news  

Pemasangan Keramba Jaring Apung di Pangandaran, Komunitas Wahana Air Minta Kewaspadaan

Pemasangan Keramba Jaring Apung di Pangandaran, Komunitas Wahana Air Minta Kewaspadaan

Dampak Pemasangan Keramba Jaring Apung di Pantai Timur Pangandaran

Pengurus Komunitas Wahana Air di Pantai Pangandaran, Agus Wahyu Setiadi, menyampaikan bahwa pemasangan keramba jaring apung di kawasan pantai timur memberikan dampak signifikan terhadap kegiatan wisata air. Lokasi pemasangan tersebut berada di area strategis yang menjadi daya tarik utama wisatawan dan berdekatan dengan Cagar Alam Pangandaran.

“Imbasnya sangat berpengaruh sekali karena lokasi ini adalah tempat aktivitas water sport,” ujar Agus kepada sejumlah wartawan di Pantai Timur Pangandaran, Selasa (8/7/2025) sore.

Menurut penjelasan Agus, area water sport berada sejauh 400 meter dari bibir pantai hingga ke tengah laut. Sementara jarak pemasangan keramba jaring apung hanya sekitar 250 meter dari garis pantai. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait keselamatan pengunjung dan potensi gangguan terhadap aktivitas wisata.

Sebelumnya, pihak perusahaan mengklaim bahwa pemasangan keramba tidak akan mengganggu kegiatan wisata atau pasar lokal. Namun, dalam praktiknya, hal tersebut justru berdampak negatif terhadap lingkungan dan aktivitas masyarakat setempat.

“Tapi ternyata mengganggu dan kami sayangkan jika terjadi sesuatu terhadap nyawa seseorang. Itu yang kami tidak inginkan. Sebelum terjadi, maka mari kita bersama-sama antisipasi demi kebaikan Pangandaran kedepan,” katanya.

Agus mengaku sempat mengikuti musyawarah dengan pihak perusahaan, tetapi semua pembicaraan berakhir dalam keadaan deadlock. “Dead lock di sini, maksudnya kita sudah membuat perjanjian masing-masing tidak akan bergerak dan berhenti dulu sebelum ada titik dimana keramba jaring apung tersebut ditempatkan.”

Namun, sampai saat ini belum ada kejelasan tentang lokasi pasti pemasangan keramba. “Tapi, sampai sekarang belum ada titik tapi mereka sudah berjalan sendiri. Jadi, di sini kita merasa dikesampingkan,” ucap Agus.

Makanya, kata Agus, saat pihak perusahaan mengajak pertemuan kembali, pihaknya tidak mendatangi undangan tersebut. “Kita tidak mau karena mereka mengundang secara tiba-tiba tanpa koordinasi sebelumnya. Harusnya koordinasi yang baik sebelum melakukan tindakan. Jangan asal-asalan,” ujarnya.

Agus mengaku mengetahui pemasangan keramba jaring apung di pantai timur sudah dilakukan sejak dua minggu lalu. “Jadi, tiba barang itu (keramba) datang dan langsung dikerjakan tanpa sosialisasi sebelumnya,” ucapnya.

Tantangan dan Kekecewaan dari Komunitas Wisata

Komunitas Wahana Air merasa bahwa kebijakan pemasangan keramba jaring apung tidak didiskusikan secara transparan dan tidak melibatkan pihak-pihak yang terkait langsung dengan kegiatan wisata. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan terhadap proses pengambilan keputusan oleh pihak perusahaan.

Selain itu, pemasangan keramba jaring apung juga dinilai tidak memperhatikan faktor keselamatan pengunjung. Area yang digunakan untuk aktivitas air menjadi lebih sempit, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan.

Agus menegaskan bahwa komunitas tidak menolak adanya investasi di wilayah tersebut, tetapi penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dan saling menjaga kepentingan bersama. “Kami ingin keberlanjutan dan keamanan bagi semua pihak, bukan hanya keuntungan semata,” tambahnya.

Perlu Kolaborasi dan Solusi Bersama

Untuk menciptakan keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan perlindungan lingkungan, dibutuhkan kolaborasi yang lebih baik antara pihak perusahaan, pemerintah setempat, dan komunitas lokal. Diskusi yang terbuka dan transparan akan membantu mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.

Dalam waktu dekat, Agus berharap pihak perusahaan dapat lebih proaktif dalam berkomunikasi dan memastikan bahwa kegiatan mereka tidak mengganggu aktivitas masyarakat dan lingkungan sekitar. “Mari kita bersama-sama mencari jalan tengah yang bisa memberikan manfaat bagi semua pihak,” pungkasnya.