Perbedaan Selingkuh Emosional dengan Pertemanan yang Terlalu Dekat: Kenali Ciri-cirinya

Perbedaan Selingkuh Emosional dengan Pertemanan yang Terlalu Dekat: Kenali Ciri-cirinya



– Tak seluruhnya kecurangan dilakukan di tempat tidur. Pada berbagai kesempatan, ikatan emosi yang kuat dengan pihak ketiga dapat menimbulkan luka yang lebih mendalam daripada hanya berselingkuh secara fisik.

Ini dikenal sebagai selingkuan emosional, jenis kecurangan yang sering kali tidak terdeteksi namun dapat memecahkan dasar suatu hubungan secara bertahap. Lalu, bagaimana membedakan antara selingkuhan emosional dan teman dekat yang memiliki chemistry?


Apa Itu Selingkuh Emosional?

Menurut Brides.com pada Minggu (13/4/2025), selingkuh emosional merupakan ikatan emosi yang kuat dengan orang lain diluar hubungan primer Anda, hal tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kedekatan emosional dalam hubungan. Jenis pelanggaran ini tidak mencakup interaksi fisik semacam ciuman atau aktivitas intim, tetapi efek negatifnya mampu memberikan kerugian serupa.

Dalam kerangka hubungan monogami, pelakuan perselingkuhan emosional timbul ketika individu tersebut membagikan pikiran dalam, perasaan cinta, atau rahasia kepada pihak luar – hal-hal yang semestinya disimpan khusus untuk pasangannya.

Berdasarkan pendapat psikolog klinis Dr. Elizabeth Carr, perselingkuan emosional dapat memicu keruntuhan suatu hubungan. “Secara bertahap, hal tersebut mampu merusak kepercayaan dan menimbulkan penderitaan serta pertikaian di dalam hubungan,” jelasnya.


Selingkuh Emosional versus TTM (Teman Tapi Mesra)

Bisa jadi Anda penasaran, apa beda antara perselingkuhan emosional dengan pertemanan platonis semacam sahabat dekat tetapi romantis? Walaupun terlihat samar-samar seolah hanya berjarak tipis, perselingkuhan emosional mencakup unsur niat serta keeksistensial lain secara emosi, hal ini jarang ditemui pada relasi tanpa komponen seksual tersebut.

Pada suatu hubungan pertemanan yang bersifat platonis, komunikasi umumnya terbuka antara kedua belah pihak dan tidak ada hal-hal yang disembunyikan. Selain itu, tindakan tersebut tidak mempengaruhi atau berlomba dengan derajat keterlibatan di dalam ikatan primer seseorang.

Menurut Carr, hal tersebut merupakan karakteristik dari sebuah hubungan persahabatan yang baik. Sebaliknya, perselingkuhan emosional melibatkan aspek-aspek seperti kerahasiaan serta kedekatan emosional.

Relasi ini pelan-pelan memakan waktu dan tenaga orang tersebut, mengambil tempat yang semestinya hanya untuk pasangan resmi. Relasi itu bisa bermula sebagai persahabatan biasa, tetapi kemudian berkembang menjadi lebih mendalam secara emosi dan dipenuhi kerahasiaan.

Carr menjelaskan bahwa dalam pertemanan platonis, tak ada komponen kebocoran informasi atau saingan dengan hubungan primer,” katanya. “Sementara itu, pada kasus berselingkuh secara emosional, terdapat aspek ketagihan emosi serta kedekatan yang mungkin membahayakan ikatan antar pasangan.


Selingkuh Emosional vs. Micro-Cheating

Penting pula untuk membedakan antara berselingkuh secara emosi dan melakukan hal-hal yang disebut micro-cheating. Tindakan micro-cheating melibatkan perilaku sederhana seperti mengejek orang lain, menyamarkan komunikasi dengan eks pasangan, atau melepaskan gelang pernikahan ketika berada di area publik.

Walaupun terlihat remeh, perbuatan-perbuatan tersebut tetap saja menyalahi batasan kepercayaan. Perbedaannya, micro-cheating bersifat singkat dan tidak dalam, sedangkan perselingkuan emosional merupakan suatu hubungan yang kuat dan bertahan cukup lama.


Tanda-Tanda Selingkuh Emosional

Seringkali, perselingkuhan emosional cukup rumit untuk diidentifikasi, khususnya lantaran tak adanya tanda-tanda jasmani sebagaimana halnya pada kasus perselingkuhan fisik. Meski demikian, jenis pelanggaran tersebut masih memberikan efek besar kepada ikatan antar individu.

