Kondisi Mengkhawatirkan di SDN 3 Kertasari, Majalengka
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Kertasari yang berada di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, menghadapi situasi yang memprihatinkan pada awal tahun ajaran 2025/2026. Tidak ada siswa baru yang mendaftar, meskipun kalender pendidikan telah resmi dimulai sejak Senin (14/7/2025). Hal ini menyebabkan aktivitas pembelajaran di sekolah tersebut berjalan seperti biasa, tanpa adanya penyambutan khusus untuk siswa kelas 1 seperti di sekolah-sekolah lainnya.
Kepala SDN 3 Kertasari, Sofia Widawaty, mengungkapkan bahwa tidak ada pendaftar sama sekali tahun ini. Banyak orang tua lebih memilih mengirim anak-anak mereka ke madrasah atau SD negeri lain yang lebih dekat dengan pemukiman. Ia juga menjelaskan bahwa kondisi ini bukanlah hal baru. Pada tahun sebelumnya, hanya ada tiga siswa baru yang mendaftar.
Saat ini, hanya empat kelas yang masih aktif karena memiliki siswa. Rinciannya adalah kelas 2 dengan tiga siswa, kelas 3 dengan empat siswa, kelas 4 dengan tiga siswa, dan kelas 6 dengan delapan siswa. Sementara itu, kelas 1 tidak memiliki murid, dan kelas 5 kosong setelah satu-satunya siswa pindah bersama orang tuanya ke Sumedang.
Meski bangunan SDN 3 Kertasari tergolong representatif dan layak, lokasinya yang jauh dari permukiman warga menjadi salah satu faktor utama mengapa minat masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sini menurun. “Bangunannya bagus karena baru, bukan hasil renovasi. Tapi karena jauh dari rumah-rumah warga, banyak orang tua lebih memilih sekolah lain,” kata Sofia.
Sebelumnya, SDN 3 Kertasari berada di gedung lama yang dekat dengan jalan raya dan berada di tengah perkampungan. Namun, karena kondisi gedung lama mengalami kerusakan parah, sekolah akhirnya dipindahkan ke lokasi baru yang lebih terpencil. Saat pindah, hanya sebagian siswa yang ikut serta, mayoritas berasal dari kelas 6 yang kini tersisa delapan orang.
Minimnya jumlah siswa sudah terlihat sejak sekolah masih berada di lokasi lama. Meskipun jumlah siswa tidak banyak, setiap kelas masih memiliki murid. Namun, situasi ini semakin memburuk sejak sekolah berpindah tempat. Sekolah-sekolah seperti SDN 2 Kertasari dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Desa Mekarjaya menjadi pilihan utama bagi warga.
Di tengah kondisi ini, jumlah tenaga pengajar juga turun. Saat ini hanya tersisa satu guru honorer aktif, sementara satu guru berstatus PNS sudah memasuki masa pensiun. Kepala sekolah sendiri ikut turun tangan mengajar beberapa kelas sekaligus. Bahkan, ia mengurus langsung proses penilaian rapor untuk seluruh siswa yang ada.
“Sempat ada guru P3K, tapi karena rumah mereka jauh, akhirnya memilih mundur. Sekarang tinggal satu honorer, saya juga ikut mengajar,” ujar Sofia. Ia juga mengungkapkan bahwa sempat beredar wacana tentang kemungkinan penggabungan SDN 3 Kertasari dengan SDN 2 Kertasari yang lebih dekat ke pusat permukiman. Informasi ini muncul sejak sebelum ia menjabat sebagai kepala sekolah.
Namun hingga kini, proses merger belum terealisasi dan sekolah tetap beroperasi di lokasi yang sekarang. “Dulu katanya akan digabung atau jadi kelas jauh dari SDN 2. Tapi sampai sekarang belum ada keputusan. Tahun ini katanya mau diproses lagi,” tambahnya.