news  

Studi: Makanan Olahan Berbahaya bagi Kesehatan Anak dan Remaja

Studi: Makanan Olahan Berbahaya bagi Kesehatan Anak dan Remaja

Dampak Makanan Ultra Proses terhadap Perkembangan Otak dan Kesehatan Mental

Makanan ultra proses (ultra-processed food/UPF) memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan kognitif dan kesehatan mental, terutama jika dikonsumsi sejak masa awal kehidupan. Studi menunjukkan bahwa konsumsi UPF dapat meningkatkan risiko gangguan neurodevelopmental seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan autisme. Selain itu, UPF juga berpotensi menyebabkan kecanduan dan disfungsi dopamin, meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai perilaku makan yang mirip kecanduan.

Kelebihan dan Risiko UPF

UPF merupakan produk yang tinggi kalori, lemak jahat, garam, dan gula. Meskipun praktis dan murah, UPF memiliki kandungan nutrisi yang rendah serta sering mengandung bahan tambahan berbahaya. Penggunaannya telah menjadi bagian dari pola makan modern, namun efeknya pada otak selama tahap perkembangan rentan, seperti masa kanak-kanak, remaja, dan kehamilan, masih kurang dipahami.

Pengembangan UPF dimulai pada pertengahan abad ke-20 dengan munculnya makanan beku dan penggunaan microwave. Pada 2009, sistem klasifikasi NOVA secara resmi mendefinisikan UPF, membedakannya dari makanan yang diolah secara minimal dan makanan utuh. UPF dirancang untuk rasa enak, harga terjangkau, dan daya tahan lama, tetapi sering kali mengandung zat-zat berbahaya dari proses pengolahan dan pengemasan.

Dampak UPF pada Berat Badan dan Penyakit Kronis

Penelitian besar menunjukkan bahwa UPF berkaitan erat dengan penambahan berat badan dan obesitas. Pola makan yang kaya akan UPF juga meningkatkan risiko penyakit seperti kanker, penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan tekanan darah tinggi. Pada ibu hamil, konsumsi UPF tinggi dikaitkan dengan preeklamsia dan diabetes gestasional, serta hasil kehamilan yang buruk seperti kelahiran prematur atau kelainan jantung bawaan.

Selain itu, UPF sering menggantikan makanan bergizi tinggi, menyebabkan kekurangan zat gizi mikro penting seperti zat besi dan zink. Hal ini dapat mengganggu perkembangan saraf dan fungsi kognitif anak. Studi pada hewan menunjukkan bahwa konsumsi lemak trans selama kehamilan bisa memicu peradangan pada hipokampus dan menurunkan daya ingat anak.

Pengaruh UPF terhadap Otak dan Kebiasaan Makan

UPF sering menjadi pilihan karena keterbatasan waktu, kemampuan memasak, atau anggaran. Keluarga berpenghasilan rendah, orang tua tunggal, atau rumah tangga dengan dua orang tua bekerja sering mengandalkan makanan praktis ini. Program makan di sekolah pun memperkuat kebiasaan ini.

Gaya hidup modern seperti urbanisasi, ngemil, sering makan di luar, kurang tidur, dan iklan agresif meningkatkan paparan UPF. Remaja adalah kelompok yang paling banyak mengonsumsinya, meski kebiasaan ini biasanya menurun seiring bertambahnya usia. Namun, konteks budaya juga berpengaruh. Di Jepang, makan siang sekolah yang fokus pada gizi membantu mengurangi ketergantungan pada UPF.

Kebiasaan makan diatur oleh sistem homeostatik dan hedonik. Jalur dopamin di otak mendorong respons kesenangan kuat ketika makan UPF, sering kali menekan sinyal kenyang alami. Paparan UPF berulang bisa membuat jalur kesenangan ini terlalu sensitif, sehingga kebiasaan makan berlebih sulit dikontrol. Fenomena ini disebut “reward dysfunction” atau kecanduan makan.

Fase Penting dalam Perkembangan Otak

Trimester ketiga kehamilan dan masa kanak-kanak dini sangat penting. Kurang gizi pada fase ini bisa mengubah pembentukan sinaps dan proses mielinisasi secara permanen. Masa remaja juga fase rentan kedua: area otak seperti prefrontal cortex dan sistem dopamin mesolimbik masih berkembang, sehingga remaja lebih peka pada makanan tinggi kesenangan dan stres emosional. Paparan UPF selama fase ini bisa memperkuat jalur kesenangan di otak dan melemahkan kemampuan menahan diri.

Contoh Makanan Ultra Proses

Beberapa contoh makanan yang tergolong UPF antara lain:

  • Minuman bersoda.
  • Keripik kentang aneka rasa.
  • Nuget ayam beku siap goreng.
  • Sosis instan dan hot dog.
  • Mi instan dengan bumbu perasa.
  • Roti putih komersil yang tahan lama.
  • Permen kenyal atau permen lolipop aneka rasa.
  • Minuman energi.
  • Kopi susu botolan siap minum.
  • Minuman teh kemasan manis dengan perasa tambahan.
  • Biskuit isi krim dan wafer aneka rasa.
  • Donat beku siap panggang atau goreng.
  • Makanan cepat saji beku.
  • Yogurt manis berperisa dengan topping aneka warna.

Langkah Pencegahan dan Kebijakan

Paparan berulang terhadap UPF, mulai dari masa janin hingga dewasa, dikaitkan dengan berbagai konsekuensi neurokognitif, termasuk peningkatan risiko demensia saat usia lanjut. Beberapa mekanisme yang mendasari dampak ini termasuk perubahan fungsi dopamin, gangguan koneksi usus-otak, serta perubahan jaringan saraf akibat peradangan. Karena efeknya bisa muncul sejak dini dan terus berkembang, langkah pencegahan sejak kehamilan dan masa kanak-kanak sangat penting untuk meminimalkan risiko tersebut.

Peran pembuat kebijakan sangat krusial, mulai dari membatasi ketersediaan UPF, memperbaiki label kemasan agar lebih jelas, hingga mendorong industri untuk memperbaiki komposisi produknya. Para profesional kesehatan juga perlu terus mengedukasi masyarakat untuk memilih pola makan bernutrisi dan makanan segar yang minim proses, demi mendukung perkembangan otak dan menjaga kesehatan kognitif jangka panjang.