Jakarta – Belakangan ini fenomena “cek khodam” telah menjadi tren yang viral di media sosial, khususnya di platform seperti TikTok.
Banyak masyarakat yang penasaran dan berpartisipasi dalam cek khodam dengan harapan pengguna mengetahui apakah mereka memiliki khodam atau tidak dan apa khodamnya.
Dalam siaran langsung yang viral tersebut, si pembaca khodam hanya menggunakan suara dan menyebutkan nama-nama para penonton yang menuliskan namanya.
Menanggapi fenomena cek khodam di media sosial yang viral, pengurus Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Muhammad Nur Hayid mewanti-wanti soal bahayanya yang dapat berakibat fatal secara akidah.
Muhammad Nur Hayid menjelaskan, dalam pandangan islam, khodam itu sesungguhnya Allah telah ciptakan ada, akan tetapi khodam dalam konteks islam bukan seperti yang viral di media sosial.
“Khodam dalam Islam punya makna sebagai makhluk yang Allah ciptakan yang bertugas untuk mengawal manusia. Dalam tradisi pesantren, terutama pesantren Nahdlatul Ulama, sejak kecil itu ada khodam jin dan khodam malaikat,” ujar Muhammad Nur Hayid.
Ia menjelaskan, khodam malaikat didapatkan karena pertolongan Allah dari istikamah dalam beramal saleh, seperti membaca Quran, doa-doa dan amalan soleh lainnya.
Sedangkan khodam jin, samsung Nur Hayid, untuk menggoda dan untuk keburukan yang merupakan itu jin kafir.
Pengurus Komisi Dakwah MUI Pusat juga menyinggung soal khodam leluhur dalam perspektif jawa yang sering disebut Sedulur Papat Limo Pancer.
“Tradisi Jawa satu rangkaian dari bayi yang keluar saat dilahirkan itu dikubur, kalau malam dikasih lampu. Itu adalah bagian dari kearifan lokal, bahwa kita tidak boleh abai dengan lingkungan,” ucap Nur Hayid.
Pengurus Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Muhammad Nur Hayid menjelaskan, percaya cek khodam di media sosial menurutnya sama saja dengan percaya kepada dukun ataupun ramalan lainnya.
“Percaya sama khodam bukan musyrik, percaya sama khodam sebagai sebuah kehendak dan takdir dari Allah tidak masalah, bahwa masing-masing kita ada khodam,” katanya.
Namun yang menjadi masalah, sambung Nur Hayid,dengan bermain-main dengan mencari-cari khodam di media sosial merupakan awal dari kemusyrikan.
“Ini membahayakan akidah karena awal dari sebuah kemusyrikan. Kenapa saya sebut musyrik karena nanti kalau dia imannya nggak kuat dia akan meyakini bahwa saya punya khodam, sehingga dia lebih percaya keselamatannya kepada khodam, bukan Allah,” jelas Nur hayid
Ia menegaskan, soal cek khodam di media sosial di TikTok dan platform media sosial lainnya itu adalah murni keisengan semata saja maupun bisnis dari mengumpulkan poin.