Rupiah Melemah di Pasar Spot dan Jisdor BI
Rupiah mengalami penurunan pada hari Senin (14/7) dalam dua pasar utama, yaitu Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) dan pasar spot. Di Jisdor BI, rupiah berada pada level Rp 16.247 per dolar Amerika Serikat (AS), melemah sebesar 0,16% dibandingkan akhir pekan lalu yang ada di Rp 16.221 per dolar AS.
Di pasar spot, rupiah ditutup pada posisi Rp 16.250 per dolar AS setelah perdagangan berakhir pada hari Senin (14/7). Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 0,20% dari posisi akhir pekan lalu yang berada di Rp 16.218 per dolar AS.
Pergerakan Mata Uang Asia Terhadap Dolar AS
Di kawasan Asia, kebanyakan mata uang mengalami pelemahan terhadap dolar AS pada sore hari ini. Beberapa mata uang yang paling terpuruk antara lain:
- Peso Filipina: Melemah sebesar 0,31%
- Dolar Taiwan: Melemah sebesar 0,30%
- Won Korea: Melemah sebesar 0,27%
- Rupee India: Melemah sebesar 0,22%
- Rupiah: Melemah sebesar 0,20%
- Ringgit Malaysia: Melemah sebesar 0,11%
- Dolar Singapura: Melemah sebesar 0,04%
- Dolar Hong Kong: Melemah sebesar 0,003%
Sebaliknya, beberapa mata uang Asia lainnya menguat terhadap dolar AS:
- Baht Thailand: Menguat sebesar 0,18%
- Yen Jepang: Menguat sebesar 0,07%
- Yuan China: Menguat sebesar 0,02%
Indeks Dolar Meningkat
Sementara itu, indeks dolar yang digunakan untuk mengukur nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia mencatat angka sebesar 97,90. Angka ini meningkat dibandingkan akhir pekan lalu yang berada di 97,85.
Pergerakan rupiah yang melemah terhadap dolar AS ini mencerminkan tren umum di kawasan Asia, di mana banyak negara mengalami tekanan terhadap mata uang mereka karena berbagai faktor ekonomi dan politik global. Kenaikan indeks dolar juga menunjukkan bahwa dolar AS sedang menguat secara keseluruhan terhadap mata uang lainnya.
Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Rupiah
Beberapa faktor yang mungkin memengaruhi pelemahan rupiah antara lain:
- Kenaikan suku bunga di AS: Jika suku bunga di AS meningkat, dolar AS cenderung lebih kuat.
- Kondisi ekonomi dalam negeri: Ketidakstabilan ekonomi atau ketidakpastian politik bisa membuat investor enggan menanamkan dana di mata uang lokal.
- Perubahan harga komoditas: Ketergantungan Indonesia terhadap ekspor komoditas seperti minyak dan gas dapat memengaruhi nilai tukar rupiah.
- Kebijakan moneter Bank Indonesia: Kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar juga menjadi faktor penting.
Dengan situasi saat ini, para pelaku pasar dan investor perlu memantau perkembangan ekonomi global serta kebijakan moneter yang akan diambil oleh Bank Indonesia. Penurunan rupiah terhadap dolar AS bisa memberikan dampak terhadap inflasi, impor, dan neraca perdagangan negara.