Paskah 2025: Kardinal Suharyo Bahas Korupsi dan Isu Ekonomi

Paskah 2025: Kardinal Suharyo Bahas Korupsi dan Isu Ekonomi

Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo dari Keuskupan Agung Jakarta menyebutkan berbagai masalah yang berkembang di kalangan publik serta dibahas oleh media massa, termasuk perdagangan manusia dan perjudian daring. Masalah-masalah ini membentuk ujian terhadap keyakinan.

“Tindak pidana perdagangan manusia (TPPO) yang masih berlanjut dengan korban tak sedikit. Kemerosotan kondisi lingkungan menghasilkan berbagai jenis musibah, namun bukan dari alam melainkan disebabkan oleh tindakan manusia sendiri. Perjudian daring semakin memprihatinkan, serta adanya kekerasan fisik dan psikis di segala aspek kehidupan yang merusak etika nasional. Korupsi pula belakangan jadi fokus perhatian,” ungkap Kardinal saat memberikan khotbah pada Misa Minggu Paskah Pontifikal di Gereja Katedral Jakarta, Minggu (20/4/2025).

Secara spesifik tentang masalah suap dan rasuah, Kardinal Ignatius Suharyo merujuk pada pernyataan yang dibuat oleh Paus Fransiskus. Statemen tersebut bermaksud bagi semua orang di dunia, tidak hanya bagi para jemaah Katolik saja.

“Luka bernanah akibat korupsi termasuk dalam kategori dosa besar yang terdengar hingga langit. Kerusakan tersebut menggerogoti fondasi baik individu maupun masyarakat. Kegiatan koruptif membatalkan pandangan optimis tentang masa depan sebab sifat serakahnya yang ganas telah menumbangkan harapan orang-orang rentan serta menjilati para kelompok paling tertindih dari golongan kurang mampu. Tindakan itu menjadi suatu skandal umum yang sangat buruk,” ungkapnya pada doa pendek tersebut.

Kardinal Ignatius Suharyo menyoroti bahwa sumber dan alasan di balik perilaku seperti korupsinya berasal dari serakah dalam beragam wujud. Dia menjelaskan, “Serakah tersebut bisa menjadi penjara bagi manusia secara fisik, mental, rohani, ataupun sosial. Serakah sejenis ini mampu merusak karakter personal serta hancurkan hidup, entah itu pada tingkat individual atau kolektif.”

Mengakhiri pidato homili-nya, Uskup berharap agar umat Katolik dapat memberi manfaat kepada Gereja, masyarakat, serta orang-orang sekitar. “Harapan saya adalah pengawasan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Bangkit akan selalu memotivasi kami untuk menemukan cara-cara baru dan penuh kreasi dalam mengikut langkah-langkah Yesus yang sering kali pergi keluar rumah demi melakukan kebaikan,” imbuh beliau.

Pada saat bersamaan, di dalam konferensi pers, Kardinal Ignatius Suharyo menyampaikan pesan belas kasihan kepada mereka yang lemah dan kurang beruntung pada masa Paska tahun 2025.

Dia menjelaskan bahwa perayaan Paskah pada tahun 2025 akan dilangsungkan dalam suasana sosial-politik yang cukup suram. Banyak demonstrasi telah terjadi bersama dengan ketakutan di kalangan publik. Menurutnya, gereja tetap mendorong pengembangan demokrasi serta perlindungan hak-hak warga negara untuk memastikan adanya kebebasan berekspresi dan berkumpul.

“Kondisi ekonomi negara saat ini kurang menguntungkan. Berbagai perusahaan yang mempekerjakan banyak tenaga kerja ditutup, menyebabkan tingkatan pengangguran naik. APINDO melaporkan bahwa hampir 40 ribu individu kehilangan pekerjaannya selama Januari dan Februari tahun 2025,” ujar Kardinal Ignatius Suharyo pada konferensi pers untuk hari raya Paskah di tahun tersebut.

“Dampak tambahan yang dirasakan oleh warga adalah ketidakcukupan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, penurunan daya beli, dan pengurangan kesempatan kerja,” sambung Kardinal.

Gubernur Agung Jakarta, Suharyo, menyerukan kepada para pemimpin di Indonesia untuk benar-benar melaksanakan berbagai program dan keputusan pemerintah yang dapat memastikan terselenggaranya hak asasi rakyatnya. Ini termasuk bidang seperti pendidikan, fasilitas kesehatan, serta pembukaan kesempatan pekerjaan. Tujuannya adalah untuk menjaga dan bahkan meningkatkan mutu hidup dari seluruh warganya.

“Di samping itu, Keuskupan Agung Jakarta mengharapkan bahwa keputusan para pemimpin harus semakin menciptakan perasaan aman, termasuk di bidang sosial, ekonomi, dan politik yang menjadi inti dari nasionalisme Indonesia,” imbuhnya kembali.

Suharyo pun menyerukan agar jemaat Katolik meningkatkan kesadaran akan persaudaraan sosial, merawati sesama di lingkungan mereka, khususnya menjadi semakin perhatian pada saudara-saudari kita yang kurang beruntung dan fakir. Ini selaras dengan ajaran sosial Gereja serta Tema Paskah Tahun 2025; yaitu penekanan lebih besar pada belas kasihan terhadap orang-orang yang rentan dan miskin.

“Aksi konkret telah diperlukan, misalnya membantu tetangga yang menghadapi kesulitan finansial, menyediakan pekerjaan bagi mereka yang kehilangan pekerjaannya, mendirikan dapur umum untuk memberikan makan sehingga orang bisa bekerja tanpa cemas tentang hal tersebut, meningkatkan asupan nutrisi serta perhatian kepada anak-anak dengan gangguan pertumbuhan di lingkungan sekitar, mereformasi kembali kooperatif sebagai bisnis kolektif, dan berbagai tindakan transformasional lain,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com