news  

Pasar Lesu, Perhatikan Rekomendasi Saham Produsen Semen

Pasar Lesu, Perhatikan Rekomendasi Saham Produsen Semen

Tren Melemahnya Permintaan Semen di Indonesia

Permintaan semen di dalam negeri masih mengalami penurunan yang memengaruhi kinerja operasional dan keuangan emiten produsen semen pada sisa tahun 2025. Menurut laporan riset dari MNC Sekuritas, konsumsi semen nasional mengalami kontraksi sebesar 4,6% year on year (yoy) pada Mei 2025. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh anjloknya penjualan semen curah sebesar 5,8% yoy pada bulan yang sama. Wilayah Luar Jawa mencatatkan pelemahan penjualan semen curah hingga 17,4% yoy akibat perlambatan proyek IKN Nusantara.

Selain itu, volume penjualan semen kantong juga mengalami koreksi sebesar 4,1% yoy pada Mei 2025. Hal ini disebabkan oleh tekanan daya beli masyarakat serta perpanjangan masa libur Idulfitri dan cuti bersama bulan Mei lalu. Dua bulan setelah musim Lebaran, permintaan semen domestik masih relatif lesu karena adanya hambatan makro dan kondisi cuaca hujan yang berkepanjangan di beberapa wilayah.

Research Analyst MNC Sekuritas Muhammad Rudy Setiawan menyoroti bahwa stimulus fiskal dari pemerintah dan program tiga juta rumah tangga belum memberikan dampak signifikan bagi pemulihan industri konstruksi dan semen. Meski begitu, Corporate Secretary PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Dani Handajani mengatakan bahwa pasar semen nasional sedang lesu akibat banyaknya hari libur, tekanan daya beli, dan cuaca hujan berkepanjangan. Namun, INTP berhasil mempertahankan pangsa pasarnya di level 29,5% serta mencatatkan volume penjualan semen sebesar 8 juta ton pada semester I-2025.

Pada semester II-2025, INTP berharap dapat membukukan penjualan yang lebih baik dibandingkan semester pertama. Faktor musiman seperti kenaikan anggaran proyek konstruksi menjelang akhir tahun dan kondisi cuaca yang lebih baik menjadi dasar optimisme tersebut. Selain itu, INTP tetap fokus pada pengelolaan biaya yang ketat di seluruh lini operasi serta mengefisiensikan ongkos distribusi untuk menjaga margin usaha.

Kemajuan dalam penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif juga dilakukan untuk menjaga biaya operasional tanpa perlu melakukan penyesuaian harga. Investasi Analis Infovesta Utama Ekky Topan menyatakan bahwa peluang peningkatan kinerja emiten semen cukup terbuka pada semester I-2025. Hal ini bergantung pada realisasi akselerasi proyek strategis nasional seperti pembangunan tiga juta rumah, IKN, serta potensi penurunan suku bunga acuan yang bisa mendorong pemulihan sektor konstruksi.

Selain memperkuat strategi efisiensi, emiten produsen semen juga bisa mengoptimalkan penjualan ke pasar ekspor. Kolaborasi aktif dalam proyek nasional juga menjadi langkah penting. Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila menambahkan bahwa potensi penurunan suku bunga acuan dapat memacu perbaikan pada industri properti. Ketika proyek properti kembali marak, hal ini akan meningkatkan permintaan semen sebagai bahan bangunan.

Rudy memprediksi tren pelemahan sektor semen masih akan berlanjut pada semester II-2025. Pemicunya adalah potensi La Nina yang membuat curah hujan di Indonesia lebih tinggi pada kuartal tiga dan empat. Selain itu, risiko kenaikan harga minyak dan batubara bisa menjadi sentimen negatif bagi emiten semen karena memengaruhi biaya produksi dan distribusi.

Meski demikian, industri semen Indonesia memiliki peluang untuk berkembang di segmen semen hijau yang ramah lingkungan. Kapasitas produksi yang besar dan dukungan kebijakan pemerintah menjadi faktor pendukung. Rudy menilai hal ini akan menguntungkan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan INTP sebagai pemain kunci industri semen.

Peringkat netral diberikan oleh Rudy untuk saham-saham sektor semen. Dia merekomendasikan hold saham SMGR dan INTP dengan target harga masing-masing di level Rp 2.900 per saham dan Rp 6.000 per saham. Ekky merekomendasikan investor untuk mengakumulasi beli secara bertahap saham SMGR yang teknikalnya solid dan berpeluang rebound dengan target harga jangka menengah di kisaran Rp 3.500 per saham. Indy menyarankan buy on weakness saham INTP dengan target harga Rp 6.250 per saham.