Menurut Cleveland Clinic, salah satu gejala yang sangat terlihat adalah pikiran Anda dipenuhi oleh seseorang sepanjang hari serta rasa gembira saat bertemu dengannya. Tak jarang hal itu akhirnya mengarah pada imajinasi romantis atau seksual tentang individu tertentu.

Mengadu pasangan dengan pihak ketiga umumnya terjadi selanjutnya, di mana individu tersebut merasa bahwa pasangannya tidak sebaik orang lain. Perilaku seperti menyembunyikan pesan, telepon, atau kegiatan media sosial yang berkaitan dengan pihak luar semakin memperburuk situasi.

Saat mendengar nama seseorang disebut, mereka yang menjalin hubungan perselingkahan emosi biasanya menjadi lebih defensif. Justru di saat ini pula, mereka rentan merasakan kemarahan atau kekesalan terhadap pasangannya usai bertemu dengan orang lain tersebut.

Di samping itu, perselingkuhan emosional dikenali melalui pembagian informasi pribadi yang sensitif dengan individu luar tanpa disampaikan ke pasangan. Bergantung secara emosi pada pihak lain biasanya tampak bila seseorang cenderung mengadukan permasalahan kepada orang di luar hubungan mereka, termasuk topik-topik yang berkaitan langsung dengan pasangannya.

Ini bisa mengakibatkan hilangnya minat bercinta dengan pasangan, tetapi sebaliknya timbul hasrat seksual pada orang lain. Ada juga yang melakukan hubungan fisik dengan pasangan tanpa ada ikatan emosi.

Efek tambahan yang umumnya timbul ialah menghindari penyampaian keperluan di dalam ikatan serta tak lagi berpartisipasi dalam dialog intens bersama mitra. Sebagaimana ditegaskan oleh ahli psikologi Dr. Childs, selingkatan emosi kerap menampilkan perasaan “terpaut” yang hampir sama seperti masa permulaan sebuah pertalian kasih sayang.

Terdapat rasa cemas, kegembiraan, serta semangat yang dituangkan pada orang lain. Hal ini bisa mengakibatkan kemesraan primer menjadi tertunda, sehingga merusak ikatan bersama pasangan.


Mengapa Selingkuh Emosional Berbahaya?

Walaupun tidak melibatkan fisik, perselingkuan emosional dapat meruntuhkan rasa percaya dan ikatan dalam suatu hubungan. Kedua belah pihak mungkin merasakan penipuan karena harapan-harapan emosi yang semestinya terpenuhi oleh pasangannya malahan diberikan kepada orang lain.

Hal ini dapat menciptakan perasaan ketidakamanan, cemas posesif, serta depresi. Tambahan pula, mengingat karakteristiknya yang kabur dan biasanya dipandang sebagai “tak penting”, banyak orang yang melakukan perselingkungan emosi enggan untuk merasakan penyesalan atau rasa bersalah.

Sebenarnya, untuk para korban, rasa sakit yang dialami dapat setara—orang pun mungkin merasakannya lebih intens—dibandingkan dengan perselingkuhan fisik. Bagaimana jika hal ini terjadi pada diri Anda?

Apabila Anda mengenali adanya kemungkinan terseret ke dalam perselingkatan emosi baik diri sendiri maupun pasangan, tindakan awalnya ialah melakukan dialog jujur. Terima rasa tersebut, tetapkan aturan sehat di antara kedua belah pihak, serta mintalah dukungan pakar apabila diperlukan seperti konsultan perkawinan.

Berzinah—entah itu secara fisik atau emosi—termasuk dalam kategori pelanggaran yang harus ditangani dengan pemahaman serta tekad kuat untuk mengatasinya. Sebab, pada dasarnya, kedekatan emosional menjadi landasan utama bagi sebuah hubungan yang harmonis. Apabila fondasi ini goyah, seluruh struktur kasih sayang dapat roboh.

Oleh karena itu, perlu ditekankan bahwa berselingkuh secara emosi bukan hanya merupakan godaan sementara, tetapi juga bentuk distraksi dari kedekatan emosional yang sungguh-sunguh. Di era digital dan dalam dinamika hubungan kontemporer saat ini, garis pembagian antara pertemanan dengan perilaku perselingkuhan menjadi lebih samar.

Namun, melalui kejujuran, komunikasi, serta komitmen, hubungan dapat bertahan kokoh dan terbebas dari jeratan perselingkuhan emosional. Mudah-mudahan pengetahuan ini bermanfaat!

(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com