– AL QUDS – Pejabat dan menteri Israel membantah adanya kelaparan yang meluas diPalestina adalah kesalahan mereka.
The Guardian melaporkan bahwa Israel sedang berupaya untuk menghindari kesalahan terkait kelaparan dan pembunuhan warga sipil Palestina, khususnya di wilayah Gaza. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa Israel adalah pihak yang bertanggung jawab.
Saat ratusan pemerintah, organisasi PBB, dan tokoh internasional mengungkap kesalahan Israel, pejabat serta menteri di Israel berusaha menyatakan bahwa tidak ada kelaparan di Gaza, atau jika ada, bukanlah kesalahan Israel, atau menyalahkan Hamas serta PBB dan lembaga bantuan terkait masalah pendistribusian bantuan.
Upaya Israel terus berlangsung meskipun salah satu menterinya, Menteri Warisan dari sayap kanan, Amichai Eliyahu, tampaknya menggambarkan kebijakan kelaparan, genosida, dan pembersihan etnis tanpa penyesalan yang telah ditolak oleh Israel dan disebut bukan sebagai kebijakan resmi.
Di tengah bukti peningkatan jumlah kematian akibat kelaparan di Gaza, termasuk banyaknya kematian anak-anak, serta gambar dan laporan mengejutkan mengenai kekurangan gizi, Israel berusaha menghindari tuduhan terhadap apa yang digambarkan oleh kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kelaparan yang disengaja oleh manusia.
Pandangan ini didukung dalam pernyataan bersama minggu ini dari 28 negara — termasuk Inggris, yang secara langsung menyalahkan Israel.
“Kondisi warga sipil di Gaza telah mencapai tingkat paling buruk,” demikian pernyataan tersebut.
Model pendistribusian bantuan pemerintah Israel berisiko, menimbulkan ketidakstabilan, serta mengurangi martabat warga Gaza.
Kami mengecam pemberian bantuan secara bertahap dan tindakan tidak manusiawi terhadap penduduk sipil, termasuk anak-anak, yang berupaya memenuhi kebutuhan pokok mereka akan air dan makanan.
Beberapa pejabat Israel lebih waspada dalam menyampaikan pernyataan publik, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang secara tidak jelas menjanjikan bahwa tidak akan ada kelaparan di Gaza.
Namun, sebuah arahan rahasia terbaru kepada jurnalis oleh pejabat keamanan senior Israel telah memperkuat posisi yang lebih keras, dengan menyatakan bahwa “tidak ada kelaparan di Gaza” dan mengklaim bahwa foto-foto anak-anak lapar di halaman depan media internasional menunjukkan anak-anak yang memiliki kondisi medis tertentu.
Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, menyampaikan kepada Sky News bahwa tidak ada kelaparan di Gaza, melainkan kekurangan akan kebenaran.
Berbeda dengan pernyataan tersebut, komunitas Medecins Sans Frontieres menyebutkan bahwa seperempat dari anak kecil dan ibu hamil atau sedang menyusui yang diperiksa di klinik mereka pekan lalu mengalami kekurangan gizi, sehari setelah PBB mengumumkan bahwa satu dari lima anak di Kota Gaza mengalami malnutrisi.
Namun, upaya Israel untuk menghindari kesalahan dihancurkan oleh tanggung jawab yang sepenuhnya dan tunggal: bahwa sebagai kekuatan pendudukan dalam konflik, Israel secara hukum wajib memastikan tersedianya sarana kehidupan bagi mereka yang berada di bawah pendudukan (baca: penjajahan).
Meskipun Israel terus-menerus menyalahkan Hamas atas penghalangan bantuan makanan, pernyataan tersebut dipertanyakan oleh laporan AS yang bocor, yang dilihat oleh Reuters, yang menyatakan tidak menemukan bukti pencurian sistematis oleh kelompok militer Palestina terhadap pasokan kemanusiaan yang didanai Amerika Serikat.
Menginvestigasi 156 kejadian pencurian atau kehilangan pasokan yang didanai Amerika Serikat yang dilaporkan oleh organisasi mitra bantuan AS antara Oktober 2023 dan Mei 2025, Israel menyatakan tidak menemukan “laporan yang menyebut Hamas” memperoleh manfaat dari pasokan yang didanai AS.
Israel baru-baru ini memperkuat upaya menyalahkan PBB terkait masalah pendistribusian bantuan, dengan alasan “kurangnya kerja sama dari komunitas internasional dan organisasi internasional”. Pernyataan Israel bertentangan dengan realitas di lapangan.
Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat, mempercayakan pihak swasta Yayasan Kemanusiaan Gaza -yang sering disebut tidak berpengalaman dan menimbulkan kontroversi oleh banyak pihak serta media- untuk mendistribusikan bantuan. Namun, lokasi tersebut telah menjadi tempat terjadinya berbagai pembunuhan massal terhadap warga Palestina oleh pasukan Israel.
Upaya Israel untuk menghalangi bantuan tetap berlangsung. Pekan lalu, Israel menyatakan tidak akan memperpanjang visa kerja Jonathan Whittall, pejabat PBB tertinggi di Gaza; dan seorang juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan kepada jurnalis pada hari Kamis bahwa Israel menolak delapan dari 16 permohonan PBB untuk mengangkut bantuan kemanusiaan.
“Sebagian besar persediaan pengobatan untuk malnutrisi telah habis dan apa yang tersisa di fasilitas akan segera habis jika tidak segera diperbanyak,” ujar juru bicara WHO pada hari Kamis.(guardian/jpnn)