JAKARTA,
Setelah kembali dari acara Musik Internasional Musexpo 2025 di Los Angeles, AS, vokalis grup band d’Masiv, Rian Ekky Pradipta, mengantongi lebih banyak daripada hanya kenangan saja.
Dia mengungkapkan ketidakpuasan terkait sistem royalti musik di Indonesia dan membandingkannya dengan pandangan sejenis tentang situasi di negara Paman Sam.
Selama beragam perbincangan dengan kalangan musisi dunia, Rian menyaksikan bahwa AS berhasil menangani hak cipta dengan cara yang professional, jujur, serta memberikan keuntungan bagi penulis lagu.
Satu hal yang mengesankan baginya adalah tugas penyelenggara konser di Amerika Serikat dalam membayar royalti langsung kepada pencipta lagu.
“Pada tempat tersebut, aturannya telah ditetapkan dengan jelas. Orang yang mengadakan acara pun memahami tugas mereka terkait pencipta lagu,” ungkap Rian saat ditemui di daerah Petukangan Utara, Jakarta, pada hari Selasa, 8 April 2025.
Dia menyebutkan bahwa badan pengelolaan hak kolektif (BPK) di Amerika Serikat dapat mengumpulkan royalti mencapai 1,1 miliar dolar AS, jumlah yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan situasi di Indonesia.
Rian juga menggarisbawahi bahwa kesejahteraan penulis lagu di AS tercapai berkat adanya sistem yang berfungsi dengan lancar.
“Distribusi ini adil, terbuka, dan sesuai sasarannya,” paparnya.
Mengenai sistem
direct license
Yang tengah menjadi perbincangan di negeri kita, Rian menjabarkan bahwa model tersebut juga dipakai di Amerika Serikat, tetapi hanya sesuai dengan konteks dan kebutuhannya masing-masing.
Ini menandakan adanya peluang untuk menerapkan sistem sejenis di Indonesia, selama disertai peraturan dan pemantauan yang memadai.
Sesungguhnya, di tempat itu pun terdapat.
direct licensing
“tapi hanya terbatas pada beberapa kasus saja,” jelasnya.
