–
Persebaya Surabaya sekali lagi tidak dapat mengamankan poin sempurna setelah hanya bermain imbang 3-3 melawan Persik Kediri di Stadion Brawijaya pada hari Senin (5/5). gol yang menyamakan skor dari Persik di detik-detik terakhir merusak peluang kemenangan mereka yang sudah sangat dekat.
Dengan demikian, Persebaya Surabaya hanya berhasil mendapatkan satu poin saja saat bertandang ke Kediri. Namun, tambahan satu poin ini sudah cukup bagi The Green Force untuk meraih tempat ketiga dalam tabel klasemen sementara Liga 1 Indonesia musim 2024/2025 dengan total 54 poin.
Di sisi lain dari prestasi klasemen tersebut, data Persebaya Surabaya justru mengandung informasi yang memprihatinkan dan membuat sedih. Klub berasal dari Kota Pahlawa ini ternyata merupakan tim dengan ketidakefektifan tertinggi dalam urusan mencetak gol sepanjang musim ini.
Coba bayangkan, Persebaya Surabaya telah melakukan total 1.706 tendangan sepanjang musim ini, angka terbesar dibanding semua peserta Liga 1. Namun demikian, dari jumlah tendangan yang begitu banyak itu, baru 38 kali gawang lawan berhasil ditusuk sampai pekan ke-31.
Jumlah gol itu menjadi yang paling sedikit di antara lima besar tim teratas Liga 1 musim ini. Bandingkan dengan Persib Bandung yang sudah mencetak 54 gol atau Dewa United yang mampu membukukan 57 gol sejauh ini.
Hanya Malut United yang terletak satu tingkatan di bawah Persebaya Surabaya berhasil mencetak 41 gol, sedangkan Borneo FC yang menduduki tempat kelima telah mengumpulkan sekitar 44 gol. Produktivitas gol Persebaya Surabaya malahan kurang baik daripada beberapa tim di pertengahan klasemen.
Catatan ini cukup memprihatinkan melihat jumlah serangan yang besar yang telah mereka persiapkan. Ini bisa menunjukkan bahwa para penyerang depan belum optimal dalam mencetak gol, atau kemungkinan lain adalah pilihan untuk melakukan tendangan kurang tepat sasarannya.
Angka ketepatan tendangan menunjukkan bahwa Persebaya Surabaya bukanlah klub biasa dalam menciptakan peluang. Mereka menduduki posisi teratas dengan total 1.706 kali tendangan, di depan Dewa United (1.637) serta Arema FC (1.598).
Walau unggul banyak dalam hal tendangan ke arah gawang, namun tim ini kurang efisien di hadapan mistar lawan. Rasionya untuk mengubah tembakan menjadi gol sangat rendah dan termasuk terburuk di antara kelima pemuncak klasemen tersebut.
Dari keseluruhan 1.706 tendangan, Persebaya Surabaya berhasil mencetak 38 gol, sehingga rata-ratanya adalah satu gol setiap 44,89 kali menendang. Sebagai pembanding, Dewa United membutuhkan kira-kira 28,7 kali usaha untuk menciptakan satu gol dengan total 57 gol yang dicetaknya.
Kondisi saat ini jelas merupakan tugas berat untuk sang pelatih serta tim pelatih Persebaya Surabaya. Agar bisa mempertahankan kesempatan meraih gelar juara atau paling tidak menjamin tempat di bagian atas tabel, kecepatan barisan penyerang perlu cepat ditingkatkan.
Apalagi Liga 1 musim ini tinggal menyisakan tiga laga terakhir yang sangat krusial. Setiap poin kini sangat berharga, terlebih bagi Persebaya Surabaya yang ingin menutup musim dengan prestasi terbaik. Lini serang yang mandul menjadi momok tersendiri bagi tim yang bermarkas di Stadion Gelora Bung Tomo tersebut.
Walaupun barisan bertahan sudah cukup kokoh dengan hanya menerima 33 gol saja, namun kurangnya kemampuan mencetak gol menyebabkan tim sulit untuk memastikan kemenangan. Laga melawan Persik menjadi contoh utama dari permasalahan yang selalu berkelanjutan sepanjang musim ini. Meski telah unggul di awal, Persebaya Surabaya malah kehilangan konsentrasi dan tidak berhasil menutup jalannya pertandingan demi meraih kemenangan sampai peluit panjang dibunyikan.
Kemudian perhatian fokus terarah ke lini serangan Persebaya Surabaya yang dinilai belum bermain dengan optimal meskipun pasokan bola cukup banyak serta ada celah untuk melakukan tendangan gol.
finishing touch
belum mendekati kata memuaskan.
Keketatan situasinya pun makin meningkat karena adanya harapan publik yang cukup tinggi kepada klub idola mereka. Suporter Persebaya Surabaya dikenali sebagai salah satu kelompok penggemar termotivasi dan gigih di Tanah Air, tetapi pastinya mereka juga berharap mendapatkan prestasi yang setara.
Pemain seperti Paulo Henrique, Arsenio Valpoort, serta para pemain muda lokal belum sepenuhnya dapat membalas kepercayaan sang pelatih. Kesempatan demi kesempatan yang mereka ciptakan hanyalah angka dalam statistik dan tidak memberikan sumbangan berarti pada papan skor.
Pelatih utama juga dihadapkan dengan tugas mendesak untuk cepat mencari jawaban paling baik menjelang penutupan musim. Ini meliputi evaluasi kembali segi-segi seperti kondisi mental para atlet, skema permainan, serta opsi susunan tim yang lebih tepat.
Dengan hanya menyisakan tiga pertandingan, Persebaya Surabaya harus lebih tajam dan efisien dalam memanfaatkan setiap peluang. Jika tidak, mereka berisiko kehilangan posisi di papan atas atau bahkan gagal menembus zona kompetisi Asia.
Tingginya volume tembakan yang dibarengi dengan minimnya gol adalah kombinasi paling ironis dalam sepak bola. Sebab permainan menyerang yang atraktif tidak akan berarti apa-apa tanpa gol yang menentukan hasil akhir.
Persebaya Surabaya tetap memiliki peluang untuk mengubah situasi saat tersisa dalam pertandingan musim ini. Namun, tim tersebut perlu cepat berdiri kembali, menyempurnakan kemampuan serangnya, dan membuktikan bahwa catatan negatif hanyalah tahapan menuju penampilan optimal.
Tahap akhir musim ini akan memutuskan apakah Persebaya Surabaya dapat mengakhiri kompetisi Liga 1 dengan sukses besar atau malahan terseret ke dalam daftar buruk pencetak gol. Kinerja pada tiga pertandingan terkiniakan memberi jawaban atas hal tersebut.