,
Jakarta
– Riset terbaru dari peneliti di Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal) mengungkap paparan
polusi
udara selama kehamilan dapat mengubah struktur otak
janin
bahkan sebelum kelahiran. Hasil studi yang juga didukung oleh
la Caixa Foundation
, lembaga filantropi asal Spanyol, tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal The Lancet Planetary Health.
Baru kali ini para peneliti menyasar kaitan perubahan otak janin yang berkaitan dengan paparan polusi udara selama kehamilan. Mereka menganalisis 754 pasangan ibu dan janin dari proyek
Barcelona Life Study Cohort
(BiSC) yang berfokus pada pola perkembangan otak, menggunakan pencitraan ultrasonografi resolusi tinggi.
Untuk memperoleh gambaran rinci struktur otak janin, tim menggunakan teknik
neurosonografi transvaginal
pada trimester ketiga. Mereka juga mengukur paparan terhadap nitrogen dioksida (NO),
PM2.5
, dan karbon hitam dengan menggunakan model hibrida yang menggabungkan data lingkungan secara langsung dengan metode statistik.
Sebagai pelengkap, aplikasi geolokasi di ponsel digunakan untuk melacak pergerakan harian ibu hamil. Datanya dihubungkan dengan tingkat polusi di lokasi yang mereka kunjungi seperti rumah, tempat kerja, dan rute perjalanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa janin yang terpapar polutan dalam kadar tinggi mengalami perubahan struktural pada otak, berupa pembesaran ventrikel lateral dan cisterna magna, yaitu rongga yang berisi cairan serebrospinal. Selain itu,
cerebellar vermis
—bagian otak kecil yang mengatur keseimbangan dan koordinasi—tampak lebih lebar.
Paparan karbon hitam juga dikaitkan dengan sulkus lateral yang lebih dangkal, yakni lekukan penting pada otak yang menunjukkan kematangan lipatan kortikal. “Selama pertengahan hingga akhir kehamilan, otak janin memasuki fase penting dalam perkembangannya, sehingga sangat rentan terhadap faktor eksternal seperti polusi,” kata Payam Dadvand, peneliti ISGlobal dan penulis utama studi ini, dikutip dari ulasan
Earth.com
pada Kamis, 12 Juni 2025.
Peneliti menyebut hubungan antara perubahan otak dan polusi udara berlaku untuk semua jenis polutan yang diteliti. “Hubungan yang kami temukan konsisten untuk NO, PM2.5, dan karbon hitam,” begitu pernyataan mereka dalam hasil riset tersebut.
Dua dokter dari BCNatal yang juga terlibat dalam studi ini, Elisa Llurba dan Lola Gómez-Roig, menegaskan bahwa kehamilan yang tampak sehat berdasarkan parameter umum masih berisiko terdampak paparan polusi udara. “Temuan ini menekankan pentingnya peningkatan kesadaran dan edukasi, baik di kalangan tenaga kesehatan maupun masyarakat luas,” kata Llurba/
Meski semua pengukuran otak masih berada dalam batas normal, para peneliti menyatakan bahwa perubahan ini tetap memiliki arti penting secara populasi. Laura Gómez-Herrera, salah satu penulis utama, menyatakan penelitian pada tingkat individa tetap relevan dari sudut pandang yang lebih luas. “Karena menunjukkan bagaimana polusi memengaruhi otak janin dan kerentanannya terhadap paparan lingkungan,” ujarnya.
Jordi Sunyer, peneliti lain dalam studi ini, menambahkan masih butuh penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak jangka panjang polusi terhadap otak janin. “Pada tahap ini, kami hanya bisa melaporkan bahwa terdapat perbedaan pada otak janin yang terpapar polusi lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih rendah,” tuturnya.