news  

Penyebab Banjir di Tangerang dan Bekasi

Penyebab Banjir di Tangerang dan Bekasi

Banjir Melanda Wilayah Jabodetabek Akibat Hujan Ekstrem

Wilayah Jabodetabek, termasuk Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi, terendam banjir setelah hujan deras mengguyur sepanjang Senin sore hingga tengah malam, 7 Juli 2025. Data curah hujan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa terjadi dua titik curah hujan ekstrem pada periode tersebut. Satu kutub berada di wilayah Tangerang, sedangkan yang lainnya ada di Bekasi.

Hujan ekstrem di Tangerang tercatat melalui data Stasiun Meteorologi Curug dengan total curah hujan mencapai 174 mm. Sementara itu, di Bekasi, Automatic Rain Gauge mencatatkan angka 160 mm. BMKG menyatakan bahwa hujan dikategorikan ekstrem jika intensitasnya lebih dari 150 mm per hari. Peta sebaran hujan dari BMKG juga menunjukkan adanya daerah dengan hujan sangat lebat (100-150 mm per hari) dan hujan lebat (50-100 mm per hari) di sekitar stasiun pengamatan.

Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

Curah hujan bervariasi di berbagai lokasi. Di antaranya, Ciputat, Tangerang Selatan mencatatkan 96 mm, Stasiun Pompa Arcadia dengan 98 mm, Manggarai 93 mm, Krukut Hulu 88 mm, Ciganjur 86 mm, dan Setiabudi Timur 84 mm. Semua lokasi ini berada di Jakarta Selatan. Beberapa wilayah lainnya menerima curah hujan kurang dari itu atau dalam kategori hujan intensitas sedang (20-50 mm per hari), termasuk wilayah Kabupaten dan Kota Bogor.

Hujan deras pada Senin sore hingga malam menyebabkan banjir di 22 titik lokasi di Kota Tangerang Selatan. Banjir meliputi permukiman dan ruas jalan. Beberapa lokasi masih tergenang hingga Selasa pagi, seperti di perumahan Pondok Maharta dan Pondok Aren.

Di Kabupaten Tangerang, empat wilayah kecamatan yaitu Curug, Legok, Kelapa Dua, dan Pasar Kemis masih dalam kondisi darurat hingga Selasa, 8 Juli 2025. Sekitar 650 kepala keluarga (KK) terdampak banjir dengan ketinggian air berkisar antara 40 sentimeter hingga 1,5 meter. Data ini diperoleh dari Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tangerang, Ujat Sudrajat.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, Nana Suryana, menjelaskan bahwa wilayah Ciputat dan Ciledug di Tangerang Selatan serta beberapa kawasan di Kota Tangerang masih tergenang hingga Selasa siang. Menurutnya, penyebab utama banjir adalah curah hujan ekstrem dan buruknya saluran drainase. “Penyebab utamanya karena curah hujan yang tinggi dan drainase yang menyempit, sehingga air tidak tersalurkan dengan baik dan naik ke permukaan,” ujar Nana Suryana.

Gubernur Banten Andra Soni menyebut kelalaian para pengembang perumahan sebagai salah satu penyebab utama banjir di sejumlah wilayah di Tangerang Raya. Dia menilai sistem drainase yang buruk akibat pembangunan permukiman tanpa infrastruktur air yang memadai memperparah genangan saat hujan deras mengguyur. “Saya sudah berkoordinasi dengan DPRD untuk bersinergi, salah satunya dengan memanggil beberapa pengembang,” ujar Gubernur Andra Soni.

Ia menegaskan bahwa pengembang memiliki kewajiban menyediakan saluran air yang sesuai dengan luas kawasan yang dibangun dan harus terintegrasi secara teknis. “Mereka itu punya kewajiban untuk menyediakan saluran air yang sesuai dengan luas wilayah dan saluran itu harus terintegrasi. Ini yang akan kita pastikan dan koordinasikan,” ujarnya.

Zacharias Wuragil dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.