,
Jakarta
– Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan
Gereja Katedral
Jakarta guna menghadiri pemakaman Mgr (Emeritus Bishop of Kupang) Monsignor
Petrus Turang
yang wafat pada tanggal 4 April 2025.
Prabowo datang bersama dengan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dan tiba sekitar pukul 15:38 WIB di Gereja Katedral Jakarta. Dia diterima oleh Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo. Setelah itu
Prabowo
Masuk ke dalam gereja didampingi oleh Kardinal Suharyo. Prabowo hanya menghabiskan tujuh menit di dalam gereja tersebut.
Keuskupan Agung Kupang mengumumkan bahwa Mgr. Petrus Turang meninggal di Jakarta setelah dirawat secara intensif di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan.
“Dengan penuh iman dan pengharapan akan kebangkitan, kami mengumumkan bahwa telah berpulang ke rumah Bapak di Surga Mgr Petrus Turang Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang pada hari ini,” kata Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang Romo Krispinus Saku dalam jumpa pers di istana Keuskupan Agung Kupang, Jumat siang, dikutip dari Antara.
Bapak Petrus Turang telah meninggal dunia pada jam 06:20 waktu Indonesia Bagian Barat. Saat ini jenazah Bpk Petrus dititipkan sementara di sebuah tempat khusus dukawati yang berada di Jakarta, dan tim penyelenggara tengah merencanakan pengiriman jenasah tersebut ke arah Kupang pada hari Sabtu di awal hari. Ketika sampai di Kupang, mayat beliau akan dipajang sembahyang terlebih dahulu di gereja Christ King Cathedral Kupang sebelum akhirnya dikuburkan pada tanggal 8 April tahun 2025 mendatang.
Sebelum menjabat sebagai Uskup Agung Kupang, Petrus Turang pernah mengemban tugas sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Pengembangan Sosial dan Ekonomi (PSE) dari Konferensi Waligereja Indonesia atau KWI.
Pada tanggal 21 April 1997, Petrus Turang dilantik sebagai Uskup Koasisten oleh Papa Yohannes Paulus II yang suci ke dalam jabatan Uskup Koajutor untuk Keuskupan Agung Kupang. Ketika itu, uskup agung dari wilayah tersebut adalah Mgr Gregorius Monteiro, SVD. Sesudah masa purnawirawanannya, posisi Mgr. Petrus Turang kemudian disandangkan kepada Uskup Mgr. Hironimus Pakaenoni.
Profil Mgr Petrus Turang
Dilansir dari
sesawi.net
Petrus Turang dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1947. Dia mulai jalannya pendidikan tingginya di Sekolah Tinggi Seminari Pineleng dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 1974. Di tempat tersebut, selain meningkatkan pengetahuannya dalam bidang teologi, Petrus juga tumbuh mencintai filsafat sehingga dia melanjutkannya untuk meraih gelarnya sebagai Sarjana dari lembaga yang sama pada tahun setelah itu.
Kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuanannya mengantarnya ke Roma, di mana dia sukses mendapatkan gelar Lisensiat dari Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Gregorian pada tahun 1979. Studi di salah satu institusi intelektual utama dalam agama Katolik global ini tak hanya menjadikannya seorang pakar tetapi juga pembuat pikiran kritis.
Setelah kembali ke tanah air, dia dilantik menjadi imam pada 18 Desember 1974 di Manado. Selama memimpin umat di Manado, selain menangani tugas liturgi, dia juga sangat peduli terhadap aspek sosial dan keagamaan dalam komunitas tersebut.
Ketelitiannya terhadap masalah-masalah sosial menjadi sangat nampak saat dirinya menjabat sebagai Delegatus Sosial Keuskupan Manado antara tahun 1979 sampai dengan 1984. Peran tersebut memberi kesempatan padanya untuk menyatukan prinsip-prinsip sosial serta keadilan di dalam aktivitas beragamanya.
Capaian tertinggi dalam tugas pelayanannya di jajaran Gereja dicapainya saat dilantik sebagai Uskup Kupang pada tanggal 27 Juli 1997, lalu beberapa bulan setelahnya, tepatnya pada 10 Oktober 1997, dia dipromosikan menjadi Uskup Agung Kupang. Di posisi tersebut, Petrus bukan hanya memegang peranan sebagai pemimpin spiritual melainkan juga aktor utama dalam transformasi sosial, dengan berjuang untuk keadilan, kedamaian, serta pengembangan komunitas.
Sebagai dosen sosiologi di Seminari Tinggi Pineleng antara tahun 1979 sampai 1984, Petrus memberikan pengetahuan mendalam kepada calon-calon imam mengenai dinamika masyarakat serta kendala-kendala yang bakal mereka temui saat menjalankan tugas pastoral. Berkat pengalaman tersebut, dia kemudian dipercaya memegang beberapa posisi kunci dalam gereja, seperti Sekretaris Komisi PSE KWI atau Justice & Peace KWI dan juga sebagai Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia.
Dalam skenario internasional, Petrus turut serta di dalam Komisi Kebenaran dan Persahabatan antara Timor Leste dengan Indonesia, yakni suatu usaha diplomatik signifikan yang bertujuan untuk menemukan keadilan dan menyelaraskan kembali masyarakat pasca-pergolakan. Selain itu, ia juga aktif pada Kerjasama Indonesia, sebagai wujud penguatan ikatan bilateral dan kolaborasi lintas sektor guna mendukung pengembangan negara.
Di Unio Indonesia, Petrus mengemban berbagai posisi mulai dari anggota sampai penasihat, mencerminkan kesetiaannya terhadap kerjasama dan pengembangan aktivitas keagamaan Katolik di tanah air. Lewat setiap tanggung jawab yang dia jalani, ia telah menyumbangkan kontribusi signifikan untuk diskusi interreligius, kemajuan masyarakat, serta bidang pendidikan, sehingga ikut mendidik generasi masa depan agar tetap bertekun pada prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan.
Eka Yudha Saputra
ikut berpartisipasi dalam penyusunan artikel ini.