Mahasiswa saat ini tidak hanya dituntut untuk mampu menulis karya ilmiah, tetapi juga memiliki kemampuan narasi serta teknik penulisan populer yang dapat menjangkau audiens lebih luas. Hal ini ditekankan oleh Kaprodi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Drs. Yuswari O. Djemat, MA, dalam sebuah kesempatan pelatihan penulisan jurnalistik yang diadakan pada 4-5 Juli 2025 di Bandung.
Pelatihan tersebut merupakan kerja sama antara Program Studi Hubungan Internasional Unjani dengan Public Rising Institute, dan diikuti oleh mahasiswa semester II. Tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan bekal keterampilan menulis yang tidak hanya berfokus pada struktur akademis, tetapi juga gaya penulisan yang lebih kreatif dan mudah dipahami oleh masyarakat umum.
Menurut Yuswari, bagi seorang sarjana—terutama dari bidang ilmu sosial—kemampuan menulis secara naratif sangat penting. Mereka harus mampu menyampaikan ide dengan logika dan struktur yang terstruktur namun tetap menarik bagi pembaca non-akademisi. Di semester akhir, mahasiswa memang biasanya lebih fokus pada penulisan skripsi sebagai bagian dari tugas akhir, tetapi hal itu tidak boleh menjadi batasan dalam pengembangan kemampuan menulis mereka.
Yuswari menjelaskan bahwa pelatihan penulisan jurnalistik ini merupakan salah satu bentuk praktikum tambahan selain menulis karya ilmiah. Meskipun durasi pelatihan hanya dua hari, ia menekankan bahwa ini adalah langkah awal yang penting. Ia berharap setelah mengikuti pelatihan ini, para mahasiswa semakin percaya diri dalam menuangkan ide-idenya dalam berbagai format tulisan yang bisa dinikmati publik, seperti artikel media digital, konten media sosial, hingga buku.
Materi Pelatihan yang Komprehensif
Kegiatan pelatihan dibagi menjadi dua sesi utama: teori dan praktik. Pada hari pertama, peserta mendapatkan materi tentang teknik penulisan dan kebahasaan yang sering digunakan dalam dunia jurnalistik. Sedangkan di hari kedua, mereka diajak langsung untuk mempraktikkan penulisan feature, disertai dengan diskusi dan pembahasan hasil tulisan masing-masing peserta.
Direktur Public Rising Institute, Aji Pamoso, menyatakan bahwa tujuan pelatihan ini adalah untuk membuka wawasan mahasiswa bahwa kemampuan menulis tidak hanya terbatas pada karya ilmiah. “Kami ingin mereka paham bahwa ada banyak jenis tulisan yang relevan dengan perkembangan zaman, terutama di era digital,” ujarnya. Ia pun berharap kerja sama ini dapat dilanjutkan di masa mendatang agar manfaatnya bisa dirasakan oleh lebih banyak mahasiswa.
Respon Positif dari Peserta
Sejumlah peserta menyambut positif pelatihan ini. Rizky Pratama, salah satu peserta, mengaku mendapatkan banyak pengetahuan baru, terutama mengenai perbedaan antara karya ilmiah dan artikel jurnalistik. “Saya sudah belajar menulis karya ilmiah sebelumnya, tapi sekarang saya belajar cara menulis untuk media. Ini jauh lebih menarik dan bahasanya juga berbeda,” katanya.
Zahra, peserta lainnya, menilai bahwa pelatihan ini telah memberinya wawasan penting tentang pentingnya menulis untuk audiens yang lebih luas. Sementara Cintya Dwi Andini berharap ke depannya ia bisa menulis artikel yang dimuat di media massa sebagai bentuk aktualisasi diri.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan mahasiswa tidak hanya menjadi penulis yang piawai di ranah akademik, tetapi juga mampu berkontribusi melalui tulisan-tulisan populer yang bisa menyentuh masyarakat umum.