Pengobatan Singkat, Terobosan Baru Lawan TB Resisten

Pengobatan Singkat, Terobosan Baru Lawan TB Resisten

Indonesia masih menghadapi tantangan berat dalam mengatasi tuberkulosis yang resisten terhadap obat (TB RO), dengan jumlah kasus yang tinggi dan tingkat keberhasilan pengobatan yang masih rendah.

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2024 menunjukkan bahwa dari perkiraan 30.000 kasus TB RO, hanya sekitar sepertiganya yang memulai pengobatan dan hanya 59 persen di antaranya berhasil pulih. Keadaan ini menunjukkan kebutuhan akan inovasi dalam strategi pencegahan TB.

Berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pengobatan BPaL/M kini menjadi inovasi dengan durasi pengobatan yang lebih pendek, hanya selama enam bulan. Untuk mempercepat penerapannya di Indonesia, Riset dan Pelatihan Respirasi Indonesia (RPRI) menghadirkan platform Upskill TB sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan.

1. Pengobatan TBC RO menggunakan kombinasi BPaL/M

Mulai Agustus 2023, Indonesia telah menerapkan secara luas pengobatan BPaL/M sesuai dengan panduan teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI.

Prof. Dr. Dante Saksono Harbuwono, SpPD, K-EMD, PhD, Wakil Menteri Kesehatan RI, menyampaikan bahwa inovasi ini mengakibatkan perubahan signifikan dalam pengelolaan TB yang resisten terhadap obat.

Karena durasi pengobatan yang jauh lebih pendek, hanya enam bulan dengan jumlah pil yang lebih sedikit. Tingkat kesembuhan bisa mencapai lebih dari 90 persen berdasarkan penelitian global dan sekitar 76 persen menurut data sementara di Indonesia. Selain itu, efek samping yang lebih ringan membuat pasien merasa lebih nyaman selama menjalani pengobatan.

Meskipun demikian, penerapan BPaL/M masih menghadapi berbagai kendala, mulai dari ketidakpahaman tenaga kesehatan hingga penyebaran pelatihan yang tidak merata.

Keberhasilan pengendalian TBC RO sangat bergantung pada kesiapan sumber daya kesehatan. Dokter, perawat, dan apoteker perlu memiliki pengetahuan serta kemampuan dalam mendiagnosis, mengobati, dan mendampingi pasien hingga selesai menjalani pengobatan,” kata Prof. Dante dalam acara peluncuran Platform Upskill TB pada hari Kamis (2/10/2025), di Jakarta.

2. Tantangan dalam penggunaan BPaL/M

Pelatihan tradisional sebelumnya memang telah meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan, tetapi jangkauannya masih terbatas. Program pelatihan sebelumnya juga dinilai belum mampu menjamin kelanjutan proses pembelajaran yang diperlukan dalam menghadapi TB RO yang rumit.

Peningkatan keterampilan TB hadir sebagai jawaban dengan menyediakan platform pembelajaran digital yang kreatif dan dapat diakses kapan saja serta di mana saja.

Pada peluncurannya, Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, MSc, SpP(K), Direktur RPRI, mengungkapkan bahwa platform ini menawarkan modul yang terorganisir, kuliah dari para pakar TB, studi kasus yang interaktif, serta forum diskusi antar rekan sejawat.

Selain itu, Upskill TB memberikan peluang kepada berbagai kalangan, mulai dari dokter, perawat, apoteker, hingga mahasiswa dan komunitas TB. Tujuannya adalah memperkuat kesiapan sistem kesehatan dalam menerapkan kombinasi BPaL/M secara merata dan berkelanjutan.

“Kami meluncurkan Upskill TB sebagai solusi, agar tidak ada pasien yang terlewat dari akses pengobatan terbaik,” kata Prof. Erlina.

3. BPaL/M jauh lebih murah

Prof. Dante menekankan bahwa kehadiran regimen baru BPaL/M merupakan langkah penting dalam perubahan sistem kesehatan nasional. Pengobatan ini memberikan biaya yang jauh lebih hemat.

“Jika pengobatan lama memerlukan biaya hingga seratus dua puluh juta per pasien, dengan BPaL/M biayanya menurun drastis menjadi sekitar sembilan juta (rupiah),” katanya.

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Sandeep Juneja, Wakil Presiden Senior Akses Pasar dari TB Alliance, yang menekankan bahwa BPaL/M mengurangi risiko efek samping. Pengobatan ini juga memberikan harapan pemulihan hingga 90 persen. Meskipun demikian, ia memperingatkan bahwa tantangan utama berada pada aksesibilitas.

“Di sinilah peran penting Upskill TB, yang menghubungkan kesenjangan antara pengetahuan ilmiah dan penerapan di lapangan, sehingga tenaga kesehatan bisa dengan cepat mendapatkan keterampilan yang mereka butuhkan,” katanya.

Inovasi dalam pengobatan tuberkulosis yang resisten terhadap obat dengan menggunakan regimen BPaL/M serta dukungan platform Upskill TB dapat menjadi langkah efektif menuju pemberantasan TB di Indonesia. Dengan pengobatan yang lebih cepat dan efisien, harapan untuk menyelamatkan lebih banyak pasien semakin nyata.

7 Alasan Penyakit TBC Bisa Kambuh Apa yang Dimaksud dengan Vaksin TBC M72/AS01E yang Sedang Dicoba? 7 Nutrisi yang Membantu Pemulihan Penderita TBC