Dampak Global dari Konflik Iran-Israel
Konflik antara Iran dan Israel telah menimbulkan kekhawatiran serius di tingkat global. Menurut Pengamat sekaligus Direktur Pusat Studi Hubungan Internasional (CIRes) LPPSP FISIP Universitas Indonesia, Fredy B. L. Tobing, situasi yang terjadi saat ini memiliki potensi untuk memengaruhi stabilitas ekonomi dunia, terutama dalam hal pasokan energi.
Fredy menyampaikan bahwa kawasan Timur Tengah merupakan pusat aktivitas ekonomi global, terutama dalam industri energi. Jika konflik antara Iran dan Israel terus berlanjut tanpa penyelesaian, maka akan ada risiko besar terhadap pasokan minyak dunia. Salah satu ancaman utamanya adalah kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz sebagai bentuk respons terhadap tekanan dari Israel atau negara lain.
Potensi Gangguan Pasokan Minyak Dunia
Selat Hormuz merupakan jalur strategis yang menjadi penghubung utama perdagangan minyak dari kawasan Teluk Persia ke seluruh dunia. Sekitar 20 persen dari total pasokan minyak dunia melewati selat ini setiap harinya. Jika jalur tersebut terganggu, maka dampaknya akan dirasakan secara global, terutama oleh negara-negara importir seperti Eropa, Asia Timur, hingga Indonesia.
Fredy menggarisbawahi pentingnya upaya mencegah eskalasi konflik agar tidak sampai pada titik di mana Selat Hormuz ditutup sementara atau bahkan diblokade. “Security supply of oil” harus tetap terjaga demi menjaga stabilitas ekonomi dunia.
Peran Negara Besar dalam Mencegah Eskalasi
Untungnya, dua negara adidaya, yaitu Rusia dan China, belum terlibat langsung dalam konflik Iran-Israel. Keterlibatan mereka bisa memperbesar skala perang hingga level yang lebih mengkhawatirkan. Fredy menekankan bahwa jika negara-negara besar ikut terjun secara langsung, maka dampaknya akan sangat destruktif bagi perekonomian global.
“Dunia bisa benar-benar porak-poranda. Bisa dibayangkan kalau mereka terlibat secara langsung, memang yang menang bisa jadi arang, yang kalah jadi abu,” ujarnya.
Dampak Inflasi dan Ekonomi Global
Salah satu efek yang paling nyata dari ketidakstabilan di Timur Tengah adalah kenaikan harga minyak dunia. Fluktuasi harga bahan bakar ini akan berdampak langsung pada inflasi di berbagai negara, terutama negara berkembang yang sangat bergantung pada impor energi. Indonesia termasuk dalam kelompok ini.
Kenaikan harga minyak akan meningkatkan biaya produksi, transportasi, serta distribusi barang dan jasa. Hal ini pada akhirnya dapat memicu inflasi yang sulit dikendalikan, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang masih rentan akibat berbagai faktor, seperti pemulihan pasca-pandemi dan krisis energi di beberapa wilayah.
Pentingnya Resolusi Damai
Fredy menyerukan perlunya peran aktif dari masyarakat internasional dalam mencari solusi damai terhadap konflik Iran-Israel. Dia menilai bahwa semua pihak harus bekerja sama untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan menjaga kepentingan global tetap terlindungi.
“Kita semua harus turun tangan memberikan solusi dan resolusi damai terhadap konflik ini. Ini bukan hanya soal politik regional, tapi juga tentang masa depan perekonomian dunia,” kata dia.
Dengan pendekatan diplomasi yang lebih intensif dan kerja sama multilateral, semoga stabilitas di kawasan Timur Tengah dapat dipertahankan, sehingga pasokan energi dunia tetap aman dan harga minyak tidak mengalami fluktuasi yang membahayakan.