news  

PLTN Pertama RI Tak di Jawa, Tapi di Sini!

PLTN Pertama RI Tak di Jawa, Tapi di Sini!


Kilas Klaten

– Di tengah meningkatnya kebutuhan listrik nasional dan desakan global untuk beralih ke energi bersih, Pemerintah Indonesia mengambil langkah besar: membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di tanah air.

Hal ini tertuang dalam Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang baru saja dirilis.

Dalam dokumen tersebut, disebutkan bahwa dua wilayah akan menjadi lokasi pengembangan awal PLTN, yaitu Sumatera dan Kalimantan.

Masing-masing wilayah akan mendapatkan kapasitas sebesar 250 Megawatt (MW), dengan total kapasitas nasional mencapai 500 MW.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, menyatakan bahwa sistem kelistrikan yang akan menerima pasokan dari PLTN tersebut sudah ditentukan.

Namun, titik pasti lokasi fisiknya belum diputuskan secara final. “Bisa saja dibangun di sekitar Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Babel, atau Kalimantan Barat,” kata Jisman dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Senin (30/6/2025).

Kenapa PLTN Sekarang?

Langkah ini bukan tanpa pertimbangan panjang. Indonesia selama ini mengandalkan pembangkit berbahan bakar fosil, seperti batu bara dan gas, yang semakin mendapat tekanan karena dampaknya terhadap perubahan iklim.

PLTN dinilai sebagai salah satu solusi jangka panjang karena mampu menghasilkan listrik dalam jumlah besar secara stabil dan tanpa emisi karbon.

Selain itu, energi nuklir juga dikenal memiliki kapasitas

base load

tinggi, artinya ia bisa berjalan terus-menerus tanpa tergantung cuaca, berbeda dengan tenaga surya atau bayu.

Pemerintah menargetkan PLTN ini akan mulai beroperasi secara komersial pada 2032 atau paling lambat 2033.

Untuk mendukung rencana ini, Kementerian ESDM tengah mengupayakan pembentukan Organisasi Pelaksana Program Energi Nuklir atau

Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO)

, sebagai lembaga khusus yang akan mengelola dan mengawasi seluruh tahapan pengembangan nuklir nasional.

Tak Hanya Nuklir: Diversifikasi Energi Terbarukan Terus Didorong

Pembangunan PLTN merupakan bagian dari upaya diversifikasi energi nasional. Di saat bersamaan, pemerintah juga terus mengembangkan sumber energi bersih lainnya seperti:


  • Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

    terapung di Cirata, Jawa Barat, yang menjadi salah satu proyek energi surya terbesar di Asia Tenggara.


  • Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

    di berbagai wilayah, mulai dari Sumatera, Jawa, Maluku hingga Nusa Tenggara.


  • Energi bayu (angin)

    , terutama setelah ditemukannya potensi angin yang cukup besar di ketinggian 140 meter di pesisir utara Pulau Jawa.

Menurut Jisman, potensi energi angin tersebut kini menjadi sorotan. Pemerintah sedang mendorong pengembangan potensi energi bayu hingga 7 gigawatt (GW) dalam RUPTL terbaru.

Keputusan Indonesia untuk mulai membangun PLTN merupakan langkah berani sekaligus strategis di tengah transisi energi global.

Dengan target operasional pada 2032–2033 dan dukungan dari berbagai sektor, proyek ini diharapkan menjadi bagian penting dalam menciptakan sistem energi nasional yang lebih bersih, andal, dan berkelanjutan.

Transformasi ini bukan hanya tentang membangun pembangkit, tapi juga tentang membangun masa depan. Masa depan yang mandiri secara energi, ramah lingkungan, dan siap menjawab tantangan zaman.***