, Jakarta– Pemeriksaan kesehatan mental anak menjadi salah satu komponen baru dari programCek Kesehatan Gratis(CKG) Sekolah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun ini. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa pemeriksaan kesehatan jiwa perlu dilakukan karena sejauh ini deteksi dini terhadap gangguan mental anak masih belum maksimal.
“Kita mulai mengukur tingkat kecemasan dan depresi agar dapat ditangani lebih dini,” ujar Budi pada Kamis, 31 Juli 2025 sebagaimana dilaporkan dalam rilis pers.Kemenkes.
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Rencana ini mendapatkan respons dari Anggota Komisi IX DPR RI Edy Muryanto. Ia memberi peringatan terkait pemeriksaankesehatan jiwa anak yang terlibat dalam CKG tidak boleh berhenti di tahap pengenalan, tetapi harus diikuti dengan tindakan selanjutnya.
“Jika kita hanya memperhatikan angka hasil skrining tanpa memikirkan apa yang terjadi setelahnya, maka program ini akan kehilangan maknanya. Pemeriksaan kesehatan mental tidak cukup hanya untuk mendeteksi, tetapi harus diikuti dengan tindakan sesuai tingkat keparahan,” kata Edy, Jumat, 1 Agustus 2025 seperti dikutip dariAntara.
Ia juga menyampaikan bahwa tenaga kesehatan di bidang psikologis di fasilitas pelayanan dasar masih sangat sedikit. Menurutnya, Kementerian Kesehatan perlu segera memperluas pelatihan bagi perawat dan dokter umum di puskesmas, termasuk memaksimalkan peran kader kesehatan masyarakat dalam melakukan deteksi dini secara akurat.
Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Edy menyebut program CKG di sekolah akan efektif jika mampu mencapai tiga kelompok, yaitu anak-anak yang mengalami gangguan dalam pemberian promosi kesehatan mental. Tiga kelompok tersebut antara lain, mereka yang menunjukkan gejala ringan atau sedang untuk diberikan intervensi, dan mereka yang menghadapi masalah berat agar segera dirujuk.
Anggota legislatif Dapil Jateng III menekankan bahwa pencegahan gangguan kesehatan jiwa perlu ditingkatkan. Menurutnya, pentingnya pemeriksaan kesehatan mental tidak terlepas dari kondisi sosial yang dialami anak-anak sekolah, salah satunya adalah bullying.
“Kita tidak boleh menunggu anak mengalami gangguan yang parah sebelum bertindak. Justru tindakan dini akan membantu menjaga masa depan mereka, karena gangguan mental bukan hanya terkait dengan perilaku saat ini,” ujar Edy.
Edy menyatakan bahwa perhatian terhadap kesehatan mental anak tidak boleh ditunda, mengingat Indonesia berencana melahirkan generasi emas pada 2025. Anak-anak yang berusia 7 hingga 18 tahun saat ini, menurutnya, merupakan calon penerus bangsa dalam dua dekade mendatang.
“Kita sedang membentuk generasi mendatang, mereka perlu memiliki kesehatan fisik dan mental. Jangan sampai kita hanya sibuk membangun infrastruktur fisik, namun mengabaikan ketahanan jiwa generasi penerus bangsa,” katanya.