Perempuan di Jember yang Menyisihkan Penghasilan untuk Merawat Kucing Liar
Di Desa Sempolan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, ada seorang perempuan bernama Farah Fadiana Ningrum (33 tahun) yang memiliki kepedulian luar biasa terhadap hewan. Meski bekerja sebagai tukang ojek, ia menyisihkan penghasilannya untuk merawat puluhan kucing liar yang tinggal di tempat penampungan yang ia kelola.
Farah telah beraktivitas menjaga kucing-kucing ini selama empat tahun. Setiap hari, ia menempuh jarak puluhan kilometer dengan sepeda motor dari rumahnya menuju tempat penampungan yang ia sewa di kawasan Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates. Tempat tersebut kini ia sebut sebagai “rumah aman” yang menjadi tempat bernaung bagi sekitar 45 ekor kucing.
Awalnya, Farah hanya memungut kucing yang terluka akibat kecelakaan atau ditinggalkan oleh pemiliknya. Namun, semakin lama, ia mulai terbiasa membawa kucing sakit, ditinggalkan, atau korban kekerasan ke tempat penampungan ini.
Setiap pagi sebelum mengojek, Farah memberikan makan dan mandi kepada kucing-kucingnya satu per satu. Ia bahkan melakukan semua ini tanpa bantuan orang lain. Meskipun tidak memiliki sumber daya yang cukup, ia tetap berusaha memastikan bahwa semua kucing yang ia rawat dalam kondisi sehat dan bersih.
Perjalanan Farah tidak selalu mulus. Pada suatu waktu, ia pernah kehilangan pekerjaan di toko daring yang menjual produk perawatan kulit karena atasan tidak menyukai keberadaan kucing di rumahnya.
“Saya dipecat karena bos tahu saya memelihara banyak kucing. Katanya nggak profesional,” kenangnya.
Selain itu, Farah juga sempat mendapat penolakan dari warga sekitar. Beberapa tetangganya bahkan memasang spanduk penolakan karena merasa terganggu dengan keberadaan banyak kucing di lingkungan mereka.
“Tetangga sampai membuat baliho bernada usiran. Tapi saya tetap koordinasi rutin dengan Dinas Kesehatan agar semua hewan yang saya rawat tidak menimbulkan masalah lingkungan,” ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan pakan kucing-kucing di rumah aman tersebut, Farah rata-rata membutuhkan sekitar tiga kilogram pakan setiap hari.
“Saya minimal harus punya uang Rp100 ribu per hari buat beli makan mereka,” tuturnya.
Meski begitu, Farah mengaku tidak pernah merasa kekurangan. Baginya, keberkahan selalu datang jika niat baik dijalankan.
“Alhamdulillah rezeki selalu ada saja. Saya masih bisa cari nafkah sendiri dan tetap bisa merawat kucing-kucing ini,” katanya dengan senyum.
Farah berharap pemerintah daerah dapat turun tangan dengan kebijakan konkret, terutama dalam hal pengendalian populasi hewan domestik seperti kucing dan anjing yang sering terlantar.
“Kalau ada program sterilisasi dari pemerintah, itu akan sangat membantu. Supaya tidak semakin banyak hewan yang menderita di jalanan,” harapnya.