– Yusuf Rendy Manilet, peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II-2025 berada di bawah 5 persen, yaitu antara 4,7 hingga 4,8 persen. Peningkatan ini sedikit lebih lambat dibandingkan Kuartal I-2025 yang mencapai 4,87 persen.
Prediksi ini disampaikan di tengah pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai angka pertumbuhan ekonomi Kuartal II-2025 yang akan diumumkan pukul 11.00 WIB hari ini, Selasa (5/8).
“Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 diperkirakan berada dalam kisaran 4,7–4,8 persen, sedikit lebih lambat dibandingkan kuartal I yang mencapai 4,87 persen,” ujar Yusuf dalam analisisnya, Selasa (4/8).
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Ia mengungkapkan, perlambatan ini tidak terlepas dari tekanan yang datang dari berbagai pihak, baik dari luar maupun dalam negeri. Pada tingkat global, ketegangan geopolitik dan kebijakan tarif sebesar 19 persen dari Amerika Serikat (AS) memberikan tekanan terhadap ekspor serta memicu ketidakpastian dalam investasi.
Sementara di dalam negeri, pengeluaran rumah tangga belum sepenuhnya pulih, belanja pemerintah masih lambat, dan pemulihan investasi berlangsung sangat perlahan.
“Meskipun demikian, saya melihat masih terdapat beberapa sektor yang berperan sebagai penggerak utama di tengah perlambatan ini. Salah satunya adalah sektor pertanian,” ujar Yusuf.
Menurutnya, di kuartal I-2025, sektor ini mengalami pertumbuhan yang luar biasa mencapai 10,45 persen, didorong oleh pemulihan setelah El Niño dan kenaikan harga komoditas seperti kopi, kelapa, sawit, serta karet.
Support us — there's a special gift for you.
Click here: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Peningkatan ini, menurutnya, turut meningkatkan nilai tukar petani, khususnya dalam sektor perkebunan dan pangan. Tren positif ini diperkirakan masih akan berlanjut pada kuartal II-2025, meskipun tantangan seperti distribusi beras dari cadangan pemerintah dan risiko penumpukan stok mulai muncul.
Di sisi industri, subsektor makanan dan minuman di sektor manufaktur mengalami pertumbuhan yang kuat pada kuartal I-2025 akibat meningkatnya permintaan selama bulan Ramadan dan Lebaran. “Namun, karena sifatnya musiman, kontribusinya diperkirakan akan menurun pada kuartal II-2025,” tambahnya.