Terkadang, perasaan bisa mengambil alih diri kita dan menyebabkan kita bertindak tanpa mempertimbangkan akibatnya.
Hal ini sering terjadi ketika seseorang hanya merespons secara spontan. Terdapat rahasia yang berkaitan dengan otak dalam mengatur emosi ini.
Kunci utamanya bukanlah menghapus perasaan, tetapi mengganti cara kita dalam mengelola emosi tersebut.
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Mengutip dari Geediting.com pada Kamis (7/8), rahasia ini terletak pada perbedaan antara merespons dan bereaksi. Memahami konsep ini dapat mengubah kehidupan kita.
Berikut beberapa rahasia otak yang bisa membantu menguasai perasaan:
-
Mengerti Perbedaan Antara Reaksi dan Tanggapan
Bereaksi merupakan tindakan yang dilakukan secara alami akibat dorongan naluri untuk bertahan hidup di otak. Reaksi ini sering kali menyebabkan kita merasa kelelahan, terganggu, atau menyesal. Sementara itu, merespons adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja.
-
Menciptakan Ruang Jeda
Terdapat jeda singkat antara stimulus dan respons kita, dan di sinilah letak kekuatan kita. Jeda ini memberi kesempatan untuk memilih tanggapan, bukan hanya merespons secara spontan. Hanya satu hembusan napas saja sudah cukup untuk mengganggu siklus otomatis.
-
Kekuatan Memberikan Nama pada Perasaan
Mengatakan “Saya merasa sedih” atau “Saya merasa cemas” akan memicu aktivitas di korteks prefrontal. Hal ini memisahkan perasaan dari diri kita, sehingga menjadi sesuatu yang kita alami. Memberikan nama pada perasaan merupakan langkah awal dalam mengelolanya.
-
Menggunakan Bahasa yang Tepat
Tanpa kemampuan berbahasa yang tepat untuk mengidentifikasi perasaan, kita cenderung meledakkan, menekan, atau menghindar. Brené Brown menyebutkan bahwa kita tidak mampu mengelola emosi tanpa kemampuan mengenali mereka. Memberi nama pada perasaan memberikan perspektif dan kekuatan bagi diri sendiri.
-
Membangun Kebiasaan Merespons
Menguasai perasaan merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, bukan sesuatu yang sudah ada sejak lahir. Otak kita tetap memiliki sifat fleksibel dan mampu berubah. Kebiasaan dalam merespons dibentuk melalui satu napas, satu jeda, atau satu ritual baru pada setiap waktu.
Menghadapi situasi memulihkan energi kita, sementara bereaksi justru menghabiskan energi. Merespons mendorong ketahanan diri dan rasa percaya diri. Mengambil respons dengan tujuan yang jelas merupakan kunci utama.
Merespons membantu Anda melewati perasaan dengan jelas, bukan kekacauan. Dengan merespons, Anda tidak lagi memerlukan bantuan orang lain untuk merasa baik. Mengelola emosi adalah latihan sepanjang hidup.
Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/