news  

Serangan Siber LPS: 2,2 Miliar Kali dalam 2 Minggu, Termasuk dari Vietnam dan AS

Serangan Siber LPS: 2,2 Miliar Kali dalam 2 Minggu, Termasuk dari Vietnam dan AS

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) membeberkan telah terjadi serangan siber hingga mencapai total 2,2 miliar ke LPS dalam 17 Juni–3 Juli 2025. Adapun serangan berasal dari source IP sebanyak 44,6 juta. Top lima berasal dari negara Indonesia, Vietnam, Jerman, Amerika Serikat (AS) dan Belanda.

Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, mengungkapkan dalam dua minggu terakhir serangan cyber kencang ke LPS. Ia menyebut dalam lima menit, serangan Distributed Denial of Service (DDoS) bisa mencapai 100 juta, dengan total serangan selama dua minggu terakhir melebihi 2,2 miliar serangan.

Purbaya mengatakan LPS terus berupaya meningkatkan kesadaran terhadap berbagai ancaman yang ada untuk dapat senantiasa menjalankan tugas dan fungsi dengan baik, dan menjalankan nilai

excellence

yang merupakan salah satu nilai utama di Lembaga Penjamin Simpanan.

“Yang jelas ini serangan LPS ini yang keempat terbesar di dunia ini, serangan terbesar keempat di dunia,” kata Purbaya dalam Temu Media LPS di Jakarta, Jumat (4/7).

  • Kejagung Bisa Sadap HP Dinilai Melanggar Hukum dan Ancam Privasi
  • Belum Ada Kesepakatan Tarif, Ekonom Was-was RI Mau Impor Produk Energi dari AS
  • Manuver Barito Renewables (BREN) di 5 Proyek PLTP Star Energy, Intip Prospeknya

Seiring dengan hal itu, Direktur Group Sistem Informasi LPS, Monang Siringoringo, mengungkapkan bahwa di tahun 2025,

phishing

menjadi salah satu dari delapan jenis serangan siber terbesar di dunia. Ia menjelaskan phishing adalah upaya penipuan dengan cara menyamar sebagai pihak yang sah agar korban percaya, hingga akhirnya terjadi kejahatan digital.

Selain

phishing

, Monang menyoroti peningkatan ancaman

ransomware

di Indonesia yang kini juga menjadi isu global.

Ransomware

dilakukan oleh kelompok-kelompok terorganisir lintas negara yang bekerja secara tersembunyi tetapi sangat canggih. Serangan ini masuk melalui celah keamanan sistem, mencuri dan mengenkripsi data penting, hingga menyebabkan gangguan operasional serius.

Ia mengatakan jenis ancaman lainnya adalah serangan Distributed Denial of Service (DDoS), yang dilakukan dengan membanjiri sistem hingga mencapai titik jenuh dan membuat sistem tidak dapat diakses. Ketiga jenis serangan ini menurutnya menjadi tantangan utama dalam menjaga keamanan informasi dan stabilitas operasional LPS.

“Jadi sehari-hari kami ngalamin delapan

cyber attack

ini sekitar 50.000 sampai 100.000 serangan per hari, bahkan sampai hari ini,” tambah Monang.

Terus Perkuat Sistem Teknologi dan Informasi

Lebih lanjut, Purbaya menyebut keamanan siber saat ini bukan lagi sekadar isu teknis, melainkan sudah menjadi bagian dari manajemen risiko strategis. Melalui peningkatan kapasitas serta kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, LPS memastikan seluruh sistem dan informasi yang dimiliki terlindungi dari ancaman siber yang berpotensi mengganggu kepercayaan publik terhadap sistem keuangan nasional.

Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir, risiko siber telah berkembang menjadi ancaman yang semakin kompleks dan nyata. Tidak hanya berdampak pada operasional, tetapi juga terhadap reputasi dan stabilitas ekonomi, baik nasional maupun global.

“Hal ini juga demi menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, dan meyakinkan masyarakat bahwa tabungan mereka aman disimpan di bank,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com