, Jakarta– Studi terbaru yang dilakukan oleh tim ilmuwan internasional yang melibatkan lebih dari 88 ribu individu menunjukkan dugaan bahwa paparan cahaya di malam hari dapat meningkatkan risikopenyakit jantung. Sebelumnya, diketahui bahwa tubuh kita memanfaatkan sinyal cahaya untuk menentukan kapan saatnya tidur atau beristirahat dan sebaliknya.
Ritme sirkadianHal ini juga diketahui mengendalikan berbagai proses di dalam tubuh. Diperkirakan, gangguan dalam penerimaan sinyal cahaya akan memengaruhi ritme atau jam biologis tersebut.
Paparan cahaya di malam hari merupakan gangguan terhadap ritme sirkadian, dan gangguan ini telah diketahui sebagai faktor risiko bagi kesehatan jantung serta sistem pembuluh darah. “Namun masih belum jelas apakah pola paparan cahaya individu dapat digunakan untuk memprediksi risiko penyakit jantung secara personal,” tulis tim peneliti yang melakukan studi tersebut.
Di antara para peneliti tersebut adalah Daniel P. Windred dari Flinders Health and Medical Research Institute (Sleep Health), Flinders University, Australia, serta Angus C. Burns dari Division of Sleep and Circadian Disorders, Brigham and Women’s Hospital, Amerika Serikat. Juga terdapat Martin K. Rutter dari Division of Diabetes, Endocrinology and Gastroenterology, School of Medical Sciences, University of Manchester, Inggris.
Ketiganya, bersama beberapa rekan kerjanya, berusaha memperkuat pemahaman mengenai hubungan dan risiko terhadap jantung. Mereka meneliti data dari 88.905 orang dewasa di Inggris yang sebelumnya diminta mengenakan perangkat sensor agar peneliti dapat memantau total paparan cahaya dalam seminggu. Diperkirakan telah dikumpulkan data sebanyak 13 juta jam paparan cahaya pribadi.
Ratusan ribu peserta kemudian menjalani pemeriksaan kesehatan selama 9,5 tahun berikutnya. Mereka dibagi berdasarkan tingkat paparan cahaya yang mereka terima setiap malam.
Akibatnya, dibandingkan dengan setengah peserta lainnya, sebanyak 10 persen yang mengalami paparan cahaya paling tinggi di malam hari (tingkat kecerahan selama malam-malam mereka mencapai 90-100 persen) memiliki risiko gangguan jantung yang lebih besar secara signifikan. Termasuk penyakit jantung koroner, serangan jantung (infark miokard), gagal jantung, fibrilasi atrial, dan stroke.
Perbedaan tersebut semakin jelas ketika para peneliti juga menghitung faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan jantung agar dapat lebih baik mengisolasi dampak paparan cahaya di malam hari. Faktor-faktor tersebut meliputi kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, pola makan, durasi tidur, tingkat aktivitas fisik, status sosial ekonomi, serta risiko genetik.
Data dari penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal prapublikasimedRxivPada 20 Juni 2025 ini tidak menunjukkan hubungan langsung antara penyebab dan dampaknya. Namun, hal tersebut sudah dianggap cukup untuk mengindikasikan bahwa paparan cahaya di malam hari bisa menjadi faktor risiko bagi masalah kesehatan jantung. Dan menguranginya dapat menjadi cara sederhana dan efektif untuk menurunkan risiko tersebut.
“Hubungan antara paparan cahaya di malam hari dengan risiko gagal jantung dan penyakit jantung koroner lebih signifikan pada perempuan, sedangkan hubungan cahaya malam hari dengan risiko gagal jantung dan fibrilasi atrial lebih kuat pada individu yang lebih muda,” tulis para peneliti.
Para ilmuwan menyebutkan berbagai fungsi tubuh kita yang bergantung pada ritme sirkadian yang teratur—semua mulai dari tekanan darah hingga tingkat gula darah. Mengganggu ritme tersebut, seperti bekerja di malam hari, dapat berdampak pada kesehatan.
Salah satu mekanisme yang mungkin terjadi akibatnya adalah hiperkoagulabilitas—peningkatan risiko pembekuan darah, yang sebelumnya dikaitkan dengan gangguan dalam ritme sirkadian.
Para ilmuwan masih berharap untuk melihat penelitian-penelitian selanjutnya yang mampu mengumpulkan data cahaya malam hari selama jangka waktu yang lebih lama, serta menyertakan informasi yang lebih lengkap mengenai sumber-sumber cahaya tersebut.
Selain itu, survei yang telah dilakukan diperkirakan akan mengubah kebiasaan masyarakat Amerika Serikat yang sering lupa mematikan televisi di malam hari. Separuh populasi AS memiliki kebiasaan tidur sambil menonton TV.