.PRMN– Isu pembagian wilayah kembali muncul di Provinsi Sulawesi Selatan. Kali ini, perhatian masyarakat tertuju pada Toraja Barat yang dianggap sebagai calon kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Tana Toraja. Topik ini muncul berdasarkan aspirasi masyarakat yang merasa wilayah barat Tana Toraja memiliki ciri khas, potensi, dan tantangan yang berbeda sehingga pantas menjadi daerah otonom.
Harapan besar masyarakat adalah agar pemekaran dapat menciptakan keseimbangan dalam pembangunan, mengingat wilayah barat Tana Toraja selama ini dinilai tidak mendapat perhatian yang seimbang dibanding daerah lain. Dengan menjadi kabupaten sendiri, masyarakat berharap pelayanan publik lebih dekat, pembangunan infrastruktur lebih merata, serta kesejahteraan masyarakat meningkat.
Namun, serupa dengan wacana pemekaran di wilayah lain, rencana ini memicu perdebatan. Terdapat pihak yang sepenuhnya mendukung, khususnya masyarakat setempat yang telah lama menantikan perubahan, tetapi ada juga yang mengingatkan tentang kesiapan regulasi, pembagian aset, serta tantangan anggaran yang cukup berat.
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Mendekati Kabupaten Baru Tana Toraja Barat
Rencana pembentukan Kabupaten Toraja Barat bukanlah sesuatu yang baru. Isu ini telah muncul sejak beberapa tahun lalu dan sering kali masuk dalam daftar usulan pemekaran wilayah yang diajukan kepada pemerintah pusat. Aspirasi ini muncul dari keinginan untuk memiliki identitas daerah sendiri, selain juga adanya kebutuhan mendesak untuk mempercepat proses pembangunan di kawasan barat Tana Toraja.
Jika diwujudkan, Toraja Barat akan menambah jumlah kabupaten di Sulawesi Selatan yang saat ini terdiri dari 24 kabupaten/kota. Wilayah ini akan berdiri setara dengan Tana Toraja dan Toraja Utara, yang sebelumnya juga pernah menjadi hasil pemekaran. Artinya, pemekaran Toraja Barat akan menjadi kali ketiga wilayah Toraja mengalami pembagian administratif.
Masyarakat setempat menganggap bahwa pemekaran ini akan membuka peluang baru bagi mereka. Selain layanan publik yang lebih dekat, berdirinya kabupaten baru juga menandai munculnya kesempatan kerja, peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah), serta kesempatan untuk membangun pemerintahan yang lebih efisien dan efektif.
Potensi Unggulan Toraja Barat
Wilayah yang diharapkan menjadi Toraja Barat memiliki potensi alam dan budaya yang besar. Secara geografis, wilayah ini dikelilingi oleh pegunungan dan luasnya kebun kopi yang selama ini menjadi komoditas utama Toraja. Kopi Toraja sudah dikenal hingga tingkat internasional dan menjadi identitas ekonomi lokal yang dapat dikembangkan lebih jauh jika daerah tersebut berdiri sendiri.
Selain itu, Toraja Barat juga kaya akan warisan budaya. Upacara adat Rambu Solo dan Rambu Tuka yang telah dikenal secara internasional, rumah adat Tongkonan, serta tempat pemakaman tradisional di tebing batu menjadi daya tarik wisata yang mampu meningkatkan perekonomian daerah. Dengan status sebagai kabupaten baru, sektor pariwisata diharapkan dapat dikelola dengan lebih profesional dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, peluang berkembangnya sektor pertanian, peternakan, serta perdagangan lokal juga sangat besar. Letak Toraja Barat yang strategis di jalur penghubung antar wilayah menjadikannya berpotensi menjadi pusat ekonomi baru di bagian utara Sulawesi Selatan.
Tantangan Besar Pemekaran
Meskipun memiliki potensi yang besar, Toraja Barat juga menghadapi tantangan berat dalam proses pemekaran. Pertama, dari segi regulasi, saat ini pemekaran daerah masih dibatasi oleh pemerintah pusat akibat adanya moratorium atau penghentian sementara terkait pemekaran wilayah. Dengan demikian, meskipun ada keinginan yang kuat, keputusan akhir tetap berada di tangan DPR RI dan Kementerian Dalam Negeri.
Kedua, isu anggaran dan infrastruktur. Pembentukan kabupaten baru membutuhkan dana yang besar, mulai dari pembangunan kantor pemerintah, rumah sakit, sekolah, hingga jaringan jalan dan transportasi. Tanpa perencanaan yang matang, pemekaran berisiko menambah beban keuangan negara maupun daerah.
Ketiga, isu pembagian aset bersama kabupaten induk, Tana Toraja. Pemekaran wilayah perlu dilakukan secara adil, baik dari segi keuangan, sumber daya manusia, maupun fasilitas umum. Tanpa penyelesaian yang bijaksana, pemekaran dapat menimbulkan konflik sosial dan politik.
Harapan Masyarakat Toraja Barat
Di balik tantangan yang dihadapi, masyarakat Toraja Barat tetap bersemangat. Bagi mereka, pemekaran bukan hanya masalah administrasi, namun merupakan perjuangan lama untuk meningkatkan harga diri daerah. Harapan terbesar adalah agar pelayanan publik benar-benar bisa mencapai wilayah terpencil, pembangunan infrastruktur tidak lagi terkonsentrasi, dan kesejahteraan ekonomi meningkat.
Generasi muda Toraja Barat melihat adanya kesempatan besar dari pembentukan kabupaten baru. Mereka menganggap lahirnya kabupaten tersebut akan memberikan peluang kerja, meningkatkan kesempatan pendidikan, serta memperkuat identitas lokal. Dengan demikian, Toraja Barat bukan hanya menjadi simbol administratif, tetapi juga menjadi harapan bersama untuk masa depan yang lebih baik.
Jika terwujud, Toraja Barat akan menambah jumlah kabupaten di Sulawesi Selatan, berdiri sejajar dengan Tana Toraja dan Toraja Utara. Selain itu, berdirinya kabupaten baru ini akan menjadi momen penting bagi masyarakat Toraja yang menginginkan kemandirian, kekuatan, dan kesejahteraan lebih besar.***(Lisyah)