news  

SBY Rilis Lagu “Save Our World”, Irwan: Ini Suara Hati yang Mendesak

SBY Rilis Lagu “Save Our World”, Irwan: Ini Suara Hati yang Mendesak



– Bendahara Umum (Bendum) DPP Partai Demokrat
Irwan Fecho
menyampaikan selamat kepada Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merilis video musik berjudul “Save Our World” di Jakarta, Selasa (1/7/2025).

Irwan menilai lagu ciptaan
SBY
dan diaransemen ulang dengan melibatkan 35 penyanyi lintas generasi itu merupakan bentuk seruan penyelamatan bumi dari kerusakan lingkungan.




Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI), Agus Harimurti Yudhoyono ketika memberikan sambutan dalam peluncuran video musik “Save Our World” yang digelar di Jakarta, Selasa (1/7/2025). ANTARA/Adimas Raditya

“Ini bukan sekadar isu, tetapi panggilan nurani,” kata Irwan di Jakarta, Rabu (2/7/2025).

Pria bergelar doktor di bidang ilmu kehutanan itu juga memaknai pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus Direktur The Yudhoyono Institute (TYI), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat peluncuran video musik “Save Our World”.

AHY dalam sambutannya menyampaikan bahwa ‘Pembangunan yang sejati tentunya bukan hanya tentang membangun yang tampak, tetapi menjaga yang tidak tergantikan’.

“Saya memaknai bahwa Mas AHY ingin memberikan refleksi tulus bahwa pembangunan sejati bukan hanya soal membangun masa kini tetapi merawat kehidupan esok hari,” kata Irwan.

“Artinya, Mas AHY menyampaikan bahwa membangun negeri tidak bisa egois dan jangka pendek. Harus ada tanggung jawab antargenerasi,” lanjutnya.

Anggota DPR RI periode 2019-2024 itu menyampaikan terima kasih kepada SBY yang telah menciptakan lagu yang indah dan bijaksana.

“Lewat lagu Save Our World, Bapak SBY menyampaikan pesan yang disuarakan dengan emosi yang menyentuh bahwa bumi ini harus dipertahankan bukan hanya dimanfaatkan,” tutur Irwan.

Sebelumnya,
AHY
mengatakan bahwa Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono kini menggunakan jalan seni untuk menyebarkan pesan dan ajakan untuk menyelamatkan bumi.

“Beliau memilih jalan seni sebagai saluran pesan-pesan dan saluran untuk terus menyemangati generasi penerus. Menurut beliau seni adalah bahasa jiwa dan musik adalah bahasa universal yang menyentuh di mana politik kadang gagal menjangkau,” kata AHY di Jakarta, Selasa malam.

Menurut AHY, ada banyak ruang yang tidak mudah ditembus dengan pendekatan akademis, teknokratis, apalagi birokratis. Pendekatan yang lebih populer, yang lebih humanis, melalui karya seni dan budaya seringkali justru lebih efektif untuk menggugah akal dan rasa, hati dan pikiran.

“Untuk itu, TYI dengan rasa syukur dan bangga pada malam hari yang insyaallah penuh dengan keberkahan ini akan meluncurkan sebuah lagu dan video musik berjudul Save Our World, selamatkan Bumi kita,” ujarnya.

AHY juga mengatakan musik bisa menembus sekat-sekat perbedaan identitas, suku, agama, bangsa juga perbedaan ideologi dan pilihan politik.

Dia pun meyakini bahwa menyelamatkan bumi adalah tugas bersama, bukan hanya negara atau pemerintah. Selain itu, seni, budaya, dan kepemimpinan bisa berpadu untuk menggerakkan perubahan perubahan ke arah yang lebih baik.

“Pembangunan yang sejati tentunya bukan hanya tentang membangun yang tampak tetapi menjaga yang tidak tergantikan,” ucap AHY.

Pada kesempatan itu, SBY mengatakan lagu Save Our World ditulis pada 2010 setelah diundang oleh Perdana Menteri Norwegia kala itu, Jens Stoltenberg, untuk menghadiri Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim dan Penyelamatan Hutan di Oslo, Norwegia.

“Semangatnya how to save our environment, to save our forest. Setelah tiga hari tiga malam berada di Oslo, bukan Solo, Oslo, ya. Sebelum kembali ke Jakarta, saya terinspirasi karena semangatnya luar biasa, why not saya menulis lagu?” kata SBY.

SBY juga menjelaskan di dalam lagu tersebut tertuang banyak pemikiran mengenai berbagai cara untuk menyelamatkan Bumi.

“Ekspresi hati, pikiran, bagaimana dunia sedikit lebih baik, dan dunia betul-betul bisa menyelamatkan Bumi, satu-satunya tempat kita hidup,” ujarnya.

Adapun musisi yang turut berpartisipasi dalam karya ini di antaranya Titiek Puspa, Ernie Djohan, Titiek Sandhora, Vina Panduwinata, Yuni Shara, Sandhy Sondoro, Ita Purnamasari, Joy Tobing, Edo Kondologit, Saykoji, Tantri Syalindri (Kotak), Andy /rif, Ariyo Wahab, Novia Bachmid dan lainnya.

(fat/ant/jpnn)