Kehadiran figur pendamping laki-laki yang seimbang dan memberikan dampak positif sangatlah vital untuk menciptakan kepribadian dan visi hidup seorang bocah lelaki sampai dia tumbuh menjadi orang dewasa. Figur tersebut bisa mendidik tentang pelajaran-pelajaran signifikan seperti kewajiban, manajemen emosi, serta pembinaan interaksi sosial dengan benar di tengah lingkungan masyarakat.
Meski demikian, nyatanya tidak seluruh remaja laki-laki berkesempatan untuk bertumbuhan bersama figur pria menjadi panutan dalam keluarga ataupun sekitar mereka. Ketidakhadiran dukungan baik seperti itu kerap kali mengakibkan timbulnya siklus tingkah laku tertentu yang baru dikenali ketika sudah dewasa oleh kaum adam tersebut.
Menurut Geediting.com pada minggu (18/05), di bawah ini terdapat beberapa perilaku biasa yang secara tidak disadari sering dilakukan kaum pria dalam keseharian maupun saat bersosialisasi.
1. Kesulitan dalam Menyampaikan Perasaan dengan Baik
Satu di antara tantangan emosional utama yang mungkin dihadapi adalah kesulitan untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan cara terbuka, jujur, dan konstruktif kepada orang lain. Mereka bisa jadi cenderung sangat menekan emosi di dalam atau justru menunjukkannya melalui cara yang kurang sehat seperti ledakan kemarahan.
2. Bertahan Dengan Kekuatan Kesepakatan di Perselisihan Hubungan
Memformulasikan ikatan kuat dan komitmennya yang tulus dalam jalinan percintaan atau persahabatan autentik kerap kali menjadi tantangan bagi laki-laki tersebut untuk dikelola dengan efektif. Kecemasan internal yang meresahkan ataupun minimnya contoh perbuatan kasih sayang dapat mendorong mereka untuk menjauh.
3. Terlalu Menginginkan Penghargaan dari Luaran
Nilai diri serta perasaan harga diri mereka mungkin sangat dipengaruhi oleh pengakuan positif yang berasal dari individu-individu di lingkungan sekitarnya ataupun lewat prestasi-prestasi eksternal saja. Mereka secara konsisten menginginkan pujian, persetujuan, atau bentuk apresiasi dari luar untuk bisa merasakan bahwa mereka cukup bernilai dan memiliki nilai dalam persepsi dirinya sendiri.
4. Mengalami Rasa Takut Besar akan Gagal
Ide tentang melakukan kesalahan atau gagal dalam sesuatu dapat menjadi penyebab ketidaknyamanan yang membatasi kemampuan diri sendiri untuk maju lebih lanjut. Rasa takut besar terhadap kekalahan ini mungkin menahan mereka dari mencoba hal-hal baru atau mengambil resiko-resiko yang pada dasarnya baik bagi perkembangan pribadi.
5. Tantangan dalam Menyandarkan Kepercayaan kepada Orang Lain
Kurangnya pengalaman masa kecil dengan kepercayaan yang stabil dari sosok teladan bisa membuat mereka sulit sepenuhnya percaya pada niat baik orang lain. Mereka kesulitan membangun kedekatan tulus karena terus-menerus merasa perlu waspada, mengontrol situasi, atau menunggu kekecewaan.
6. Menggunakan Mekanisme Koping yang Tidak Sehat
Agar dapat menanganinya ketika mengalami stres, beban pikiran, atau rasa tidak nyaman, seseorang mungkin akan menggunakan metode-metode yang telah seringkali ditunjukkan memiliki dampak negatif bagi diri sendiri ataupun orang di sekitarnya. Hal ini bisa mencakup upaya untuk melupakan masalah secara langsung, meledak-ledak dalam kemarahan, hingga melakukan tindakan-tindakan buruk kepada diri sendiri demi menyuarakan perasaannya.
7. Kekurangan Petunjuk Atau Tujuan Tepat Dalam Kehidupan
Tanpa adanya arahan jelas pada tahap awal hidup tentang hal-hal yang esensial atau cara untuk memahami lingkungan sekitar, seseorang dapat merasakan kesulitan dalam menetapkan jalur karir ataupun tujuan personal yang memiliki makna mendalam bagi diri sendiri. Mereka mungkin sering kali merasa hilang dan ragu-ragu saat mencoba menemukan langkah-langkah selanjutnya. Hal ini tentunya membawa tantangan konstan yang perlu diatasi.
Mengenali karakteristik tertentu dari tingkah laku ini tidak dimaksudkan untuk memberikan label, tetapi justru untuk mengerti bagaimana pengalaman di masa kanak-kanak membentuk kepribadian seorang pria dewasa. Tindakan tersebut biasanya merupakan respon tak sadar akibat kurangnya arahan yang baik dan dapat ditingkatkan dengan pengetahuan baru, dukungan eksternal, serta tekad dalam proses belajar dan berkembang.