kecamatan Kawedanan, dan SDN Jomblang di Kecamatan Takeran.

Salah satu yang menjadi perhatian utama adalah SDN Jomblang. Dalam beberapa tahun terakhir, sekolah ini nyaris tidak memiliki murid aktif. Bahkan, pada tahun ini, satu-satunya siswa yang ada juga mengajukan pindah. Akibatnya, SDN Jomblang tidak dapat menyelenggarakan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk tahun ajaran 2025/2026.

“Sudah beberapa tahun SDN Jomblang hanya punya satu siswa. Tahun ini murid itu pun mengajukan pindah. Jadi, praktis tidak ada siswa yang tersisa,” ujar Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Magetan Irawan.

Berbeda dengan SDN Mojorejo 2 dan SDN Bangsri 1 yang masih memiliki siswa kelas 2, sehingga MPLS tetap dilaksanakan meski tanpa kehadiran siswa baru. Meskipun demikian, situasi ini menunjukkan bahwa banyak sekolah di wilayah ini mengalami penurunan jumlah siswa secara signifikan.

Secara umum, Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025/2026 di jenjang SD mencatatkan total 4.353 siswa yang tersebar di 385 satuan pendidikan dan 395 rombongan belajar. Di tingkat SMP, tercatat 5.286 siswa diterima di 39 sekolah negeri, dengan total 165 rombongan belajar.

Meski angka total terlihat tinggi, banyak sekolah gagal memenuhi kapasitas rombel secara ideal. Hanya sekitar 25 SD dan delapan SMP negeri yang mencapai jumlah maksimal dalam satu rombongan belajar.

Menurut Irawan, kapasitas rombel tiap sekolah tidak sama, tergantung kondisi dan daya tampungnya. Yang menjadi kendala utama adalah sebaran siswa yang tidak merata. Hal ini membuat beberapa sekolah kesulitan dalam menjaga kualitas pendidikan dan keberlanjutan operasional.

Upaya Pemerintah Daerah untuk Mengatasi Masalah

Menanggapi situasi ini, Dikpora Magetan mulai menjalin komunikasi intensif dengan kepala sekolah serta tokoh masyarakat di wilayah terdampak. Tujuannya adalah untuk mencari solusi jangka panjang agar sekolah tetap bisa eksis.

Irawan menjelaskan, “Kami ajak sekolah berbenah. Harus lebih terbuka terhadap kebutuhan masyarakat, salah satunya lewat penguatan kegiatan ekstrakurikuler agar menarik minat orang tua dan siswa.”

Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menghindarkan sekolah-sekolah dari risiko penutupan, sekaligus mengembalikan kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan dasar negeri, khususnya di wilayah-wilayah yang mengalami penurunan jumlah siswa secara drastis.

Beberapa inisiatif seperti pengembangan program tambahan, penguatan kerja sama dengan masyarakat, dan peningkatan kualitas layanan pendidikan diharapkan mampu membawa perubahan positif. Selain itu, pemerintah daerah juga akan terus memantau perkembangan situasi di lapangan untuk memastikan semua sekolah mampu menjalankan fungsinya secara optimal.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan ke depan tidak ada lagi sekolah yang mengalami kekosongan siswa, dan setiap anak dapat mendapatkan akses pendidikan yang layak dan berkualitas.